TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penuhi Asupan Gizi Harian Anak dengan Panduan 'Isi Piringku'

Stunting harus mendapat perhatian serius

Arif Mujahidin Corporate Communication Director Danone Indonesia; dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB; dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinik; Budayawan Lombok Dr. Lalu Ari Irawan (Dok. Danone Indonesia)

Sejalan dengan visi "One Planet One Health" yang berkomitmen membawa kesehatan melalui makanan dan minuman ke sebanyak mungkin orang, Danone Indonesia terus berkomitmen untuk mendukung target pemerintah dalam penurunan angka stunting di Indonesia.

Hal tersebut dilakukan karena Danone Indonesia melihat bahwa stunting patut mendapat perhatian serius karena dapat berdampak pada tumbuh kembang anak, terutama risiko gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan tepat.

Baca Juga: Atasi Stunting, Pemprov NTB bersama Danone Indonesia Edukasi Warga

Isi Piringku: Panduan gizi lengkap dan seimbang dukung pemenuhan asupan gizi harian anak

dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Klinik (Dok. Danone Indonesia)

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Indonesia masih mencapai 21,6 persen. Meskipun telah ada penurunan angka stunting sebanyak 2,8 persen dibandingkan data SSGI 2021 yang mencapai 24,4 persen, tetapi prevalensi tersebut masih lebih tinggi dibanding angka yang dianjurkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu di bawah 20 persen.

Bahkan, stunting memiliki prevalensi tertinggi dibanding dengan masalah gizi lainnya seperti wasting (gizi kurang) 7,7 persen, underweight (kurus) 17,1 persen, dan overweight (gemuk) 3,5 persen. Hal tersebut terjadi karena masih banyak daerah-daerah yang butuh dukungan dan perhatian khusus berbagai pihak, karena prevalensi angka stuntingnya lebih tinggi dibanding daerah lain. Salah satunya adalah Nusa Tenggara Barat (NTB) yang masih memiliki angka prevalensi stunting tertinggi keempat di Indonesia, yaitu sebesar 32,7 persen.

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Selain bentuk fisik, anak dengan kondisi stunting berisiko memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan rentan terhadap penyakit.

"Penting untuk diperhatikan para orang tua bahwa asupan nutrisi yang tepat dengan gizi seimbang menjadi salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk untuk pencegahan stunting," kata dokter spesialis gizi klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK dalam rangkaian acara "Aksi Gizi Generasi Maju: Pentingnya Asupan Protein Hewani untuk Wujudkan Generasi Maju Bebas Stunting" di Novotel Lombok Resort & Villas, Lombok, NTB, pada Jumat (10/2/2/2023)

Asupan nutrisi yang tidak optimal, seperti rendahnya asupan protein hewani dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia, menjadi salah satu faktor penyebab stunting pada anak. Sebab tubuh yang kekurangan asupan protein hewani dan zat besi akan mengalami gangguan fungsi hormonal, regenerasi sel, sistem kekebalan tubuh, massa otot, fungsi kognitif dan kemampuan motorik anak.

Oleh karena itu, bersama dengan asupan nutrisi yang tidak optimal, anemia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya gangguan pertumbuhan (growth faltering) yang merupakan awal terjadinya stunting.

Bila kondisi tersebut terus berlanjut, maka akan berdampak serius pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti terhambatnya pertumbuhan fisik yang dapat menyebabkan stunting.

Isi Piringku merupakan panduan gizi lengkap dan seimbang untuk sekali makan yang mendukung pemenuhan asupan gizi harian anak. Untuk itu, agar dapat membantu pemenuhan nutrisi harian anak, makanan bergizi seimbang yang kaya dengan protein hewani sangat penting untuk mendukung pertumbuhan optimal anak serta membantu mencegah dan mengatasi stunting.

Selain itu, penting juga untuk dilengkapi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat guna mendukung tumbuh kembang maksimal anak. Penyerapan yang optimal dapat membantu meningkatkan pertumbuhan otak dan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan sensorik, serta daya tahan tubuh anak.

Dokter Nurul mengatakan terdapat banyak sumber makanan yang mengandung protein hewani dan zat besi dapat diperoleh dengan mudah misalnya pada daging merah, ayam, hati, ikan, telur dan susu terfortifikasi. Bahkan, banyak potensi pangan lokal di setiap daerah di Indonesia yang bisa menjadi sumber protein hewani.

Salah satunya Lombok yang memiliki beragam pangan potensial yang cukup terkait dengan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, di antaranya berbagai pangan laut seperti ikan, udang, cumi-cumi, dan kerang yang  mudah ditemukan masyarakat. Contoh lain adalah Nyale (cacing laut).

"Nyale ternyata kaya akan protein hewani hingga sebanyak 43,84 persen, sedangkan telur ayam mengandung 12,2 persen dan susu sapi sekitar 3,5 persen, serta memiliki kadar zat besi yang cukup tinggi mencapai 857 ppm sangat tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat (80 ppm).

"Selain pangan lokal yang kaya akan protein untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, dapat juga dilengkapi juga dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi zat besi dan vitamin C agar si kecil  dapat tumbuh optimal,” jelas dr. Nurul.

Provinsi NTB terus berkomitmen untuk mengupayakan percepatan penurunan stunting

dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB (Dok. Danone Indonesia)

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM, MARS mengatakan bahwa Provinsi NTB terus berkomitmen untuk mengupayakan percepatan penurunan stunting.

"Upaya tersebut telah memberikan hasil positif, di mana berdasarkan Sigiziterpadu (e-PPGBM) telah menunjukkan penurunan angka stunting di NTB pada 2022 menjadi 16,86 persen," papar dr. Lalu.

"Upaya penanganan stunting tentunya harus terus dilakukan dengan koordinasi dan keterlibatan antar lima elemen yang disebut pentahelix, yaitu pemerintah pusat dan daerah, akademisi atau perguruan tinggi, sektor swasta, masyarakat atau kelompok komunitas, serta media," ia melanjutkan.

Kolaborasi ini bisa dilakukan dengan terus meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemenuhan nutrisi dengan protein hewani dan menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). 

"Maka dari itu, kami menyambut baik kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti dukungan dari Danone Indonesia dalam mendukung penyelesaian masalah stunting di NTB dalam memperkuat intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik merupakan penanganan yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu memberikan makanan yang kaya protein hewani. Selain itu, intervensi sensitif yang merupakan penanganan faktor-faktor penyebab stunting di luar kesehatan seperti masalah sanitasi dan kebersihan lingkungan yang juga sangat menentukan dalam upaya menurunkan kasus stunting di NTB,” kata dr. Lalu.

Dokter Lalu mengatakan bahwa ia menyambut baik semua inisiatif serta kolaborasi yang akan berdampak positif untuk menurunkan angka stunting di NTB.

"Seperti upaya yang dilakukan Danone Indonesia untuk memberikan edukasi kepada masyarakat NTB tentang gizi seimbang dan pentingnya asupan makanan kaya protein hewani dan zat besi untuk cegah stunting."

Hal tersebut sejalan dengan  slogan yang digaungkan Kementerian Kesehatan RI dalam peringatan Hari Gizi Nasional 2023.

Kami berharap lebih banyak pemangku kepentingan dan pelaku industri lainnya yang dapat terus aktif melakukan kemitraan yang strategis dan sinergis untuk mendukung Program Percepatan Penurunan Stunting dan mendukung terciptanya anak generasi maju di Indonesia,” kata dr. Lalu.

Baca Juga: Keroyok Stunting dengan 'Dewili', Kantor Bahasa NTB Sasar Desa Wisata 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya