Hari gini, siapa yang tak pernah selfie? Apalagi saat sedang bosan. Setelah belasan jepreten pakai smartphone, kamera, webcam, atau perangkat gawai lainnya, akhirnya foto terbaik diunggah di media sosial.
Selfie atau swafoto lebih dari sekadar pengambilan foto diri sendi, melainkan juga opsi editing seperti warna, kontras, perubahan background, dan penambahan efek agar foto terlihat lebih ciamik saat diunggah dan mendapat banyak 'like'.
Tren swafoto ini begitu luas, khususnya di kalangan remaja dan dewasa awal. Sebetulnya tak ada yang salah dengan tren tersebut. Namun, para ahli mengkhawatirkan beberapa kemungkinan serius berkaitan dengan selfie, terutama yang obsesif..
Dari kacamata psikologis, selfie adalah sebuah tindakan yang berorientasi pada diri sendiri, yang memungkinkan individu mengembangkan individualisme serta mementingkan diri sendiri. Kondisi ini bahkan dapat dikaitkan dengan ciri-ciri gangguan kepribadian narsistik. Yuk, simak terus!