Makanan organik dan non-organik hampir tak ada beda. (naturallivingfamily.com)
Sampai di sini, makanan organik tampak lebih unggul daripada makanan biasa. Namun, tunggu dulu! Beberapa penelitian lainnya malah membantah dan menyebut bahwa bukti kalau makanan organik lebih bergizi tidak cukup kuat.
Sebuah studi observasi di Belgia berjudul "Consuming organic versus conventional vegetables: The effect on nutrient and contaminant intakes" dalam jurnal Food and Chemical Toxicology tahun 2010 membandingkan asupan nutrisi dari bahan organik dan non-organik pada hampir 4.000 orang. Hasilnya, kalaupun asupan nutrisi lebih tinggi pada kelompok organik, ini bisa dikaitkan dengan asupan makanan sehat yang lebih tinggi.
Studi lain di Inggris berjudul "Nutritional quality of organic foods: a systematic review" dalam The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2009 membandingkan 162 riset pada makanan organik dan non-organik. Dari angka tersebut, hanya 55 yang mendukung manfaat bahan organik. Dengan kata lain, bukti perbedaan signifikan bahan organik dan non-organik masih minim.
Mendukung penelitian tersebut, studi analisis di AS terhadap 233 studi berjudul "Are organic foods safer or healthier than conventional alternatives?: a systematic review" dalam jurnal Annals of Internal Medicine tahun 2012 menyatakan bahwa kelebihan makanan organik dibandingkan makanan non-organik masih minim.
tomat organik (healthline.com)
Terkesan menjelek-jelekkan makanan organik? Perlu diingat kalau hasil penelitian tersebut bisa bervariasi. Penelitian ini juga sejatinya dipengaruhi beberapa faktor seperti kualitas tanah, kondisi cuaca, dan waktu panen bahan organik.
Komposisi produk susu dan daging juga diyakini dapat dipengaruhi oleh genetik dan jenis hewan, pakan hewan, dan waktu serta jenis peternakan di mana hewan tersebut dipelihara. Selain itu, variasi alami pada produksi dan pengolahan bahan makanan juga memperkeruh hasil penelitian.
Dengan kata lain, jangan telan penelitian tersebut bulat-bulat.