TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rutin Minum Obat? Ikuti 5 Tips Ini sebelum Berhenti Mengonsumsinya

Beritahu dokter bila ingin berhenti mengonsumsi obat

ilustrasi obat (unsplash.com/Christina Victoria Craft)

Seseorang yang berusia lanjut (lansia) dan mempunyai riwayat medis serta rutin mengonsumsi obat dari dokter sebaiknya tidak terburu-buru untuk menghentikan obat hanya karena tubuh merasa sudah lebih baik. Tidak hanya lansia saja, anak-anak dan orang dewasa lainnya yang minum obat untuk penyakit medis maupun untuk gangguan kejiwaan juga harus waspada bila ingin menghentikan obat tersebut.

Apa sebabnya? Berhenti konsumsi obat secara mendadak tanpa konsultasi dengan dokter akan berakibat buruk bagi tubuh. Lantas, bagaimana solusinya? Berikut tips yang dapat kamu terapkan. 

1. Diskusikan terlebih dahulu dengan dokter

ilustrasi dokter sedang berkonsultasi dengan pasien (unsplash.com/National Cancer Institute)

Langkah utama yang perlu kamu terapkan adalah berkonsultasi dengan dokter, terutama bila obat yang ingin diberhentikan adalah resep dari dokter. Jangan takut untuk mengungkapkan alasan mengapa kamu tidak ingin minum obat tersebut, misalnya kesulitan biaya.

Dilansir MedlinePlus, dokter akan mengurangi dosis atau mungkin mengganti resep bila obat tersebut membuat pasien merasa tidak nyaman seperti tenggorokan menjadi kering atau sakit perut. Apabila pasien mengalami kesulitan dengan biaya, dokter dapat mengganti resep yang menggunakan obat generik dengan harga yang lebih terjangkau. Terkait masalah biaya, pasien tidak disarankan untuk memotong obat menjadi dua atau tidak meminumnya setiap hari karena ini akan membuat kondisi tubuh tidak membaik.

Baca Juga: 5 Tips Meredakan Nyeri Haid secara Alami Tanpa Minum Obat, Tokcer!

2. Ketahui ada beberapa obat yang tidak dianjurkan untuk diberhentikan

ilustrasi gejala depresi pada gangguan bipolar (unsplash.com/Nick Shuliahin)

Sekadar informasi, obat untuk mengatasi gangguan kejiwaan seperti gangguan bipolar dan obat medis misalnya epilepsi sebaiknya tidak langsung diberhentikan. Dilansir WebMD, memberhentikan obat epilepsi sendiri dan secara mendadak akan berisiko mengalami kejang dan dapat berbahaya, terutama bila sedang mengoperasikan kendaraan. 

Dilansir PsychCentral, seseorang yang rutin mengonsumsi lithium untuk mengatasi gangguan bipolar dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Dokter akan melakukan evaluasi dan dari hasil tersebut, dokter mungkin akan mengurangi dosis secara bertahap. Proses pengurangan dosis secara bertahap ini sangat penting, terutama bila orang tersebut sudah mengonsumsi obat dalam kurun waktu yang lama. 

3. Ketahui alternatif lain sebelum memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat

ilustrasi kelas yoga (pexels.com/ Yan Krukov)

Obat-obatan yang rutin diminum misalnya obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau penurun kolesterol tidak bisa asal diberhentikan. Kita sebaiknya mengetahui apa yang akan terjadi pada tubuh bila tidak minum obat tersebut. Informasi ini dapat diperoleh dari dokter atau kertas petunjuk yang ada di dalam kemasan obat.

Seseorang yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi memerlukan kombinasi obat-obatan dan perubahan gaya hidup seperti diet dan olahraga untuk mengontrol tekanan darah. Menghentikan obat yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah secara tiba-tiba dan tidak membiasakan pola hidup sehat dapat memicu tekanan darah menjadi naik. Akibatnya, orang tersebut rentan terkena penyakit jantung dan stroke.

Dilansir Consumer Reports, menambah aktivitas olahraga setiap hari dapat menjadi alternatif cara untuk mengontrol tekanan darah. Mengikuti sesi yoga atau akupunktur juga menjadi alternatif untuk mengurangi rasa sakit. 

4. Persiapkan diri untuk mengatasi efek putus obat

ilustrasi rasa mual (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Obat-obatan seperti antidepresan (antidepression) mempunyai efek putus obat (withdrawal effect) bila berhenti diminum secara tiba-tiba. Dilansir Mayo Clinic, seseorang yang sudah mengonsumsi obat antidepresan lebih dari 6 minggu dapat mengalami sindrom antidepressant discontinuation bila obat tersebut diberhentikan secara mendadak.

Beberapa gejala antidepressant discontinuation antara lain berupa sakit kepala, berkunang-kunang, merasa cemas, mual, dan gejala depresi muncul kembali. Mengacu kepada sumber yang sama, pasien perlu untuk berdiskusi dengan dokter dan konselor sebelum berhenti minum obat secara total.

Bila diperlukan, dokter akan memberikan obat antidepresan yang berbeda atau obat lain dalam jangka pendek untuk meringankan gejala putus obat. Pasien yang bersangkutan juga dianjurkan untuk mencatat perubahan perilaku dan gejala fisik lain selama proses pemberhentian obat. Ada kemungkinan dokter akan menyarankan pasien tersebut untuk mengonsumsi obat antidepresan lagi, terutama bila gejala depresi muncul kembali.

Baca Juga: Benarkah Minum Obat Diabetes Rutin Menyebabkan Kerusakan Ginjal?

Verified Writer

Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya