Melansir laporan dalam Jurnal Sinaps tahun 2018, rotator cuff adalah kelompok otot yang berfungsi memelihara stabilitas aktif sendi glenohumeralis yang sekaligus sebagai penggerak sendi. Sakit pada rotator cuff dapat disebabkan oleh trauma, infeksi, metabolisme, neoplasma, atau kongenital.
Cedera rotator cuff bisa menyebabkan nyeri bahu. Nyeri bahu adalah gangguan muskuloskeletal ketiga yang paling umum. Perkiraan dari semua gangguan bahu adalah 10 per 1.000 penduduk, dengan kejadian puncak 25 per 1.000 penduduk usia 42-46 tahun.
Di antara usia 60 tahun atau lebih, 21 persen ditemukan memiliki sindrom bahu, sebagian besar yang disebabkan rotator cuff. Namun demikian, kejadian yang sebenarnya sindrom rotator cuff tidak pasti mengingat sekitar 34 persen dari populasi mungkin memiliki rotator cuff yang robek tapi tidak ada rasa sakit.
Menurut keterangan di laman Coastal Orthopedics, rotator cuff adalah bagian dari sendi bahu yang memungkinkan kamu untuk memutar dan mengangkat lengan. Seiring pertambahan usia, keausan normal pada sendi bahu melemahkan bahu dominan, khususnya pada orang-orang yang sering melakukan tugas yang memerlukan gerakan di atas kepala (misalnya mengayunkan palu, mengecat, memanjat, atau melempar).
Kamu juga bisa mengalami robekan pada rotator cuff akibat cedera akut, misalnya terjatuh. Sekitar 2 juta orang per tahunnya mengalami cedera ini.
Cedera tendon bisep juga umum dialami pada orang-orang usia paruh baya, yang mana sering dialami akibat mengangkat beban terlalu berat.
Menurut keterangan dari American Academy of Orthopaedic Surgeons, tendon bisep menyambungkan otot ke tulang. Tendon bisep menempelkan otot bisep ke tulang bahu dan siku. Bila tendon bisep robek, kamu mungkin akan kehilangan sejumlah kekuatan di lengan dan merasa sakit saat kamu memaksa memutar lengan dari telapak tangan ke atas dan ke bawah.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko cedera tendon bisep adalah pertambahan usia, terlalu sering mengangkat beban berat, penggunaan bahu secara berlebihan (misalnya tenis atau renang), merokok (nikotin bisa memengaruhi nutrisi pada tendon), dan efek pengobatan kortikosteroid.