Para Ahli Buktikan Bahwa Gak Ada yang Namanya Makanan Sehat, Kok Bisa?
Apakah semua makanan berarti tidak sehat?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika mencoba menurunkan berat badan, lebih baik untuk mendasarkan keputusanmu pada fakta ilmiah, bukan diet yang sedang trend. Sebuah penelitian besar yang dilakukan oleh para ilmuwan Israel menemukan bahwa tidak ada prinsip universal untuk diet sehat, dan bagi sebagian orang, tomat mungkin lebih berbahaya daripada es krim.
Eran Elinav dan Eran Segal dari Weizmann Institute of Science melakukan survei kepada 800 sukarelawan dari usia 18 hingga 70. Para peserta penelitian menggunakan aplikasi khusus untuk menginformasikan para peneliti tentang gaya hidup mereka dan masing-masing memiliki meter glukosa pada mereka untuk terus melacak kadar gula dalam darah mereka.
Hasilnya mengejutkan seluruh dunia. Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa fakta yang akan membantumu memahami makanan apa yang harus kamu makan agar tidak menambah berat badan dan tetap sehat!
1. Reaksi tubuh terhadap makanan berbeda masing-masing tergantung tubuhnya, bukan makanannya
Ternyata, tubuh beberapa orang bereaksi terhadap makanan yang tidak biasa dengan terjadinya peningkatan kadar gula. Misalnya, sushi, yang terlihat benar-benar tidak berbahaya, memberikan dorongan gula yang setara dengan makan es krim.
Sedangkan semangka menyebabkan lonjakan gula darah lebih besar daripada cokelat. Salah satu peserta percobaan mengatakan bahwa dia telah berusaha menurunkan berat badan selama bertahun-tahun.
Dia mencoba diet yang berbeda sampai dia menyadari bahwa alasan tingginya kadar gula adalah tomat favoritnya. Dengan kata lain, orang yang berbeda dapat memiliki reaksi yang sama sekali berbeda terhadap makanan yang sama dan ini dapat bergantung pada beberapa faktor:
- Microbiome individu. Ini adalah satu set 100 triliun mikroba yang hidup di dalam tubuh. Orang yang berbeda memiliki mikrobioma yang berbeda dan mereka mempengaruhi respons kita terhadap makanan.
- Aktivitas fisik. Ini membutuhkan energi yang biasanya datang ke otot-otot seperti gula dari hati. Orang-orang yang lebih aktif secara fisik memiliki sel-sel yang lebih rentan terhadap glukosa, sehingga tingkat gula mereka biasanya lebih rendah daripada orang-orang yang memiliki gaya hidup menetap.
- Level stres. Stres membuat tubuh kita menghasilkan adrenalin dan kortisol yang merangsang peningkatan kadar gula dalam darah.
Baca Juga: Konsumsi Minyak Kelapa, Benarkah Sehat? Ini 4 Hasil Riset Para Ahli!
Baca Juga: Sadari 6 Hal Penting dalam Informasi Nilai Gizi di Kemasan Makanan Ini