TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perlukah Lansia Makan Whey Protein untuk Menjaga Massa Otot?

Salah satu kunci otot sehat saat usia tua

ilustrasi lansia sakit pinggang (freepik.com/jcomp)

Seiring bertambahnya usia, menjaga kesehatan tubuh menjadi makin penting. Proses penuaan membawa perubahan fisiologis, salah satunya adalah penurunan massa otot.

Dalam usaha untuk melawan efek penuaan pada massa otot, salah satu yang perlu dipertimbangkan oleh kelompok lanjut usia (lansia) adalah mengonsumsi suplemen protein, seperti whey protein, untuk membantu menjaga massa otot.

Apakah penggunaan bubuk whey protein atau suplemen lainnya dapat menjadi pilihan yang untuk mendukung kesehatan otot lansia? Mari kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini.

1. Penurunan massa otot seiring bertambahnya usia

ilustrasi sarkopenia (freepik.com/psodaz)

Protein merupakan zat gizi makro yang sangat penting bagi orang dewasa yang lebih tua. Penelitian dalam jurnal Current Opinion in Clinical Nutrition & Metabolic Care menunjukkan bahwa rata-rata orang mulai kehilangan massa otot secara bertahap pada usia 30-an dan 40-an. Setelah usia 60 tahun, penurunan ini menjadi lebih cepat.

Ketika hilangnya massa otot ini mencapai tingkat yang cukup parah, ini bisa menyebabkan sarkopenia, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.

Studi dalam Journal of Cachexia, Sarcopenia and Muscle menunjukkan bahwa sarkopenia dapat meningkatkan risiko jatuh, patah tulang, dan cacat fisik. Itu semuanya dapat menghambat mobilitas, kemandirian, dan kualitas hidup orang dewasa yang lebih tua.

Sarkopenia juga dapat menyebabkan resistansi insulin, yang dapat menyebakan diabetes tipe 2.

2. Pentingnya protein untuk lansia

ilustrasi protein (freepik.com/freepik)

Seiring bertambahnya usia, tubuh cenderung kehilangan massa otot secara alami. Fenomena ini dapat menjadi lebih cepat dan lebih nyata setelah mencapai usia 60 tahun.

Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan protein dapat menjadi salah satu faktor penyebab sarkopenia. Oleh karena itu, asupan protein yang cukup dapat menjadi kunci untuk menjaga kesehatan otot pada usia lanjut.

Walaupun ada pedoman yang menyarankan agar orang dewasa mengonsumsi setidaknya 0,8 gram protein per kilogram berat badan per hari, tetapi banyak ahli merekomendasikan asupan yang lebih tinggi untuk lansia.

Katie Dodd, ahli diet berlisensi dan pendiri blog Geriatric Dietitian, merekomendasikan agar lansia yang sehat mengonsumsi minimal 1 hingga 1,2 gram protein per kilogram berat badan per hari, dilansir The New York Times.

Katie juga memperingatkan bahwa kebutuhan protein dapat bervariasi tergantung pada kondisi masing-masing orang.

Orang dewasa yang lebih tua yang memiliki luka atau cedera mungkin membutuhkan sedikit lebih banyak protein untuk membantu proses penyembuhan.

Sementara itu, orang yang memiliki penyakit ginjal disarankan untuk mengurangi asupan protein.

Tingkat aktivitas fisik yang berbeda juga dapat mengubah perhitungan ini.

Baca Juga: Studi: Lansia yang Aktif Berhubungan Seks Bisa Lebih Sehat

3. Apakah bubuk whey protein diperlukan?

ilustrasi whey protein (freepik.com/freepik)

Salah satu opsi yang sering dibahas untuk meningkatkan asupan protein adalah melalui penggunaan bubuk whey protein. Ini dikenal karena kaya akan asam amino, yang merupakan blok pembangun protein. Selain itu, tubuh juga dapat dengan mudah menyerap whey protein.

Studi dalam Journal of Exercise Nutrition & Biochemistry menunjukkan bahwa whey protein dapat memberikan manfaat khusus untuk otot ketika dikonsumsi bersamaan dengan aktivitas fisik, seperti latihan resistansi.

Namun, apakah penting bagi setiap lansia untuk mengandalkan whey protein atau suplemen protein lainnya?

Menurut Katie, ini bukan suatu keharusan. Sebagian besar kebutuhan protein bisa dipenuhi melalui makanan sehari-hari, termasuk sumber protein hewani seperti ikan, daging, telur, dan produk susu, serta sumber nabati seperti kacang-kacangan, kedelai, dan lentil.

Katie menekankan bahwa lansia sehat yang menerapkan pola makan seimbang seharusnya tidak memerlukan suplemen protein. Akan tetapi, jika sulit memenuhi kebutuhan protein melalui makanan, maka suplemen bisa menjadi opsi. Sebaiknya bicarakan opsi ini dengan dokter.

Verified Writer

Nida

Capturing life's whispers, one sentence at a time.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya