TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bisa Picu Kecemasan, Ini Sederet Alasan untuk Kurangi Konsumsi Gula

Awas bisa meningkatkan risiko depresi!

ilustrasi konsumsi gula (pexels.com/cottonbro)

Bukan rahasia lagi kalau gula dapat menyebabkan masalah jika terlalu banyak dikonsumsi. Efek berbahaya yang ditimbulkan dari konsumsi makanan manis secara berlebihan dan potensi munculnya penyakit kronis telah banyak dibahas lewat penelitian.

Nah, ternyata potensi efek samping mengonsumsi gula tidak hanya berlaku pada kesehatan fisik, tetapi juga terhadap kesehatan mental yang perlu diberikan perhatian lebih.

Lewat ini, kita akan mempelajari bagaimana gula bisa memicu dan memperparah gejala kecemasan.

1. Gula bisa memengaruhi mood

ilustrasi cowok sedang badmood (pexels.com/cottonbro)

Saat mengalami bad mood, banyak orang yang ingin mengonsumsi makanan atau minuman manis untuk membuat suasana hati lebih baik. Kamu salah satunya?

Namun, ternyata makanan maupun minuman dengan kadar gula yang tinggi bukan pilihan baik, lo! Ini karena menurut penelitian, gula tidak memiliki efek positif terhadap suasana hati yang lebih baik.

Sebuah studi dalam jurnal Scientific Reports tahun 2017 menunjukkan bahwa makanan tinggi gula dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan suasana hati pada laki-laki dan gangguan suasana hati berulang baik pada laki-laki maupun perempuan.

Penelitian dalam jurnal MDPI Nutrients tahun 2019 menjelaskan bahwa konsumsi lemak jenuh dan gula tambahan secara teratur berkaitan dengan perasaan cemas yang lebih tinggi pada orang dewasa usia di atas 60 tahun.

Meskipun butuh lebih banyak penelitian untuk memperkuat hubungan antara suasana hati dan konsumsi gula, tetapi penting untuk mempertimbangkan bagaimana gaya hidup dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis. 

Baca Juga: 7 Cara Alami Kurangi Gula Berlebihan dalam Tubuh, Cegah Diabetes

2. Gula dapat melemahkan kemampuan tubuh dalam mengatasi stres

ilustrasi makan donat (pexels.com/Andres Ayrton)

Gula memiliki kemampuan untuk membantu kamu merasa tidak terlalu lelah, dengan cara menekan sumbu hipotalamus hipofisis adrenal di otak, yang bertanggung jawab untuk mengontrol respons terhadap stres

Salah satu penelitian dalam The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism tahun 2015 menemukan bahwa gula dapat menghambat sekresi kortisol yang diinduksi stres. Kortisol merupakan hormon stres, dan menurut penelitian tersebut konsumsi gula bisa meminimalkan perasaan cemas dan tegang pada responden perempuan. 

Namun, menggunakan makanan manis sebagai cara mengatasi kecemasan efeknya hanya sementara. Efek ketergantungan pada gula justru lebih dikhawatirkan, karena bisa meningkatkan risiko obesitas dan penyakit terkait lainnya. 

Sementara gula digunakan sebagai penglihang stres, tetapi pada saat bersamaan makanan manis juga dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk merespons stres. Ini berdasarkan studi dalam jurnal Current Opinion in Behavioral Sciences tahun 2017.

3. Gula bisa meningkatkan risiko depresi

ilustrasi depresi (freepik.com/yanalya)

Sulit untuk menghindari makanan kesukaan, terutama setelah menjalani hari yang berat. Akan tetapi, siklus mengonsumsi gula untuk memperbaiki mood mungkin justru bisa membuat perasaan sedih, lelah, atau putus asa makin memburuk.

Beragam penelitian yang terangkum dalam jurnal Antioxidants tahun 2019 telah menemukan hubungan antara diet tinggi gula dan depresi. Disimpulkan bahwa konsumsi gula berlebihan memicu ketidakseimbangan pada bahan kimia tertentu di otak. Ketidakseimbangan itu dapat menyebabkan depresi dan bahkan meningkatkan risiko pengembangan gangguan kesehatan mental jangka panjang.

Temuan tersebut diperkuat dengan studi dalam jurnal Scientific Reports tahun 2017, yang melaporkan bahwa pria yang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi (67 gram atau lebih setiap hari) memiliki 23 persen kemungkinan lebih tinggi untuk menerima diagnosis depresi klinis dalam waktu 5 tahun. 

Tidak hanya bagi pria, penelitian lain dalam The American Journal of Clinical Nutrition juga menunjukkan bahwa perempuan yang mengonsumsi makanan manis terkait dengan peningkatan risiko mengalami depresi. 

4. Berhenti mengonsumsi makanan manis bisa terasa seperti serangan panik

ilustrasi makan-makan (pexels.com/@pixabay)

Setelah mengetahui efek negatif konsumsi berlebihan gula terhadap kesehatan mental, kamu mungkin ingin segera meninggalkan makanan-makanan manis. Namun, berhenti mengonsumsi gula olahan mungkin tidak semudah itu. Ini karena penghentian konsumsi gula dapat menyebabkan efek samping, seperti: 

  • Kecemasan. 
  • Mudah marah. 
  • Kebingungan.
  • Kelelahan. 

Dampak penarikan (withdrawal) konsumsi gula tersebut memiliki kesamaan dengan zat adiktif tertentu.

Orang yang terbiasa mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi dapat mengalami sensasi fisiologis penarikan jika tiba-tiba berhenti mengonsumsi gula. Ini bisa memicu perasaan seperti serangan panik, terutama bagi yang mengalami gangguan kecemasan.

Jadi, menghentikan konsumsi gula sama sekali mungkin bukan solusi terbaik bagi yang memiliki kecemasan. Kurangi gula secara perlahan dan maksimal konsumsi 50 gram per hari, sesuai anjuran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 

Baca Juga: 5 Buah dengan Kandungan Tinggi Gula, Amankah Dikonsumsi?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya