Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi makan siang dengan teman sekantor (pexels.com/fauxels)

Bekerja di kantor identik dengan pekerjaan yang mengharuskan untuk duduk selama berjam-jam di depan komputer demi menyelesaikan tugas. Jika tidak diimbangi dengan kebiasaan sehat, karyawan akan rentan terkena berbagai jenis penyakit serius.

Ada banyak kebiasaan yang bisa dilakukan pekerja kantoran untuk menyeimbangkan kurangnya aktivitas. Kebiasaan ini paling bagus dipraktikkan ketika tiba jam makan siang.

Berikut ini kebiasaan sehat yang bisa dilakukan pekerja kantoran saat jam makan siang.

1. Makan

ilustrasi makan makanan sehat (pexels.com/Kampus Production)

Makan adalah cara terbaik untuk memulihkan energi setelah bekerja selama berjam-jam. Yang terbaik adalah memilih makanan bergizi untuk mengembalikan energi sekaligus mendapatkan nutrisi penting untuk menjaga fungsi tubuh.

Dilansir Piedmont, makan ikan dan sayuran hijau dapat meningkatkan fungsi otak. Ikan berlemak, misalnya tongkol atau kembung, kaya akan asam lemak omega-3 yang dapat menjaga kesehatan arteri di otak dan meningkatkan fungsi memori.

Sayuran berdaun gelap, seperti bayam dan kangkung, mengandung flavonoid dan karotenoid yang terbukti memperlambat penurunan mental terkait usia hingga 40 persen.

Selain itu, meminum secangkir teh hangat dapat membantu mengaktifkan sirkuit otak yang terkait dengan rentang perhatian.

2. Bangun dari kursi

ilustrasi laki-laki sedang berdiri di samping meja kerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pekerja kantoran identik dengan duduk untuk waktu yang lama. Padahal, menurut Mayo Clinic, duduk terlalu lama dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan. 

Manfaatkan jam istirahat makan siang untuk bergerak. Bangkitlah dari kursi dan berjalan-jalan atau melakukan peregangan ringan. Jika kamu ingin makan siang di luar, adalah ide yang bagus untuk berjalan kaki ke tempat makan selama tempat tersebut tidak terlalu jauh.

3. Bersosialisasi

ilustrasi mengobrol dengan rekan kerja (pexels.com/fauxels)

Selama jam kerja, kamu mungkin fokus menatap layar komputer dan menyelesaikan pekerjaanmu. Saat istirahat makan siang, luangkan waktu untuk mengenal rekan kerja lebih baik. Misalnya, dengan makan siang bersama sambil mengobrol. 

Ini bisa menjadi pereda stres dan memberimu dukungan emosional selama bekerja. Menurut laman Time, penting untuk memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja karena ini dapat mengurangi ketegangan, meningkatkan performa kerja, kepuasan karier, dan kesehatan mental yang lebih baik.

Jadi, manfaatkanlah istirahat makan siang untuk mengenal rekan-rekan kerjamu.

4. Hindari menatap layar

ilustrasi bekerja dengan laptop (pexels.com/cottonbro)

Cobalah untuk menjauh dari layar dalam bentuk apa pun, entah itu komputer, HP, atau tablet. Setelah menatap layar selama berjam-jam, manfaatkanlah momen makan siang untuk mengistirahatkan mata.

Mengutip dari Penn Medicine, menatap layar perangkat elektronik terlalu lama dikaitan dengan masalah ketegangan mata, mata kering, sakit kepala, pandangan kabur, dan nyeri otot. Jadi, pastikan kamu menghindari menatap layar perangkat elektronik apa pun saat jam makan siang.

5. Jalan-jalan

ilustrasi laki-laki sedang jalan-jalan saat jam makan siang (pexels.com/Clem Onojeghuo)

Jangan meremehkan manfaat sekadar berjalan-jalan. Jalan kaki membantu meringankan nyeri sendi, menyehatkan jantung, mencegah obesitas, meningkatkan energi, dan memperbaiki suasana hati, dikutip dari Healthline.

Berjalan-jalan di luar memberimu manfaat tambahan dengan mendapatkan sedikit sinar matahari. Paparan sinar matahari terbukti meningkatkan kadar serotonin, yaitu hormon perasaan nyaman yang diproduksi di otak. Namun, jika tidak mungkin untuk keluar, berjalan-jalanlah di sekitar kantor.

Jagalah kesehatan dengan menerapkan kebiasaan sehat ini di kantor kamu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team