Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/freepik)
ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Penurunan performa dalam latihan merupakan tanda umum dari overtraining yang sering diabaikan
  • Ketidakseimbangan hormon dan gangguan tidur merupakan dampak fisik dari overtraining yang perlu diwaspadai
  • Overtraining juga berdampak pada kondisi psikologis dan sistem imun tubuh, serta dapat memengaruhi detak jantung
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia kebugaran, semangat untuk terus berkembang kerap kali membuat seseorang tanpa sadar terjebak dalam pola latihan yang berlebihan. Tubuh yang terus dipaksa bekerja keras tanpa istirahat memadai akan memberi sinyal bahwa batas telah terlampaui. Sinyal-sinyal tersebut sering kali dianggap remeh karena tidak terlihat serius pada awalnya.

Overtraining merupakan kondisi ketika tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk pulih dari stres latihan yang berulang dan intens. Gejalanya bisa menyerupai gangguan kesehatan lain, sehingga sering luput dari perhatian. Meskipun tampak ringan, setiap sinyal dari tubuh menandakan bahwa sistem sedang bekerja di luar kapasitasnya.

Supaya kamu tidak mengalami hal tersebut, yuk simak ketujuh gejala overtraining yang sering dianggap remeh berikut ini. Cekidot!

1. Penurunan performa latihan

ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/freepik)

Salah satu tanda yang paling umum namun sering diabaikan dari overtraining adalah penurunan performa dalam latihan. Ketika tubuh mengalami kelelahan yang berlebih dan tidak memiliki waktu pemulihan yang cukup, otot-otot kehilangan kemampuannya untuk bekerja optimal. Aktivitas yang sebelumnya terasa ringan bisa menjadi berat, dan target yang biasa dicapai menjadi sulit digapai. Hal ini tidak hanya berdampak pada kekuatan fisik, tetapi juga ketahanan dan kecepatan.

Penurunan performa ini bukan sekadar kelelahan biasa yang bisa hilang dengan istirahat semalam. Jika kondisi ini terus berlangsung selama beberapa hari atau minggu, hal tersebut menandakan bahwa tubuh berada dalam fase kelelahan kronis. Dalam situasi seperti ini, melanjutkan rutinitas latihan tanpa menyesuaikan intensitas hanya akan memperparah kondisi dan memperpanjang masa pemulihan.

2. Gangguan pola tidur

ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/senivpetro)

Tubuh yang overtraining kerap mengalami ketidakseimbangan hormon, salah satunya hormon kortisol yang meningkat drastis akibat stres fisik. Peningkatan hormon ini berdampak pada kemampuan tubuh untuk beristirahat secara alami. Akibatnya, meskipun tubuh lelah secara fisik, seseorang justru sulit tidur nyenyak atau mengalami insomnia. Kondisi ini menimbulkan siklus negatif yang membuat tubuh semakin sulit pulih.

Tidur yang terganggu juga memperburuk fungsi pemulihan otot dan memperlambat regenerasi sel. Dalam jangka panjang, kualitas tidur yang menurun dapat memicu masalah kesehatan lain seperti kelelahan kronis, gangguan konsentrasi, hingga gangguan metabolisme. Oleh karena itu, ketika seseorang mulai mengalami kesulitan tidur bersamaan dengan rutinitas latihan yang berat, penting untuk mempertimbangkan kemungkinan overtraining sebagai penyebabnya.

3. Nyeri otot berkepanjangan

ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/prostooleh)

Rasa nyeri otot setelah latihan merupakan hal yang wajar, terutama setelah mencoba gerakan baru atau meningkatkan intensitas latihan. Namun, bila nyeri otot berlangsung lebih dari tiga hari tanpa tanda-tanda membaik, bisa jadi itu merupakan gejala dari overtraining. Nyeri ini terjadi akibat pemulihan jaringan otot yang tidak maksimal karena frekuensi latihan yang terlalu padat.

Ketika otot terus dipaksa bekerja tanpa waktu pemulihan yang cukup, mikrotrauma pada jaringan otot tidak memiliki kesempatan untuk sembuh. Dalam kondisi ekstrem, hal ini bahkan bisa berkembang menjadi kondisi serius seperti rhabdomyolysis, yaitu kerusakan otot yang dapat merusak ginjal. Oleh karena itu, nyeri otot yang terus-menerus dan tidak kunjung mereda harus dijadikan indikator bahwa tubuh memerlukan waktu istirahat.

4. Penurunan nafsu makan

ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/freepik)

Tubuh yang kelelahan karena overtraining dapat memengaruhi sistem pencernaan dan hormon pengatur nafsu makan. Dalam kondisi normal, olahraga membantu meningkatkan metabolisme dan memperbaiki pola makan. Namun ketika latihan dilakukan secara berlebihan, tubuh justru mengalami disfungsi hormonal, termasuk penurunan hormon ghrelin yang bertanggung jawab terhadap rasa lapar.

Penurunan nafsu makan menyebabkan asupan nutrisi tidak mencukupi untuk mendukung pemulihan tubuh. Akibatnya, massa otot bisa menyusut, imunitas menurun, dan energi tidak mencukupi untuk aktivitas harian. Kondisi ini membuat tubuh masuk dalam siklus katabolik yang merugikan. Ketika penurunan nafsu makan terjadi bersamaan dengan kelelahan atau kehilangan motivasi berolahraga, penting untuk meninjau ulang pola latihan dan asupan gizi harian.

5. Perubahan mood dan emosi

ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/katemangostar)

Overtraining tidak hanya berdampak pada tubuh secara fisik, tetapi juga sangat memengaruhi kondisi psikologis. Seseorang yang mengalami overtraining sering kali merasa mudah marah, cemas, atau bahkan tertekan. Hal ini terjadi karena aktivitas fisik yang berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin yang berperan dalam mengatur suasana hati.

Selain itu, kelelahan mental akibat rutinitas latihan yang monoton dan tuntutan pencapaian yang tinggi turut memperburuk keadaan emosional. Ketika perubahan mood ini berlangsung cukup lama, motivasi untuk berolahraga bisa hilang dan seseorang mungkin merasa kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukai. Perubahan psikologis ini sering kali dianggap masalah pribadi atau stres biasa, padahal bisa jadi merupakan sinyal tubuh yang mengalami overtraining.

6. Sistem imun menurun

ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/freepik)

Latihan fisik yang seimbang memang dapat memperkuat sistem imun. Namun saat latihan terlalu intens dan tidak diimbangi dengan waktu pemulihan yang cukup, tubuh justru mengalami penurunan daya tahan. Hal ini ditandai dengan mudah terserang flu, infeksi ringan, atau luka yang lebih lama sembuh. Penurunan sistem imun merupakan sinyal bahwa tubuh sedang bekerja melebihi kapasitas normal.

Pada situasi ini, tubuh tidak hanya berjuang untuk pulih dari latihan, tetapi juga dari serangan virus dan bakteri yang masuk. Ketika imun terganggu, berbagai organ tubuh rentan mengalami gangguan fungsi. Mengabaikan hal ini dalam jangka panjang bisa mengarah pada kondisi yang lebih serius, bahkan memerlukan perawatan medis intensif. Maka, penting untuk menurunkan intensitas latihan dan meningkatkan kualitas istirahat ketika tubuh menunjukkan gejala penurunan imun.

7. Detak jantung tidak stabil

ilustrasi pria melakukan gym (freepik.com/freepik)

Perubahan detak jantung, baik saat istirahat maupun selama aktivitas ringan, bisa menjadi indikator penting dari overtraining. Biasanya, detak jantung dalam kondisi istirahat menjadi lebih tinggi dari biasanya. Hal ini terjadi karena sistem saraf simpatis terus aktif akibat stres kronis yang ditimbulkan oleh latihan berlebihan. Tubuh yang seharusnya berada dalam kondisi relaksasi tetap dalam mode waspada.

Ketika detak jantung tidak kembali normal dalam waktu yang wajar setelah latihan, ini merupakan sinyal bahwa tubuh belum pulih sepenuhnya. Detak jantung yang terus-menerus tinggi dalam kondisi istirahat bisa meningkatkan risiko gangguan kardiovaskular, terutama jika terjadi dalam jangka waktu panjang. Melacak perubahan detak jantung secara rutin bisa membantu mengenali tanda awal overtraining dan mencegah dampak negatifnya.

Latihan yang efektif tidak hanya mengandalkan intensitas dan durasi, tetapi juga memerlukan perencanaan pemulihan yang baik. Tubuh memiliki batas, dan setiap individu perlu memberi ruang bagi tubuh untuk pulih dan memperkuat dirinya kembali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team