TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Social Masking, Apa Arti Sebenarnya? Menyingkap Kepalsuan

Ketika kamu terjebak dalam karakter palsu

Ilustrasi social masking (freepik.com/rawpixel.com)

Sosialisasi adalah aspek penting dalam kehidupan manusia, di mana kita sering kali berusaha untuk memahami dan diterima oleh kelompok sosial tertentu. Namun, ada fenomena yang dikenal sebagai "social masking" yang terjadi ketika seseorang menyembunyikan diri sejatinya untuk bisa berbaur dengan sebuah kelompok.

Meskipun pada awalnya social masking dapat memberikan manfaat segera, seperti diterima dalam kelompok sosial. Namun dalam jangka panjang hal ini akan membawa dampak negatif.

Pada artikel ini, kita akan menjelajahi konsep social masking lebih lanjut, mencari tahu mengapa hal ini terjadi, dampak apa saja yang terjadi, dan memberikan saran tentang bagaimana seseorang dapat membebaskan diri dari pola perilaku ini.

1. Memahami konsep social masking

Ilustrasi macam-macam perasaan (freepik.com/freepik)

Social masking adalah fenomena yang melibatkan tindakan menyembunyikan perasaan dan kepribadian seseorang yang sebenarnya untuk dapat menyesuaikan diri dan diterima oleh orang lain. Fenomena ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari, di mana seseorang mungkin merasa perlu untuk menyembunyikan emosi atau karakteristik pribadi tertentu untuk memenuhi harapan sosial atau menghindari konfrontasi.

Menurut Dr. Ken Fung director of therapy and counselling, Jadis Blurton Family Development Center. Social masking awalnya dikaitkan dengan individu dengan spektrum autisme yang berjuang untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang khas. Seiring berjalannya waktu, disadari bahwa ini bukan hanya masalah individu dengan spektrum autisme saja, tetapi  banyak orang "biasa" juga melakukan social masking dalam berbagai situasi.

Baca Juga: 5 Bentuk Hubungan Sosial yang Bisa Meredakan Stres Kamu

2. Membongkar akar masalah social masking

Ilustrasi berpelukan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Lingkungan tempat seseorang tumbuh dapat memiliki dampak yang signifikan pada kecenderungan mereka untuk melakukan social masking. Lingkungan yang mendukung dan menerima secara emosional cenderung mendorong harga diri yang lebih tinggi. Di sisi lain, lingkungan yang kritis atau meremehkan dapat menjadi pendorong social masking sebagai cara untuk mencari penerimaan.

Menurut laporan penelitian dalam jurnal Developmental Psychology, menunjukkan bahwa ketika lingkungan keluarga dan sekolah memberikan dukungan emosional yang kuat, individu cenderung lebih percaya diri dalam mengekspresikan diri mereka tanpa perlu menyembunyikan perasaan dan kepribadian mereka.

3. Dampak jangka pendek dan jangka panjang

Ilustrasi cemas (pexels.com/Liza Summer)

Meskipun social masking dapat memberikan manfaat langsung seperti diterima dalam kelompok sosial, tetapi social masking juga dapat memiliki dampak negatif jangka panjang. Beberapa efek samping dari social masking adalah keraguan diri yang mendalam dan kecemasan.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Autism Adulthood, ditemukan bahwa individu yang secara rutin melakukan social masking memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada mereka yang lebih terbuka dalam mengekspresikan diri. Ini menunjukkan bahwa terlalu sering menyembunyikan kepribadian sejati kita dapat mengakibatkan beban emosional yang signifikan

Baca Juga: 5 Alasan Penderita ADHD Berisiko Terkena Social Anxiety

Writer

Nida

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya