Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi gas air mata
ilustrasi gas air mata (pexels.com/Joel Santos)

Salah satu cara yang sering digunakan oleh aparat kepolisian untuk membubarkan massa unjuk rasa ialah dengan menembakkan gas air mata. Senjata kimia yang tidak mematikan itu bisa menyebabkan iritasi sementara pada mata, kulit, dan saluran pernapasan. Individu atau massa yang terkena gas air mata akan mengalami efek-efek tersebut selama beberapa menit.

Belakangan ini, gas air mata menjadi perbincangan hangat seiring meningkatnya eskalasi demonstrasi di Indonesia. Banyak dari warganet membagikan berbagai tips untuk mengurangi efek gas air mata, salah satunya dengan menggunakan obat mag atau maag. Lalu, apakah benar obat maag atau antasida tersebut bisa mengurangi efek gas air mata? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1. Mengenal senyawa di balik gas air mata

ilustrasi gas air mata (pexels.com/Valentin Angel Fernandez)

Gas air mata sejatinya tidak berbentuk gas, melainkan bubuk atau cairan yang berubah menjadi aerosol atau kabut saat digunakan. Dilansir Britannica, gas air mata merupakan senyawa halogen organik sintetis. Dalam kondisi normal, senyawa ini berbentuk cair atau padat, bukan gas. Zat tersebut kemudian disebarkan ke udara melalui semprotan, generator kabut, granat, atau peluru.

Ada dua gas air mata yang paling sering digunakan, yaitu kloroasetofenon (CN) dan klorobenzilidenemalononitril (CS). CN merupakan komponen utama dalam agen aerosol Mace, salah satu merek dagang semprotan kimia yang sering digunakan untuk pengendalian kerusuhan. Zat ini terutama menyerang area mata sehingga menyebabkan iritasi dan gangguan penglihatan. Sementara itu, CS adalah iritan lebih kuat yang dapat menimbulkan sensasi terbakar pada saluran pernapasan dan menyebabkan mata menutup secara refleks. Meski lebih kuat, efek CS umumnya hilang lebih cepat, biasanya dalam waktu 5 hingga 10 menit setelah menghirup udara segar. Senyawa lain yang digunakan sebagai gas air mata meliputi bromoaseton, benzil bromida, etil bromoasetat, xilil bromida, dan α-bromobenzil sianida.

2. Obat maag tidak lebih baik daripada air dingin

ilustrasi obat maag (pixabay.com/Brett_Hondow)

Praktik mencuci mata yang terpapar gas air mata dengan larutan obat maag atau antasida sering dilakukan oleh para pengunjuk rasa. Mengutip dari ABC News, Sven Jordt, seorang profesor di Duke University yang telah meneliti efek gas air mata selama 12 tahun, mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan praktik ini dalam berbagai aksi protes, seperti di Ferguson, Hong Kong, Turki, dan Mesir. Namun, ia menegaskan bahwa sebenarnya ia tidak menyarankan penggunaan antasida untuk meredakan efek gas air mata.

Menurut Jordt, meski antasida tidak akan memperparah sensasi terbakar yang disebabkan oleh gas air mata, zat tersebut tidaklah steril. Adapun, cara terbaik untuk meredakan efek gas air mata ialah dengan membilasnya dengan air dingin yang steril. Seorang dokter dari American College of Emergency Physicians (ACEP) pun menyarankan demikian. Jika wajah terkena gas air mata, sebaiknya segera bilas mata, baik dengan air dari keran, air mancur, atau dengan menuangkan air ke mata yang terbuka.

Jadi, apakah obat maag seperti antasida bisa mengurangi efek gas air mata? Jawabannya tidak, terutama jika menyangkut iritasi pada mata, sesak napas, atau batuk. Namun, untuk kulit, antasida bisa digunakan sebatas untuk meredakan rasa terbakar. Meski begitu, efektivitasnya tetap tidak lebih baik dibandingkan dengan air dingin.

3. Hal yang harus dilakukan jika terkena gas air mata

ilustrasi unjuk rasa yang dihadang oleh aparat polisi dengan gas air mata (pexels.com/Oscar Ruiz)

Dilansir Physicians for Human Rights, beberapa hal yang harus kamu lakukan apabila terkena gas air mata:

  1. Segera keluar dari area gas air mata dan jauhi lokasi tersebut secepat mungkin. Usahakan mencari tempat yang lebih tinggi karena sebagian besar jenis gas air mata bersifat lebih berat dari udara dan akan berkumpul di area rendah.

  2. Berjalanlah dengan tenang dan hindari berlari. Pasalnya, berlari dapat mempercepat pernapasan dan membuatmu menghirup lebih banyak gas.

  3. Jika area mata terkena gas dan terasa perih atau buram, segera bilas dengan air bersih. Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut.

  4. Gunakan air dari botol minum untuk membilas. Jika memungkinkan, cari air mengalir dari keran atau tempat umum, lalu bilas mata selama 10 hingga 15 menit.

  5. Hindari menggunakan tisu basah jika tidak tersedia air karena bisa memperparah iritasi.

  6. Jangan mencoba mengambil atau memindahkan tabung gas air mata karena tindakan tersebut dapat meningkatkan risiko cedera.

Umumnya, efek dari gas air mata akan berkurang dalam waktu 10–15 menit jika ditangani dengan tepat. Air bersih atau air dingin adalah pilihan terbaik dibandingkan obat maag atau bahan lainnya. Jadi, jika terkena gas air mata, segera bilas area yang terpapar dengan air secepat mungkin.

Referensi
“Baltimore Protests: Experts Caution Against Using Milk, Antacid to Wash Out Pepper Spray”. ABC News. Diakses Agustus 2025.
“How Does Tear Gas Affect the Human Body?”. Healthline. Diakses Agustus 2025.
“Preparing for, Protecting Against, and Treating Tear Gas and Other Chemical Irritant Exposure: A Protestor’s Guide”. Physicians for Human Rights. Diakses Agustus 2025.
“Tear Gas”. Britannica. Diakses Agustus 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎