ilustrasi korban kekerasan seksual (unsplash.com/Eric Ward)
Apa saja dampak yang dialami oleh korban kekerasan seksual? Apa yang mereka rasakan setelah mengalami peristiwa traumatis? Ternyata, dampaknya bermacam-macam.
“Kasus yang terbaru yang saya temukan di lapangan sekitar tiga hari yang lalu. Akibat mengalami pelecehan seksual, anak usia sekitar 13-14 tahun, dia mengalami bullying oleh teman-temannya. Dia bukan kategori perempuan yang cantik, seksi, bertubuh tinggi besar, atau putih. Dia ditantang oleh teman laki-lakinya untuk menunjukkan dirinya. Dia pernah disetubuhi oleh teman laki-lakinya, dia pacaran dan sempat hamil dan menggugurkan sendiri kandungannya. Sampai kemarin saat kami temui, dia sangat menikmati sebagai pelaku pornografi,” Riza bercerita.
Dampak itu pun terus berlanjut dan menjadi sesuatu yang membuat korban menjadi senang. Itu menjadi salah risiko dampak menjadi korban. Namun, Riza juga mengatakan bahwa ada juga yang mengalami dampak yang berbeda.
“Hal yang lain secara fisik, banyak dari mereka yang mengalami sakit-sakitan kemudian biasanya yang terkena adalah lambung atau sakit kepala. Dalam segi pikiran adalah kognitif, mudah lupa, mimpi buruk, secara emosional mudah marah dan kemudian tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan, hingga menyakiti diri sendiri. Dalam beberapa kasus perilakunya jadi pemberontak,” lanjutnya.
Contoh lain, perasaan korban pelecehan maupun kekerasan seksual juga akan terganggu. Mereka akan menjadi datar dalam berekspresi yang mana sangat berbahaya.
"Mengalami unstable emotion, atau tidak stabil emosinya. Kemudian beberapa lagi ada pikiran bunuh diri atau ada yang sudah melakukan upaya bunuh diri. Atau datar. Jadi, kalau ditanya tentang perasaannya, dia akan menjawab 'Biasa saja'. Jika ditanya apa yang terjadi kepadanya, dia akan menjawab 'Tidak ada, biasa saja.'
"Itu yang kami temukan juga di lapangan sehingga, kami menyebutnya emosinya tidak ada rupanya. Normalnya, seseorang itu kan punya ekspresi ketakutan, tetapi dia tidak. Bagi saya itu justru membuat ketakutan yang cukup luar biasa, karena semacam bom waktu kapan dia bisa mengekepresikan emosi yang sebenarnya. Itu yang menakutkan."
Fakta lain yang ditemukan Riza di lapangan adalah korban pelecehan bisa menjadi pelaku juga di kemudian hari. Ia mengatakan, anak laki-laki yang mengalami kekerasan seksual, apa pun bentuknya, bahkan bisa menjadi pelaku sodomi jika pernah mengalami sodomi. "
"Kami menemukan seorang anak usia 12 tahun melakukan pelecehan seksual kepada 7 orang temannya. Saya tanya apa alasannya, dia bilang, 'Bunda, saya pernah mengalami itu waktu SD dan saya sangat menikmati.' Saat dia sudah terpisah dengan orang yang melakukan itu, dia masuk ke sebuah sekolah dan melakukan itu kepada temannya yang lain. Inilah dampak psikologi yang terjadi korban, baik itu anak perempuan maupun anak laki-laki. "