TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hari Menopause Sedunia, Fase Alami Ini Tak Perlu Ditakuti

Menopause biasanya terjadi pada usia 48–52 tahun

ilustrasi perempuan usia menopause (pexels.com/Victor L.)

Hari Menopause Sedunia atau World Menopause Day diperingati setiap 18 Oktober. Menopause adalah suatu fase alami kehidupan perempuan yang ditandai dengan berakhirnya siklus menstruasi, biasanya terjadi pada usia 48–52 tahun. Secara umum, usia menopause di atas 40 tahun. Namun, bila terjadi di bawah usia tersebut, maka dikatakan telah terjadi menopause dini.

Menjelang usia menopause, sering kali perempuan mengalami berbagai keluhan seperti gangguan pola haid, kulit kering, rambut kusam dan mudah rontok, osteoporosis, mood tidak stabil, dan lain-lain.

Perlu diketahui bahwa tidak ada hubungan antara usia menarke (menstruasi pertama) dengan menopause (menstruasi terakhir).

"Menopause ditentukan oleh jumlah sel telur yang dimiliki oleh seorang perempuan, ketika sel telur yang dimiliki sudah habis maka wanita tersebut akan masuk ke dalam fase menopause. Sementara itu, menarke ditentukan oleh kematangan sistem reproduksi dan hormonal, bila sudah matang maka akan terjadi menstruasi," dijelaskan oleh dr. Henry Leonardo, SpOG, dokter spesialis kandungan dan kebidanan RSIA Grand Family & RSIA Family dalam sebuah keterangan tertulis.

Sedikit sejarah seputar menopause

ilustrasi menopause dini (unsplash.com/Priscilla Du Preez)

Referensi paling awal yang diketahui tentang menopause sangat langka. Aristoteles menyebut usia menopause adalah 40 tahun. Seorang dokter Prancis menciptakan istilah "menopause" pada tahun 1821 (Bulletin of the Indian Institute of History of Medicine, 2002).

Minat medis terhadap menopause meningkat pesat pada pertengahan abad ke-19. Pada tahun 1930-an orang mulai menggambarkannya sebagai penyakit defisiensi. Akibatnya, berbagai terapi "pengisian ulang" dianjurkan, misalnya "jus testikel" dan ovarium hewan yang dianjurkan.

Pada tahun 1970-an medikalisasi menopause telah selesai. Gejala menopause dianggap disebabkan oleh defisiensi estrogen dan terapi penggantian estrogen (hormon) dianggap sebagai solusi terbaik bagi perempuan paruh baya. Estrogen sintetik dikembangkan pada tahun 1938. Industri medis memasuki skenario menopause secara besar-besaran.

Pada tahun 1970-an, International Menopause Society didirikan. Kongres internasional pertama tentang menopause diselenggarakan di Paris, Prancis, pada tahun 1976. Berbagai negara telah membentuk perkumpulan nasional tentang menopause.

Baca Juga: Perlu Diluruskan, 7 Mitos tentang Menopause yang Banyak Dipercaya

Gejala menopause

Gejala menopause dapat sangat bervariasi dari satu individu dengan individu lainnya. Namun, terdapat beberapa gejala umum yang diketahui.

"Gejala yang umum meliputi hot flash (sensasi panas tiba-tiba yang menjalar ke wajah dan tubuh), berkeringat saat malam hari, gangguan tidur, perubahan mood, peningkatan risiko osteoporosis, dan gangguan keseimbangan hormon," kata dr. Henry.

Pengaruh menopause pada kondisi fisik

ilustrasi usia menopause (freepik.com/karlyukav)

Setiap perempuan yang memasuki usia menopause, menurut dr. Henry, sangat disarankan untuk melakukan beberapa hal ini:

  • Menerapkan gaya hidup sehat dengan pola makan sehat dan seimbang, rutin olahraga, tidur yang cukup, serta menghindari rokok dan alkohol. Disarankan juga untuk mulai mengonsumsi makanan dengan kandungan fitoestrogen tinggi, seperti olahan kedelai.
  • Melakukan perawatan kesehatan rutin berupa medical check-up, Pap smear, dan mamografi. Terapi hormon hanya disarankan pada perempuan yang mengalami penurunan kualitas hidup dan tidak dapat diatasi dengan berbagai terapi alternatif lainnya. Terapi hormon harus dalam pengawasan ketat oleh ahli dalam bidang menopause.
  • Melakukan pemeriksaan tulang untuk mengukur kepadatan tulang karena menopause dapat meningkatkan resiko osteoporosis. Osteoporosis adalah sebuah kondisi saat tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
  • Melakukan pemeriksaan jantung. Pascamenopause, perempuan berpotensi lebih tinggi terkena penyakit jantung. Penyebabnya termasuk penurunan estrogen, yang memiliki efek pelindung pada pembuluh darah.

Baca Juga: Apa Itu Menopause? Fase Perempuan yang Tidak Perlu Ditakuti

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya