TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

#TeenSpace: Ini Nih Medical Check-up yang Diperlukan Remaja!

Jangan sampai kelewatan, sob!

ilustrasi medical check-up (IDN Times/Esti Suryani)

Ngomongin soal pemeriksaan kesehatan alias medical check-up, mungkin kita mikir kalau itu cuma buat orang dewasa. Salah besar, bruh! Nyatanya, remaja seperti kita juga perlu medical check-up!

Emangnya, sepenting apa, sih, medical check-up buat remaja? Ada berapa jenis tes yang perlu kita jalani? Biar nggak penasaran, langsung scroll ke bawah, yuk!

1. Cek tekanan darah juga perlu, lho, buat yang muda-muda kayak kita

ilustrasi pemeriksaan tekanan darah (pexels.com/Thirdman)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi bukan lagi penyakit orang yang sudah berumur. The truth is, makin banyak anak muda yang terkena hipertensi. Kalau ngintip penelitian dalam Journal of the American Medical Association (JAMA) pada 10 November 2020, ada 3–4 persen anak-anak dan remaja di Amerika Serikat (AS) yang sudah mengantongi diagnosis hipertensi.

FYI gaes, hipertensi jenisnya ada dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer biasanya dialami oleh orang-orang yang berat badannya ekstra, atau punya riwayat hipertensi dalam keluarga. Meanwhile, hipertensi sekunder, tuh, akar masalahnya adalah kondisi medis seperti masalah ginjal, jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), dan kumpulan kelenjar yang menghasilkan hormon-hormon (endokrin).

Back to the topic, jadi seberapa sering, sih, kita perlu cek tekanan darah? Rekomendasi ahli adalah setidaknya setahun sekali.

Kita bisa dibilang punya hipertensi kalau pengukuran tekanan darah menunjukkan angka 130/80 mmHg atau lebih dalam tiga pengukuran terpisah. Watch out, bro and sis!

2. Selain cek tekanan darah, mengukur indeks massa tubuh buat skrining obesitas juga nggak kalah penting, gaes!

ilustrasi obesitas (pexels.com/Andres Ayrton)

Obesitas dihubungkan dengan perasaan insecure dan self-esteem yang rendah. Kamu ngerasa gitu juga, nggak? Nggak cuma itu, obesitas juga sudah dihubung-hubungkan dengan banyak masalah kesehatan, contohnya hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes tipe 2, osteoartritis, sleep apnea, penyakit jantung koroner, hingga stroke dan kanker. TBL TBL TBL!

Mencegah itu waaaay better daripada mengobati. Setuju kan, bestie? Kalau menurut US Preventive Services Task Force (USPSTF), anak-anak yang umurnya 6 tahun ke atas dan remaja perlu skrining obesitas paling nggak setahun sekali.

Terus, gimana kita tahu kalau kita obesitas atau nggak? Easy peasy! Caranya dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT). Ada rumusnya, nih, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter kuadrat). Kalau hasilnya 30 atau lebih, fix banget itu obesitas. Kalau ribet hitung, mending langsung ke fasilitas layanan kesehatan terdekat, deh!

3. Jangan malas cek kolesterol sejak muda biar nggak nyesel

ilustrasi kolesterol (alphastockimages.com/Nick Youngson)

Biasanya, yang punya kolesterol tinggi itu mama, papa, dan orang yang seumuran atau lebih tua dari mereka. But, it's okay kalau punya inisiatif untuk memeriksakan diri. Justru, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) meng-encourage anak-anak dan remaja untuk melakukan pemeriksaan kolesterol.

Pemeriksaan ini harus dilakukan setidaknya sekali antara usia 9 hingga 11 tahun dan diulang antara usia 17 hingga 21 tahun. One more thing, orang yang obesitas atau punya diabetes harus lebih sering-sering cek kolesterol.

Nantinya yang diperiksa saat tes kolesterol itu adalah low-density lipoprotein (LDL), high-density lipoprotein (HDL), trigliserida, dan kolesterol total. Dan ingat, sebelum tes kamu bakal diminta untuk puasa dulu selama 8–12 jam.

Baca Juga: Cegah Kanker Serviks dengan Melakukan Skrining Rutin

4. Anemia apakah perlu dicek sejak remaja juga?

ilustrasi sel darah merah (pixabay.com/allinonemovie)

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, sekitar 32 persen remaja di negara kita ini mengalami anemia (kekurangan sel darah merah). Sering banget diremehin, padahal anemia bikin kita gampak capek, sulit fokus, dan ujung-ujungnya bisa bikin prestasi akademik drop!

Tenang, anemia gampang banget dideteksi dengan tes retikulosit, yaitu sel darah merah (eritrosit) yang belum matang. Jumlahnya yang normal itu di kisaran 0,5–2,5 persen pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang sehat. Kalau lebih tinggi dari itu, mungkin kita mengalami anemia!

Nggak cuma suplemen zat besi, anemia juga bisa diatasi lewat pola makan sehari-hari, seperti sapi, hati ayam, ikan, dan kerang. Terus, hindari makanan atau minuman yang bisa menghambat penyerapan zat besi saat atau sesaat setelah makan, seperti kopi atau teh. Paling nggak tunggu dulu minimal 1 jam kalau mau minum atau makan yang mengandung kafein.

5. Kalau cek gula darah, penting nggak?

ilustrasi memeriksa kadar gula darah (pixabay.com/TesaPhotography)

Pemeriksaan gula darah selalu ada dalam paket medical check-up mana pun. Bukan tanpa alasan nih, karena menurut International Diabetes Federation (IDF), ada sekitar 1,1 juta anak-anak dan remaja di seluruh dunia yang hidup dengan diabetes tipe 1.

Mengutip Nutrisense, kadar gula darah puasa yang normal untuk remaja umur 13–19 tahun itu adalah 70–150 mg/dL dan maksimal 140 mg/dL sekitar 1–2 jam setelah makan.

Jadi, sesering apa kita mesti cek gula darah? Paling baiknya sih setiap tiga bulan sekali. Kalau nggak memungkinkan, setahun sekali juga nggak apa-apa, kok!

FYI, cek gula darah di puskesmas murah banget, antara Rp15 ribu hingga Rp30 ribu. Bisa dibilang mahalan paket internet bulan kita, ya nggak sih?

6. Walaupun umur masih belasan, tetapi cek kesehatan mata juga sangat dianjurkan lho!

ilustrasi pemeriksaan mata (pixabay.com/newarta)

Sulit lihat tulisan di papan tulis padahal jaraknya nggak jauh-jauh amat? Atau umur masih belasan tapi penglihatan mulai buram? Coba deh cek kesehatan mata kamu.

Biasanya pemeriksaan mata meliputi tes buta warna, visus (ketajaman penglihatan), dan refraksi (untuk menentukan resep lensa korektif).

Dilansir iCare Vision Centers, remaja usia 13–18 tahun dianjurkan buat cek mata setiap dua tahun sekali, sedangkan remaja yang pakai kacamata atau lensa kontak harus diperiksa lebih sering, yaitu seenggaknya setahun sekali.

Pemeriksaan mata aja nggak cukup. Untuk menjaga kesehatan mata, coba deh batasin screen time paling lama 2 jam per hari buat hal-hal yang nggak penting-penting amat, misalnya scrolling media sosial, stalking gebetan, nonton film atau serial TV, atau main game. Satu lagi nih, jangan menatap layar gadget terlalu dekat!

Baca Juga: 7 Alasan Pentingnya Medical Check-up Sejak Muda, Jangan Tunggu Sakit

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya