Menjadi atlet olahraga adalah suatu hal yang membanggakan. Tak hanya bisa mewakili negara, menjadi atlet juga bisa menjadi cara tersendiri untuk hidup sehat.
Namun faktanya tidak demikian. Walaupun atlet terus mengolah tubuhnya sedemikian rupa untuk bisa terus fit dan bersaing dengan atlet lain, mereka juga harus bersiap-siap untuk suatu hal menyakitkan: cedera.
Studi 2000 dari Journal of Intercollegiate Sports memberikan pernyataan dalam latar belakangnya bahwa cedera adalah salah satu “hadiah” berpartisipasi dalam olahraga yang kompetitif. Bukan hanya sekali, seorang atlet bisa mendapatkan cedera itu sampai beberapa kali dan bukan tidak mungkin masalah itu mengakhiri kariernya.
Melanjutkan deskripsi dari jurnal tersebut, cedera yang dialami atlet bisa datang dari empat hal: cedera biologis, cedera psikologis, cedera fisik dan cedera sosiokultural. Cedera biologis berhubungan dengan kondisi fisik personal seperti dikarenakan kelelahan atau latihan terlalu keras, sedangkan cedera psikologis lebih mengarah kepada masalah mental yang mana atlet sedang stres atau depresi.
Sedangkan untuk cedera fisik dan sosiokultural, semua itu merupakan faktor dari luar atlet. Cedera fisik meliputi kasus cuaca yang tak tertebak hingga permasalahan peralatan.
Lalu untuk cedera sosiokultural memiliki contoh kualitas pelatihan yang tidak bagus atau peraturan olahraga. Berikut ini adalah beberapa cedera yang bisa menghancurkan karier atlet.