Jadi, bagaimana jika kamu terjebak berargumen dengan pribadi narsistik? Pastinya, kamu tak perlu merasa kecil. Selain mengerti keadaan mereka, ada beberapa tips yang bisa kamu terapkan agar menjaga argumen tak keluar jalur. Psych Central menjabarkan beberapa tips seperti:
- Fokus pada fakta dan tetap objektif.
- Fokus dengan argumen yang menyatakan keluhan diri, bukan tuduhan terhadap individu narsistik.
- Daripada mengatakan "Kamu egois", coba katakan "Aku rasa, kamu tak mengerti perasaanku saat ini."
- Tetap tenang. Ikuti cara-cara ini:
- Tarik napas dalam.
- Beri jeda pada tiap kalimat dalam ucapanmu.
- Undur diri dalam beberapa menit untuk mengontrol diri.
- Utarakan batasan dan jangan takut. Coba kata-kata ini:
- "Kamu bilang aku tak waras sekali lagi, aku tak akan menoleransinya."
- "Masih mau tarik urat? Aku lebih baik pergi."
- Utarakan ekspektasimu dan jangan mengindahkan ekspektasi individu narsistik.
- Tentukan batasan waktu dalam berargumen.
ilustrasi kekerasan (IDN Times/Sukma Shakti)
Sudah melakukan hal-hal tersebut? Bagus, dan itu artinya kamu tegas terhadap diri sendiri dan individu narsistik. Namun, hubungan dan argumen dengan individu narsistik bisa jadi abusif, toksik, hingga berbahaya untuk kesehatan diri dan mentalmu.
Jadi, jika argumen hanya jalan di tempat dan mereka sudah mulai mengancam, lebih baik segera tinggalkan mereka dan argumen tersebut. Ancaman-ancaman tersebut bisa berupa:
- Mengancam melaporkanmu ke polisi.
- Mengancam akan menuntutmu.
- Mengancam akan melaporkanmu ke atasan atau ke HRD.
- Ancaman fisik terhadapmu, orang tersayang, hingga hewan peliharaan.
Tak kalah penting, jika kamu merasa terjebak dengan individu narsistik, tak ada kata terlambat untuk mencari yang terbaik untukmu. Selalu ingat, kesehatan mental dan fisikmu harus lebih diutamakan!