ilustrasi susu (unsplash.com/an_vision)
Penelitian yang diterbitkan oleh PubMed Central pada tahun 2021 menunjukkan bahwa konsumsi susu sapi dapat memperlambat pergerakan usus, memicu peradangan, dan meningkatkan kadar eosinofil. Kondisi ini pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan istirahat sfingter anal internal dan menyebabkan konstipasi. Namun, efek tersebut sejauh ini baru ditemukan pada anak-anak. Hingga kini, masih sedikit penelitian yang secara khusus mengkaji dampak konsumsi susu terhadap sembelit pada orang dewasa.
Tanpa disadari, kamu mungkin sering mengonsumsi produk susu saat sahur atau berbuka, baik dalam bentuk susu murni, keju, maupun yogurt manis. Meskipun produk susu kaya akan nutrisi penting seperti kalsium dan protein, bagi sebagian orang, konsumsi berlebihan justru bisa menyebabkan gangguan pencernaan, termasuk sembelit. Hal ini disebabkan oleh kandungan laktosa dalam susu yang sulit dicerna oleh tubuh, terutama bagi mereka yang memiliki intoleransi laktosa ringan.
Jika tubuh tidak dapat mencerna laktosa dengan baik, kondisi ini dapat menyebabkan perut kembung, gas berlebih, serta memperlambat pergerakan usus. Akibatnya, kamu akan merasa tidak nyaman, dan BAB menjadi lebih sulit. Jika mengalami masalah ini, cobalah mengurangi konsumsi susu dan menggantinya dengan alternatif lain seperti susu almond, susu kedelai, atau produk fermentasi seperti yogurt tanpa gula yang lebih ramah bagi sistem pencernaan. Susu-susu tersebut juga sangat aman dikonsumsi untuk penderita intoleransi laktosa.
Frekuensi BAB yang lebih jarang saat puasa merupakan hal yang wajar, mengingat tubuh berpuasa selama 12–14 jam, sehingga proses pencernaan berjalan lebih lambat. Untuk mengantisipasi kondisi ini, pastikan kamu mengonsumsi makanan tinggi serat dan tetap aktif bergerak. Selain itu, cukupi kebutuhan cairan dengan minum minimal delapan gelas air per hari agar pencernaan tetap lancar dan feses tidak mengeras. Jika konstipasi atau susah BAB terus berlanjut hingga menyebabkan ketidaknyamanan yang serius, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Semoga informasi ini bermanfaat, dan selamat menjalankan ibadah puasa!