Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
lari marathon
ilustrasi lari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Intinya sih...

  • Maraton bisa menyebabkan koma dan meninggal.

  • Risiko terjadi jika ada masalah jantung tersembunyi atau minum air berlebihan.

  • Pelari perlu mendengarkan tubuh, cek riwayat keluarga, dan ikuti saran dokter.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Maraton tengah jadi salah satu olahraga favorit karena dinilai bisa meningkatkan stamina, melatih mental, sekaligus memberi rasa bangga setelah berhasil menyelesaikannya. Tak heran kalau makin banyak orang tertarik ikut event lari jarak jauh ini, entah pemula sampai pelari berpengalaman. Namun, di balik manfaatnya, maraton juga menyimpan risiko kesehatan yang serius jika tidak dipersiapkan dengan baik.

Belakangan makin sering terdengar kabar soal pelari yang tiba-tiba kolaps saat maraton. Bahkan ada yang sampai koma hingga meninggal dunia, lho. Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya, benarkah maraton bisa menyebabkan koma hingga meninggal? Risiko itu memang bisa terjadi, apalagi pada seseorang dengan kondisi medis tertentu yang tidak terdeteksi atau terlalu memaksakan diri. Nah, supaya tidak salah paham dan bisa tetap berolahraga dengan aman, simak pembahasan lebih lanjut penyebab dan cara pencegahannya di sini!

Benarkah maraton bisa menyebabkan koma?

Meski terlihat sehat dan bugar, seseorang bisa saja mengalami koma bahkan meninggal saat mengikuti maraton. Kasus seperti ini memang jarang terjadi, tapi bukan berarti mustahil. Risiko tersebut biasanya meningkat jika seseorang memiliki masalah jantung tersembunyi, seperti kelainan otot jantung, gangguan katup, atau penyempitan pembuluh darah. Masalah ini sering kali tidak disadari sebelumnya, apalagi pada mereka yang belum pernah menjalani pemeriksaan medis secara menyeluruh.

Saat tubuh dipaksa berlari dalam waktu lama tanpa persiapan yang cukup, jantung bisa bekerja terlalu keras hingga kolaps. Sebuah studi yang dilakukan pada lebih dari 10 juta pelari mencatat, ada 59 kasus henti jantung dan 42 di antaranya berujung kematian. Selain itu, lari intens seperti maraton juga bisa meningkatkan kadar enzim troponin yaitu penanda bahwa jantung sedang stres dan kekurangan suplai darah.

Tak hanya jantung yang berisiko, pelari juga bisa mengalami heat stroke atau serangan panas. Ini terjadi ketika suhu tubuh melonjak terlalu tinggi akibat aktivitas fisik ekstrem meskipun cuaca sedang tidak panas. Kalau tidak segera ditangani, kondisi ini bisa merusak berbagai organ penting, meliputi otak, ginjal, paru-paru, dan sistem peredaran darah, hingga menyebabkan koma.

Selain itu, ada juga risiko hiponatremia yaitu kondisi ketika kadar natrium dalam darah terlalu rendah akibat minum air berlebihan tanpa cukup elektrolit. Gejalanya bisa berupa mual, muntah, kebingungan, kejang, bahkan hilang kesadaran. Diperkirakan sekitar 7 hingga 15 persen pelari maraton bisa mengalami kondisi ini, terutama jika tidak mengatur asupan cairan dengan benar.

Tips mencegah risiko kematian mendadak saat lari

ilustrasi lari marathon (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Meski lari adalah olahraga yang menyehatkan, pada kondisi tertentu aktivitas ini bisa juga berisiko, terutama jika kamu punya masalah jantung tersembunyi. Nah, agar tetap aman saat berolahraga, ada beberapa hal penting yang bisa kamu lakukan. Berikut tipsnya:

  • Dengarkan sinyal dari tubuhmu

Jangan abaikan tanda-tanda seperti nyeri dada, sesak napas, pusing, atau rasa tidak nyaman di bagian atas tubuh saat berolahraga, ya. Itu bisa jadi sinyal bahwa tubuhmu sedang dalam bahaya. Kalau merasakan gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter.

  • Cek riwayat kesehatan keluarga

Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami kematian mendadak karena gangguan jantung, kamu perlu lebih waspada. Riwayat ini bisa jadi faktor risiko yang perlu dipantau dengan pemeriksaan medis rutin.

  • Jaga kadar kolesterol tetap normal

Kolesterol tinggi bisa menyebabkan penyumbatan pembuluh darah di jantung. Kalau memang disarankan oleh dokter, konsumsi obat penurun kolesterol (seperti statin) agar kondisi jantung tetap optimal, khususnya ketika melakukan olahraga instens, termasuk maraton.

  • Ikuti saran dokter, bukan asumsi sendiri

Kadang kita suka cari “jawaban yang ingin didengar” dari dokter lain, tapi paling penting adalah mengikuti saran medis yang tepat. Untuk itu, jangan abaikan rekomendasi dokter hanya karena merasa baik-baik saja, ya.

Jadi, benarkah maraton bisa menyebabkan koma hingga meninggal? Jawabannya, bisa saja, tapi dengan persiapan yang tepat dan tidak memaksakan diri, kamu tetap bisa menikmati manfaatnya tanpa risiko fatal, kok.

FAQ seputar benarkah maraton bisa menyebabkan koma hingga meninggal

  1. Apakah maraton bisa menyebabkan koma atau meninggal?

    Ya, jika tubuh mengalami dehidrasi parah, serangan jantung, atau heatstroke saat lomba.

  2. Apakah maraton aman untuk semua orang?

    Tidak, maraton lebih aman untuk orang yang sudah terlatih dan menjalani pemeriksaan kesehatan.

  3. Bagaimana cara mencegah risiko fatal saat maraton?

    Dengan latihan bertahap, hidrasi cukup, dan mendengarkan sinyal tubuh saat berlari.

Referensi

"Why Do Fit Runners Suddenly Die While Running Marathons?" Run Society. Diakses Juli 2025.

"What Happens to Your Body When You Run a Marathon?" Everyday Health. Diakses Juli 2025.

"More Strokes Occurring After Marathons As Runners Ignore Chest Pain, Dizziness". VietNamNet Global. Diakses Juli 2025.

Maron, Barry J., Liviu C. Poliac, and William O. Roberts. “Risk for Sudden Cardiac Death Associated With Marathon Running.” Journal of the American College of Cardiology 28, no. 2 (August 1, 1996): 428–31.

Editorial Team