TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bukan Semata Karena Keringat, Ini 10 Fakta Bau Badan Menurut Para Ahli

Keringat itu sebenarnya gak berbau, lho

smithsonianmag.com

Setiap manusia pada dasarnya memiliki bau pada tubuhnya. Namun, jika bau badan menjadi sangat menyengat hingga tercium oleh orang sekitar dan muncul secara terus-menerus bahkan dalam hitungan setengah jam seusai mandi, maka ini disebut dengan bromhidrosis.

Masalah bau badan (bromhidrosis) sering digeneralisasi diakibatkan karena keringat berlebih. Padahal, keringat sebenarnya tidak memiliki bau saat menyentuh permukaan kulit.

Lantas, apa yang menyebabkan seseorang mengalami bau badan? Yuk, simak penjelasannya beserta fakta menarik lainnya seputar bau badan berikut ini.

1. Terjadi karena bakteri pada tubuh mengubah sekresi kelenjar keringat menjadi senyawa asam

pexels.com/Pixabay

Sekresi kelenjar keringat tidak mengeluarkan bau saat mencapai permukaan tubuh. Bau badan muncul ketika keringat diuraikan oleh bakteri yang ada pada tubuh.

Peneliti dari Universitas York yang bekerja sama dengan ahli dari Unilever menemukan bahwa bakteri Staphylococcus hominis memiliki kemampuan untuk menguraikan molekul keringat menjadi senyawa berbau tidak sedap yang disebut dengan thioalcohol 

Artikel ilmiah di bidang kesehatan kulit dan kelamin garapan Siskawati, dkk yang terbit pada tahun 2014 menyebutkan bahwa bau badan pada aksila (ketiak) disebabkan karena bakteri gram positif, khususnya berupa Micrococcaceae, Staphylococcus spp, Propionibacterium, dan Corynebacterium spp

2. Bau badan tipe apokrin paling sering ditemukan dibandingkan tipe ekrin

pexels.com/Pixabay

Dilansir dari sebuah artikel ilmiah dalam bidang kesehatan kulit dan kelamin yang digarap oleh Siskawati, dkk, disebutkan bahwa bau badan tipe apokrin paling sering ditemukan dalam kasus bromhidrosis dibandingkan dengan tipe ekrin. Nama apokrin dan ekrin sendiri diambil dari dua tipe kelenjar keringat yang ada pada tubuh manusia.

Lebih lanjut diterangkan bahwa bau badan tidak banyak disebabkan oleh kelenjar ekrin karena kelenjar ekrin banyak berperan dalam pengaturan suhu serta sekresi air dan elektrolit sehingga lebih berpengaruh pada kuantitas keringat dibandingkan dengan dampaknya pada bau badan.

Sedangkan kelenjar apokrin sendiri menghasilkan sekresi berupa kelenjar berminyak.

Siskawati, dkk menerangkan dalam artikel ilmiahnya bahwa hasil sekresi dari kelenjar apokrin tidak berbau ketika mencapai permukaan tubuh. Namun bau yang terjadi merupakan hasil dari dekomposisi bakteri pada hasil sekresi kelenjar apokrin. 

3. Apakah bau badan dapat diturunkan secara genetik?

unsplash.com/Sandy Millar

Beberapa ahli menerangkan bahwa bau badan dapat diturunkan secara genetik. Ian Day, seorang ahli epidemiologi genetika di Universitas Bristol (2013) mengungkapkan bahwa beberapa tahun yang lalu para ilmuwan menemukan bahwa gen yang disebut ABCC11 menentukan apakah orang menghasilkan kotoran telinga ‘basah’ atau ‘kering’.

Yang menarik, orang-orang yang memproduksi kotoran telinga versi ‘kering’ juga 'kekurangan' zat kimia di ketiak mereka yang jika diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau ketiak.

Ian Day melanjutkan, ada juga populasi tertentu yang tidak memiliki ‘bakat’ bau badan. Pada populasi Eropa, ada sekitar dua persen orang yang ‘memiliki lebih sedikit’ gen untuk bau badan. Kemudian, sebagian besar orang Asia Timur, dan hampir semua orang Korea tidak memiliki 'bakat' bau badan.

Sedangkan, ahli bedah plastik asal Shanghai, Mao, dkk (2008) menyebutkan bahwa pasien bromhidrosis memiliki jumlah dan atau ukuran kelenjar apokrin yang lebih besar, sehingga sekresi kelenjar keringat juga lebih besar yang berpengaruh pada risiko bau badan yang lebih tinggi. 

Mao, dkk melanjutkan bahwa penderita bromhidrosis lebih banyak ditemukan pada populasi kulit hitam, misalnya populasi turunan Afrika-Amerika. Namun, bromhidrosis pada dasarnya bisa menimpa semua ras, dan usia.

Seperti yang dilansir dari laman Washington Post, diberitakan bahwa seorang kulit putih keturunan Yahudi dipaksa turun dari pesawat American Airlines oleh para awak dikarenakan banyak penumpang yang melakukan komplain berkenaan dengan bau badan dari orang tersebut. 

4. Apa penyebab bau pada kaki?

unsplash.com/Jan Romero

Dr. Marie Jhin, MD, seorang dermatologi asal San Francisco melalui Reader's Digest mengatakan bahwa menggunakan sepatu tanpa kaus kaki bisa menyebabkan bau kaki. Hal ini karena kaus kaki yang bisa berfungsi untuk menyerap kelembapan justru kehadirannya diabsensikan, sehingga menggunakan sepatu model tertutup tanpa kaus kaki dapat menyebabkan kaki ‘bermandikan’ keringat dan bakteri. 

Selain itu, masih berdasarkan jurnal penelitian Siskawati, dkk, bau kaki disebabkan oleh aktivitas kelenjar ekrin dimana bakteri pada keratin telah dilunakkan oleh hasil sekresi kelenjar ekrin dan diubah menjadi metabolik volatile yang menghasilkan bau.

Kondisi bromhidrosis ekrin bisa diperparah akibat cuaca panas, obesitas, dan penyakit diabetes melitus.

Baca Juga: Ini 8 Penyebab Bau Badan yang Sering Orang Lupakan, Sadarilah Segera

5. Mengapa bau badan tidak sedap sering berasal dari ketiak?

thompsontee.com/blog

Area aksila (ketiak) adalah area tubuh yang paling banyak memiliki kelenjar apokrin. Sedangkan, seperti yang diketahui bahwa kelenjar apokrin sering menjadi faktor penyebab bau badan.

Siskawati, dkk memaparkan bahwa bakteri Propionibacterium dan Staphylococcus mampu menfermentasi gliserol dan asam laktat menjadi asam lemak volatil rantai pendek yang menjadi penyebab bau badan pada daerah aksila (ketiak). 

6. Apakah pubertas bisa menjadi faktor pemicu risiko bau badan?

unsplash.com/Eliott Reyna

Anne Barwich, seorang ilmuwan kognitif yang mempelajari tentang penciuman di Universitas Columbia memaparkan bahwa rata-rata remaja yang sedang pubertas mengalami masalah bau badan karena faktor perubahan hormon.

Perubahan hormon mengakibatkan mereka berkeringat lebih banyak daripada sebelum mengalami pubertas. Sehingga ini akan meningkatkan risiko untuk mengalami bau badan apabila keringat tersebut bercampur dengan bakteri. 

Apa yang dinyatakan Barwich sejalan dengan Takayasu, dkk (1980) yang mengungkapkan bahwa aktivitas kelenjar apokrin dipengaruhi oleh hormon androgen dan aktivitas testosteron dimana keduanya punya peranan dan kaitan erat dengan pubertas. 

7. Apakah mengonsumsi bawang putih atau alkohol dapat menyebabkan bau badan?

unsplash.com/Team Voyas

Dr. Marie Jhin, MD menyebutkan bahwa mengonsumsi makanan yang banyak mengandung bawang putih dapat menyebabkan bau badan. Hal ini karena bawang putih mengandung gas sulfur yang setelah dicerna akan lepas melalui pori-pori kulit. 

Sedangkan dr. Rita Maria, Sp.KK dari Rumah Sakit Permata, Bekasi melalui bincang-bincang kesehatan memaparkan bahwa mengonsumsi bawang putih dan alkohol memang memicu kelenjar ekrin.

Namun, kelenjar ekrin lebih berpengaruh dalam peningkatan kuantitas keringat. Berkeringat banyak, belum tentu otomatis akan mengalami bau badan. Namun memang, keringat berlebih dapat ‘melunakkan’ kulit dan menimbulkan bau. 

8. Apakah stres bisa menyebabkan bau badan?

unsplash.com/Christian Erfurt

Masih melalui laman berita Reader's Digest, Dr. Jhin menerangkan bahwa berkeringat adalah respon alami terhadap stres.

Keringat yang dihasilkan ketika stres berasal dari kelenjar apokrin sehingga berpotensi lebih banyak untuk menghasilkan bau badan yang menyengat ketika bercampur dengan bakteri. Berbeda dengan keringat yang dihasilkan saat berolahraga karena lebih banyak mengandung elektrolit dan air yang berasal dari sekresi kelenjar ekrin. 

9. Bau badan bisa menjadi indikasi adanya penyakit tertentu

pexels.com/rawpixels.com

Jan Havlicek, Jitka Fialova, dan Craig Roberts dalam artikel ilmiahnya yang berjudul “Individual Variation in Body Odor” memaparkan bahwa bau badan bisa menjadi penanda penyakit gangguan metabolisme, penyakit menular, tumor, dan kelainan kejiwaan. (

Penyakit gangguan metabolis yang dimaksudkan Jan Havlicek, dkk yakni Isovaleric Acidemia, Maple Syrup Urine Disease, Trimethylaminuria, dan Diabetes Tipe I. Penyakit metabolisme yang berkaitan dengan pencernaan asam amino, asam lemak, dan karbohidrat inilah yang dapat memberikan bau khas pada badan.

Jan Havlicek, dkk menjelaskan, seperti misalnya pada Diabetes Tipe I. Diabetes Tipe I ditandai dengan sekresi insulin yang tidak cukup, yang kemudian membuat tubuh menggantikan glukosa dengan menggunakan lemak yang menghasilkan senyawa keton. Peningkatan kadar keton menyebabkan napas para penderita diabetes mengeluarkan bau ‘manis’ khas.

Baca Juga: 9 Kebiasaan 'Normal' Ini Ternyata Jadi Penyebab Bau Badan Tak Sedap

Verified Writer

Shinta Dwi Adinda

🖤

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya