TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Penyebab Orangtua Sering Tidak Sadar Anaknya Mengalami Gizi Kurang

Tumbuh kembang anak bisa terhambat

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gizi kurang merupakan masalah yang sering kali dialami oleh anak-anak karena mereka tidak mendapatkan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya dalam waktu yang lama.

Bila anak mengalami gizi kurang, berat badan anak bisa kurang, kurus, atau bertubuh pendek. Selain itu, anak juga bisa mengalami penurunan nafsu makan dan mudah sakit. Dilansir Healthline, anak dengan gizi kurang juga memiliki kulit kering, luka sulit sembuh, rambut terlihat kering dan mudah rontok, mudah marah, rewel, dan kelelahan.

Sayangnya, orangtua sering kali tidak menyadari jika anaknya mengalami gizi kurang. Padahal, bila kondisi ini terus berlanjut tanpa penanganan, ini bisa menyebabkan gizi buruk.

Lantas, apa yang menyebabkan orangtua tidak menyadari kalau anaknya punya status gizi kurang?

1. Orang tua tidak mengerti pertumbuhan anak

ilustrasi anak (pexels.com/Juan Pablo Serrano Arenas)

Bagaimana untuk tahu anak punya berat badan kurang, berbadan kurus, atau pendek? Ini bisa diketahui dengan kategori dari perhitungan nilai Z-score, tetapi mungkin ini sulit dilakukan untuk masyarakat awam.

Mudahnya adalah dengan memantau tumbuh kembang anak dari Kartu Menuju Sehat (KMS), karena di situ ada grafik pertumbuhan anak yang lebih mudah untuk dipahami.

Anak dengan tinggi badan yang lebih pendek daripada teman-teman seusianya, atau bila anak sering sakit misalnya, ini juga perlu diwaspadai. Karena, sering kali berat badan anak tidak naik karena kondisi sakit, terutama sakit infeksi seperti diare.

Baca Juga: Tips Memilih Camilan Sehat untuk Anak-anak, Harus Seimbang Gizinya

2. Tidak rutin ke posyandu

ilustrasi kegiatan di Posyandu (commons.wikimedia.org/Kanoman123)

Berkaitan dengan poin pertama, coba evaluasi apakah orangtua rutin membawa anak ke posyandu? Ini penting, lo, untuk cek berat badan dan tinggi anak secara rutin, khususnya pada usia 0-59 bulan. Dari pencatatan di KMS, orangtua bisa mengetahui apakah anak tumbuh dengan baik atau mengalami masalah seperti status gizi kurang.

Di masa pandemik COVID-19, memang kegiatan di posyandu di beberapa wilayah menjadi terhambat. Namun, kader posyandu tidak diam begitu saja. Ini terbukti dengan adanya kemauan dari beberapa posyandu untuk mendatangi rumah warga satu per satu yang ada balitanya.

Ke posyandu itu seolah skiring atau pengkajian awal untuk mengetahui anak memiliki pertumbuhan yang baik atau tidak, adakah potensi atau masalah kesehatan, atau apakah anak baik-baik saja atau butuh penanganan lebih lanjut. Itulah kenapa orangtua harus rutin membawa anak ke posyandu setiap bulan atau sesuai jadwal.

Bila lebih memilih untuk mengecek pertumbuhan anak ke dokter, tak masalah. Yang penting pertumbuhan, baik dari berat badan maupun tinggi badan anak selalu terpantau setiap bulannya.

3. Karena anak masih tampak aktif dan ceria

ilustrasi anak bermain (pexels.com/Cottonbro)

Orang tua kadang tidak menyadari anaknya mengalami gizi kurang karena anak masih terlihat aktif dan ceria, bermain, dan masih bisa lari ke sana ke mari. Padahal, bisa jadi berat badan anak tercatat pada grafik KMS berada di bawah garis merah.

Memang gizi kurang menimbulkan tanda emosional seperti rewel atau cengeng. Namun, bisa jadi anak dengan gizi kurang masih aktif bermain atau tidak rewel, dan bila diamati bisa saja lemak dan massa otot pada tubuh anak perlahan mulai hilang, menyebabkan anak mulai kurus, berat badan tetap, atau malah turun.

4. Orang tua tidak punya pengetahuan tentang gizi dan kurang peka dengan kondisi fisik anak

ilustrasi ibu menggendong bayi (pexels.com/Sarah Chal)

Ketidaktahuan tentang gizi anak juga bisa menjadi penyebab kenapa orangtua tidak peka dengan kondisi anak. Biasanya posyandu mengadakan kegiatan penyuluhan atau konseling untuk ibu yang bisa diikuti. Namun, lagi-lagi karena pandemik, kegiatan penyuluhan sulit dilakukan. Kondisi ini bisa berisiko meningkatkan gizi kurang pada anak.

Penyuluhan biasanya berkaitan dengan hal umum berupa pola asuh anak, misalnya ASI, MPASI, stunting, dan masalah gizi kurang atau gizi buruk. Setidaknya orangtua mengerti ada masalah-masalah seperti gizi kurang yang bisa menimpa anak, dan bisa lebih peduli dengan kondisi anak.

Baca Juga: Lengkap! Inilah 15 Macam Imunisasi Anak beserta Jadwalnya

Writer

Putri Yulianingtyas

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya