Fakta Disinhibited Social Engagement Disorder, Rentan Dialami Anak

Waspada jika anak mudah akrab dengan orang asing

Kebanyakan anak kecil secara naluri berhati-hati terhadap orang dewasa yang tidak mereka kenal. Ketakutan pada orang asing umumnya bermanfaat dan menunjukkan tindakan yang sehat. Namun, anak-anak dengan disinhibited social engagement disorder tidak menunjukkan "ketakutan" terhadap orang asing seperti anak pada umumnya.

Disinhibited social engagement disorder (DSED) adalah gangguan keterikatan yang ditandai dengan kesulitan membentuk ikatan emosional dengan orang lain. Kondisi ini lebih umum terjadi pada anak kecil yang pernah mengalami peristiwa penelantaran, trauma, atau pelecehan.

Menurut studi dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, selain tidak takut pada orang asing, anak-anak dengan diagnosis DSED justru bisa begitu nyaman berada di sekitar orang yang tidak dikenalinya. Akibatnya, mereka tidak akan ragu untuk naik ke mobil orang asing atau menerima tawaran dari orang yang tidak dikenal. 

1. Gejala

Fakta Disinhibited Social Engagement Disorder, Rentan Dialami Anakilustrasi anak di pangkuan orang lain (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Anak-anak dengan DSED dapat dengan mudah bersikap ramah, terbuka, dan berbicara dengan orang asing. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mengategorikan DSED sebagai diagnosis yang berdiri sendiri, dengan gejala spesifik yang meliputi: 

  • Keramahan berlebihan pada orang asing.
  • Minimnya batas sosial.
  • Tidak ragu mendekati dan terlibat interaksi dengan orang dewasa yang tidak dikenalnya.
  • Perilaku verbal atau fisik yang terlalu akrab terhadap orang yang tidak dikenal.
  • Kesediaan pergi dengan orang dewasa yang tidak dikenal tanpa ragu-ragu.

3. Penyebab

Fakta Disinhibited Social Engagement Disorder, Rentan Dialami Anakilustrasi bayi menangis (pexels.com/William Fortunato)

DSED bisa disebabkan oleh faktor pengabaian selama masa bayi atau anak usia dini. Bagi beberapa anak, kondisi ini terjadi ketika mereka tidak memiliki pengasuh solid dalam fase kehidupan awalnya. Padahal, sosok pengasuh (umumnya orang tua) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak, meluangkan waktu, menyediakan makanan, tempat tinggal layak, serta dukungan emosional yang optimal.

Selain pengabaian, unsur trauma masa kanak-kanak juga berperan dalam kemunculan DSED. Ini melibatkan beberapa keadaan atau peristiwa, seperti:

  • Kematian orang tua.
  • Dibesarkan dan diasuh oleh orang tua dengan riwayat penyalahgunaan zat.
  • Pelecehan seksual.
  • Tumbuh dan besar tanpa orang tua (misalnya di panti asuhan).

Baca Juga: Tidak Hanya IQ, Mengasah EQ dan SQ Anak Juga Penting

3. Diagnosis

Fakta Disinhibited Social Engagement Disorder, Rentan Dialami Anakilustrasi ibu memeluk anaknya (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

DSED pada awalnya dianggap sebagai subtipe dari gangguan perlekatan reaktif. Namun, saat ini DSM-5 sudah mengategorikannya sebagai kondisi yang berdiri sendiri. 

Untuk memenuhi kriteria diagnostik DSED, seorang anak harus menunjukkan pola perilaku yang melibatkan pendekatan dan interaksi dengan orang dewasa yang tidak dikenal. Selain itu, juga memperlihatkan perilaku verbal atau fisik yang terlalu akrab dengan orang lain yang tidak sesuai dengan batasan sosial. 

Di samping telah memenuhi kriteria diagnostik secara perilaku, seorang anak juga harus memiliki riwayat terkait penelantaran. Situasi tersebut merujuk pada pengabaian sosial, lingkungan yang tidak kondusif, serta perubahan pola pengasuhan.

Jika anak menunjukkan gejala perilaku selama lebih dari dua belas bulan, gangguan tersebut dianggap persisten. Sementara itu, saat anak menunjukkan semua gejala pada tingkat yang relatif tinggi, maka sudah memasuki taraf yang parah.

4. Dampak

Fakta Disinhibited Social Engagement Disorder, Rentan Dialami Anakilustrasi perempuan mengajak anak laki-laki menikmati suasana hutan (pexels.com/Yan Krukov)

Penting bagi anak kecil untuk memiliki rasa takut terhadap orang asing, termasuk orang yang berpotensi membahayakannya. Sementara itu, membesarkan anak dengan DSED bisa sangat menantang untuk dijalani.

Pengasuh yang merawat anak dengan DSED harus tetap waspada dalam upaya mengawasi anak. Memastikan anak dalam kondisi "aman" dengan pemberian intervensi yang tepat bisa membantu mengalihkan perhatian anak dari situasi bahaya (berinteraksi dengan orang asing).

5. Perawatan

Fakta Disinhibited Social Engagement Disorder, Rentan Dialami Anakilustrasi ibu mengenalkan anak dengan buku (pexels.com/William Fortunato )

Setelah mendapatkan diagnosis resmi dari dokter, upaya selanjutnya adalah menentukan perawatan yang tepat. Anak dengan DSED perlu mendapatkan perawatan yang konsisten dari pengasuh yang stabil dari segi emosionalnya.

Gangguan ini tidak secara otomatis dapat membaik. Maka perlu kerja sama yang baik antara pengasuh dan penyedia layanan kesehatan anak. Perawatan profesional sendiri biasanya terdiri dari terapi dan rencana perawatan berbasis individual. 

Beberapa tips berikut bisa diterapkan guna membantu meminimalkan DSED pada anak, di antaranya:

  • Tetapkan harapan yang realistis pada anak. Jadi, ketika anak membutuhkan sesuatu, dirinya menjadi tahu kepada siapa saja dia boleh meminta bantuan.
  • Menjalankan perawatan dengan sabar, karena perubahan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
  • Menjadikan kegiatan positif sebagai rutinitas yang perlu dilakukan anak setiap harinya.

Jika seorang anak menunjukkan gejala disinhibited social engagement disorder, pengasuh (baik orang tua atau orang terdekatnya) perlu berkonsultasi dengan profesional medis terkait. Karena ada potensi dampak yang membahayakan anak, maka perlu penanganan segera. Dokter akan membantu menggalakkan diagnosis untuk kemudian menetapkan perawatan dengan menyesuaikan kondisi anak. 

Baca Juga: 5 Manfaat Mengajarkan Anak Membaca Sedari Dini

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya