Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Jus wortel jahe
ilustrasi jus wortel dan jahe (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Memiliki cita rasa yang lezat dan nutrisi yang tinggi, wortel memang kerap kali dijadikan pilihan menu diet yang simpel dan praktis. Sayuran akar ini bisa dinikmati secara langsung dalam keadaan mentah atau pun diolah dalam berbagai menu masakan. Karena alasan kepraktisan dan nilai gizi inilah, wortel sering menjadi primadona di meja makan, bahkan terkadang juga dijadikan cemilan sehat yang dikonsumsi sehari-hari.

Secara umum, konsumsi wortel memang aman. Namun, segala sesuatu yang berlebihan tentu tak pernah menjadi baik. Konsumsi wortel yang berlebihan telah dikaitkan dengan beberapa efek samping. Apa saja efek samping terlalu banyak makan wortel? Inilah yang perlu kamu ketahui.

1. Menyebabkan sembelit

ilustrasi makan wortel (pexels.com/Blue Bird)

Wortel adalah sayuran yang memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat memang bagus untuk mendukung sistem pencernaan yang sehat, bahkan ini bisa membantu memperlancar buang air besar secara teratur. Namun, konsumsi serat yang terlalu banyak setiap harinya justru bisa menimbulkan konstipasi atau sembelit.

Dilansir laman Everyday Health, dalam satu cangkir wortel mentah yang dicincang mengandung sekitar 4 gram serat. Di mana 80 persen serat yang tersedia merupakan jenis serat tak larut. Serat tak larut adalah jenis serat yang mengikat air dan meningkatkan efisiensi pencernaan dan keteraturan usus. Ini baik untuk menjaga pencernaan tetap sehat.

Namun, peningkatan sedikit saja serat makanan dapat mengganggu pencernaan. Asupan serat tak larut yang tinggi dapat menyebabkan sembelit jika tidak diimbangi dengan air yang cukup untuk membantu serat bergerak melalui saluran pencernaan.

2. Menyebabkan perut kembung

ilustrasi makan wortel (pexels.com/Ivan S)

Selain masalah sembelit, konsumsi wortel terlalu banyak juga bisa menyebabkan perut kembung. Hal ini juga dipicu karena kandungan serat di dalam wortel yang tinggi. Menurut penjelasan dari laman Johns Hopkins, pola makan tinggi serat diyakini dapat menyebabkan kembung dengan meningkatkan  populasi spesies bakteri usus tertentu yang mencerna serat. Di mana bakteri-bakteri tersebut akan menghasilkan gas sebagai produk sampingan metabolismenya yang kemudian memicu kembung.

3. Menyebabkan alergi

ilustrasi ketika sedang alergi (freepik.com/freepik)

Umumnya, wortel jarang sekali menyebabkan alergi. Namun, bagi beberapa orang yang memiliki alergi terhadap serbuk sari birch juga bisa alergi terhadap wortel. Dilansir laman Verywell Health, jus wortel mentah dapat menyebabkan sindrom alergi oral yang bisa menyebabkan reaksi alergi ringan, seperti gatal di sekitar bibir, mulut, atau lidah setelah mengonsumsinya.

4. Bisa memicu perubahan warna kulit (karotenemia)

ilustrasi jus wortel (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Salah satu keistimewaan wortel yang paling mencolok adalah kandungan antioksidan beta karoten yang berlimpah. Antioksidan ini sangat baik bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan, seperti meningkatkan kesehatan kulit, menjaga kesehatan mata, mengurangi risiko kanker, hingga mendukung sistem kekebalan tubuh. Sayangnya, konsumsi beta karoten terlalu banyak dapat menyebabkan perubahan warna kulit menjadi kuning atau oranye, yang disebut dengan karotenemia.

Karotenemia adalah kondisi di mana terjadi kelebihan beta karoten di dalam aliran darah. Kondisi ini memang tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya ketika asupan beta karoten dikurangi. Namun, karotenemia mungkin akan sangat memengaruhi penampilan kamu yang memicu perubahan warna kulit pada wajah, tangan, telinga, atau telapak kaki.

5. Menyebabkan keracunan vitamin A

ilustrasi jus wortel (pixabay.com/Couleur)

Keracunan vitamin A umumnya jarang terjadi akibat terlalu banyak makan wortel. Namun, kejadian ini pernah dilaporkan dalam sebuah jurnal International Eat Disorder tahun 2012 yang melaporkan bahwa seseorang mengalami peningkatan enzim hati ke tingkat yang sangat tinggi setelah mengonsumsi wortel secara berlebihan. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, diketahui orang tersebut telah mengonsumsi 2,8-3,2 kg wortel per minggu. Ia kemudian didiagnosis dengan konstipasi, hiperkarotenemia, dan kemungkinan toksisitas vitamin A.

Laman Stylecraze menambahkan, dalam satu cangkir wortel mengandung 459 mcg beta karoten, setara dengan 1.500 IU vitamin  A. Sementara itu, angka kecukupan gizi (AKG) vitamin A untuk laki-laki adalah 900 mcg RAE, atau 3.000 IU, dan pada perempuan, AKG adalah 700 mcg RAE, atau 2.330 IU. Sementara itu, jumlah vitamin A tertinggi yang masih dianggap aman adalah 3.000 mcg RAE, atau 10.000 IU, seperti dijelaskan laman Cleveland Clinic.

Di dalam tubuh, beta karoten di dalam wortel akan dipecah menjadi vitamin A. Kelebihan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A dapat menyebabkan toksisitas atau keracunan. Hal ini karena tubuh tidak bisa membuang kelebihannya, justru menyimpannya.

Wortel adalah sayuran praktis dan serbaguna untuk diet sehari-hari. Namun, konsumsinya yang berlebihan justru bisa menimbulkan masalah kesehatan. Efek samping terlalu banyak makan wortel termasuk menyebabkan sembelit, perut kembung, alergi, perubahan warna kulit, hingga keracunan vitamin A.

Referensi

“What Happens to your Health when You Eat Carrots”. Verywell Health. Diakses November 2025.

“Side Effect of Eating Too Many Carrots”. Everyday Health. Diakses November 2025.

“Carrot Side Effects: 5 Surprising Risk of Oversconsumption”. Stylecraze. Diakses November 2025.

“Can Eating Too Many Carrots Turn Your Skin Orange?”. Cleveland Clinic. Diakses November 2025.

“Carrot Man: A Case of Excessive  Beta-Carrotene Ingestion”. National Library of Medicine. Diakses November 2025.

“Vitamin A Toxicity: How Much Vitamin A Is Too Much?”. Cleveland Clinic. Diakses November 2025.

“With High Fiber Diets, More Protein  May Mean More Bloating”. Jihns Hopkins. Diakses November 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team