Ilustrasi AIDS (freepik.com/freepik)
WHO kini menekankan kembali pentingnya kepemimpinan politik, kerja sama internasional, serta pendekatan yang berpusat pada hak asasi manusia dalam upaya mengakhiri AIDS pada 2030. Sejalan dengan tema Hari AIDS Sedunia 2025, “Overcoming disruption, transforming the AIDS response”, WHO mengajak seluruh negara dan komunitas untuk memperkuat respons global terhadap HIV di tengah berbagai disrupsi layanan kesehatan yang masih terjadi.
Kampanye ini menyoroti bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia yang harus dapat dinikmati oleh setiap orang. Dalam praktiknya, setiap individu harus memiliki akses tanpa hambatan terhadap layanan pencegahan, tes, pengobatan, dan perawatan HIV, tanpa stigma maupun diskriminasi.
Stigma dan diskriminasi terkait HIV/AIDS masih menjadi tantangan besar yang menghambat upaya penanggulangan. Banyak orang enggan memeriksakan diri karena takut mendapat perlakuan negatif. Selain itu, layanan kesehatan yang tidak merata membatasi akses terhadap perawatan yang dibutuhkan.
Melalui kampanye Hari AIDS Sedunia 2025, WHO menegaskan beberapa poin penting berikut:
Kesehatan adalah hak asasi manusia
Pencegahan memberdayakan dan melindungi. Akses yang sama terhadap pencegahan, kunci menghentikan infeksi baru
Atasi stigma dan diskriminasi
Memprioritaskan dan menjangkau populasi rentan
Memperjuangkan akses terhadap pengobatan yang menyelamatkan nyawa untuk menekan virus HIV
Maju menuju masa depan bebas AIDS
Gerakan ini membawa harapan bahwa penderita HIV/AIDS atau mereka yang berisiko dan terdampak HIV tidak perlu takut untuk memeriksakan diri dan bisa mendapatkan akses kesehatan penuh. Dengan demikian, dunia dapat mengakhiri anggapan AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada 2030.