ilustrasi berbuka puasa (pexels.com/Thirdman)
Jika dibayangkan, puasa berarti menahan makan dan minum. Selama Ramadan, puasa umumnya berlangsung sebelum fajar hingga saat matahari tenggelam. Kalau di Indonesia sendiri puasa umumnya berlangsung sekitar 13 jam 16 menit.
Meski terdengar sepele, hal yang terjadi pada tubuh saat berpuasa tidak sesederhana itu, lho. Berikut uraian penjelasannya dari Mind Body Green.
Pada 4 jam pertama setelah berpuasa, tubuh akan memasuki pertumbuhan anabolik. Pada fase ini, tubuh akan menggunakan energi yang sudah kamu simpan sebelumnya. Jika kamu sahur, makanan dan minuman itulah yang menggerakkan pertumbuhan sel dan jaringan dalam tubuh.
Untuk melakukannya, pankreas akan menghasilkan hormon insulin. Hormon tersebut memungkinkan glukosa dari cadangan makanan untuk dilepaskan ke aliran darah dan menyimpan energi dalam sel agar bisa digunakan nanti.
Lewat masa tersebut, hingga 16 jam sejak makan terakhir, tubuh akan melewati masa katabolik atau penguraian. Pada tahap ini, semua nutrisi tambahan mulai dilepaskan dari penyimpanan untuk digunakan sebagai sumber energi.
Lantas, bagaimana jika cadangan dalam sel akhirnya habis? Jika begitu, tubuh akan mengandalkan lemak yang tersimpan. Saat ini, tubuh akan melakukan pembakaran guna melepaskan bahan kimia bernama keton bodies untuk energi tambahan.
Fase ini sangat dipengaruhi dengan apa yang kamu konsumsi sebelumnya. Jika kamu mengonsumsi banyak karbohidrat dan pati, proses pembakarannya bisa terjadi lebih lama daripada makan berlemak dan berprotein.
Pada tahap ini pula terjadi autophagy yang menjadi salah satu benefit terbesar puasa. Autophagy ditandai dengan pengurangan pengatur pertumbuhan yang disebut MTOR. Sederhananya, tubuh akan menghilangkan sel yang mati atau rusak pemicu penuaan, kanker, dan masalah kesehatan kronis lainnya.