7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanen

Diyakini tidak memengaruhi produksi ASI

Pada masa menyusui, kamu dan pasangan mungkin mulai merencanakan untuk berhubungan intim. Namun, perlu diketahui bahwa perempuan sudah bisa kembali mendapatkan kehamilan setidaknya 3 minggu setelah persalinan, melansir National Health Service UK. 

Jika kamu dan pasangan merencanakan kehamilan tanpa menunggu proses mengasihi selesai, maka penting memilih alat kontrasepsi yang tepat. Pemilihan KB yang aman untuk ibu menyusui perlu diperhatikan agar tidak mengganggu hormon produksi ASI. 

KB yang aman untuk ibu menyusui

7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanenilustrasi ibu menyusui (unsplash.com/Dave Clubb)

Yap, kamu bisa menggunakan kontrasepsi hormonal dan non-hormonal dengan aman selama masa menyusui. Ada berbagai metode pengendalian kelahiran yang bisa kamu pilih.

Tentu opsi terbaik adalah dengan mengonsultasikan pada dokter ahli sebelum memakainya. Selama pemeriksaan pasca persalinan, kamu bisa mendiskusikan kapan waktu yang tepat untuk mulai menggunakannya. 

Dilansir Planned Parenthood, dokter mungkin merekomendasikan untuk tidak menggunakan metode yang mengandung hormon estrogen. Setidaknya selama 3 minggu setelah melahirkan. Setelahnya, kamu bisa memulai salah satu dari metode tersebut. 

Meski demikian, masih banyak pilihan KB yang aman untuk ibu menyusui. Opsi tersebut  kemungkinan memiliki pengaruh kecil pada hormon serta efektif mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.

1. IUD

7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanenilustrasi kontrasepsi IUD (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

Intrauterine Device (IUD) merupakan jenis kontrasepsi tanam yang memiliki tingkat efektivitas mencapai 99 persen. Alat ini dipasang di dalam tubuh sehingga harus dilakukan oleh dokter ahli. 

IUD termasuk Long-Acting Reversible Contraception (LARC) alias kontrasepsi jangka panjang. Artinya, sekali pemasangan bisa bertahan dalam hitungan tahun, mulai 3-10 tahun.

IUD terdiri dari dua jenis, yakni hormonal dan non-hormonal. IUD hormonal mengandung progestin dengan bentuk sintetis dari hormon progesteron. Kandungan tersebut bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sperma kesulitan mencapai sel telur. 

Jenis hormonal bisa memengaruhi menstruasi. Beberapa orang bahkan mungkin melewati periode haid selama menggunakan IUD. Merek yang tersedia di pasaran di antaranya Mirena, Skyla, Liletta, Kyleena. Di Indonesia juga tersedia dari brand seperti Andalan.

IUD non-hormonal mengandalkan bentuk fisiknya, yakni sejumlah tembaga kecil untuk mengganggu pergerakan sperma. Dengan begitu, pembuahan tidak terjadi karena implantasi sel telur gagal. 

Setelah pemasangan, IUD non-hormonal bisa bertahan hingga 10 tahun. Namun, alat ini mungkin tidak direkomendasikan pada perempuan yang mengalami masalah menstruasi dan kram berat. Sebab, IUD non-hormonal bisa menambah periode dan volume darah.

Secara umum, dokter biasanya meminta menunggu hingga sembuh atau pendarahan pasca persalinan selesai, sekitar 2-6 minggu. Jika dipasang terlalu cepat, IUD bisa lepas dan menyebabkan infeksi.

2. Pil mini

7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanenilustrasi kontrasepsi pil KB (unsplash.com/Thought Catalog)

Jika pil KB tradisional mengandung campuran hormon estrogen dan progestin, maka pil mini hanya mengandung progestin. Opsi ini bisa menjadi alternatif KB yang aman untuk ibu menyusui karena tidak mengandung estrogen.

Alasannya, beberapa perempuan mengalami penurunan suplai ASI saat mengonsumsi pil KB kombinasi. Hal tersebut mengakibatkan durasi menyusui jadi lebih pendek. Dilansir Healthline, kondisi ini diperkirakan terjadi akibat efek dari estrogen yang ada dalam kontrasepsi minum. 

Di sisi lain, pil mini hanya mengandung progestin. Kontrol kelahiran ini terdiri dari 28 pil yang harus diminum setiap hari. Saat meminum pil mini, kamu mungkin tidak akan mengalami menstruasi bulanan. 

Sama seperti kontrasepsi yang mengandung progestin lainnya, dokter bisa memberikan resep pil mini antara 6-8 minggu setelah melahirkan. Alat ini memiliki efektivitas 87-99,7 persen untuk mencegah kehamilan.

Meski dianggap tidak banyak memengaruhi ASI, tetap ada efek samping yang bisa muncul. Termasuk mengalami sakit kepala, pendarahan tidak teratur, hingga berkurangnya gairah seks.

3. Kondom

7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanenilustrasi kondom (pixabay.com/Bru-nO)

KB yang aman untuk ibu menyusui berikutnya adalah kondom. Berbeda dengan jenis kontrasepsi lain, kondom mencegah kehamilan melalui perlindungan fisik. Ketika dipasang, kondom akan menghalangi sperma masuk ke dalam vagina.

Cairan mani yang mengandung sperma akan tertahan di kondom sehingga memiliki efektivitas mencegah pembuahan nyaris 98 persen. Persentase tersebut berlaku jika kondom digunakan secara benar, dari awal hingga akhir interaksi dengan vagina. 

Kondom juga satu-satunya alat kontrasepsi yang melindungi kamu dan pasangan dari potensi penyakit menular seksual. Mengingat alat kontrasepsi ini tidak mengandung hormon, penggunaan kondom sama tak memengaruhi produksi ASI.

Namun, efektivitas kondom bisa menurun apabila digunakan dengan kurang tepat. Belum lagi risiko kebocoran yang tidak disadari. Maka dari itu, kondom lebih direkomendasikan sebagai pelindung tambahan di samping spermisida, pil mini, atau KB alami.

Baca Juga: 5 Cara Memilih KB yang Tepat untuk Mencegah Kehamilan

4. KB implan

7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanenilustrasi KB implan (unsplash.com/@rhsupplies)

Pilihan alat kontrasepsi lainnya ada KB implan. Jika IUD dimasukkan melalui vagina, alat ini justru ditembakkan secara suntik di lengan. KB implan memiliki efektivitas hingga 99 persen dan hanya boleh dipasangkan oleh dokter. 

Alat ini berbentuk memanjang, kecil, mirip batang korek api. Setelah dipasang, KB implan dapat mencegah kehamilan dalam kurun waktu setidaknya 4 tahun. Sama seperti pemasangannya, melepas KB implan juga hanya bisa dilakukan oleh ahlinya. 

Di dalam batang yang dimasukkan ke lengan tersebut, mengandung hormon progestin. Hormon tersebut nantinya bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sperma kesulitan mencapai sel telur. Selain itu, hormon tersebut juga membantu mencegah indung telur mengeluarkan sel telur.

KB implan memiliki risiko lebih sedikit. Meski demikian, kamu mungkin merasakan beberapa efek samping berikut. Segera beritahukan dokter apabila mengalami salah satunya:

  • nyeri lengan bekas tembakan yang tidak kunjung menghilang;
  • tanda-tanda infeksi, seperti demam atau menggigil; dan
  • pendarahan luar biasa berat pada vagina.

5. Suntik KB

7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanenilustrasi suntikan (pixabay.com/fotoblend)

Suntik KB merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara injeksi dan termasuk KB yang aman untuk ibu menyusui. Adapun cara kerjanya didukung oleh hormon progestin yang mencegah kehamilan. 

Sistem suntik KB berlaku secara triwulan. Artinya, kamu perlu memperbarui kontrasepsi setiap 3 bulan sekali. Apabila terlewat dari jadwal yang diharuskan, maka kehamilan bisa saja terjadi.

Cara ini diklaim memiliki efektivitas mencapai 97 persen. Angka tersebut berlaku jika perempuan mendapatkan injeksi secara rutin setiap 12 minggu.

Efek samping yang muncul meliputi nyeri perut, sakit kepala, hingga penambahan berat badan. Beberapa perempuan juga mengalami kehilangan kepadatan tulang setelah menggunakan metode KB ini dalam jangka waktu lama.

6. KB alami

7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanenilustrasi masa subur (freepik.com/freepik)

The Natural Family Planning (NFP) merupakan metode yang dilakukan dengan memperhitungkan masa subur. Meski tidak memengaruhi hormon, KB ini memerlukan kejelian pada detail sinyal tubuh. 

Termasuk dengan memperhatikan siklus menstruasi dan memahami tanda-tanda masa subur. Selain itu, perlu juga mengamati bentuk lendir serviks yang keluar dari vagina. 

Namun, cara ini memiliki efektivitas yang cukup rendah dibanding opsi lain, yakni 76 persen saja. Selain itu, adanya kemungkinan perubahan siklus menstruasi pasca melahirkan juga membuat tanda-tanda fisik sulit diidentifikasi.

7. Sterilisasi

7 KB yang Aman untuk Ibu Menyusui, Bulanan hingga Permanenilustrasi operasi (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Opsi KB yang aman untuk ibu menyusui ini bisa dipilih ketika kamu berencana tak ingin memiliki momongan lagi. Metode ini juga dikenal sebagai sterilisasi tuba, ligasi tuba, atau mengikat tuba.

Semua istilah tersebut merujuk pada kontrasepsi permanen. Pada prosesnya, saluran tuba akan dipotong atau disumbat untuk mencegah pembuahan. Dengan begitu, kehamilan tidak akan terjadi.

Positifnya, opsi sterilisasi tidak akan memengaruhi siklus menstruasi. Kamu pun bisa mendapatkan prosedur sesaat setelah kelahiran pervaginaan atau bersamaan dengan operasi caesar. 

Risikonya, tindakan operasi dapat menimbulkan reaksi terhadap anestesi, infeksi, dan nyeri panggul atau perut. Kamu mungkin akan diminta meminum obat seperti penghilang rasa sakit setelah tindakan dilakukan. Tindakan ini dapat memengaruhi kehamilan secara permanen, jadi ada baiknya mempertimbangkannya matang-matang terlebih dahulu.

Menentukan KB yang aman untuk ibu menyusui bisa jadi step dilematis. Sebagai bantuan, jangan lupa diskusikan dengan pasangan sekaligus tanyakan pada doktermu, ya!

Baca Juga: 5 Manfaat Susu Almond untuk Ibu Menyusui, Pelancar ASI

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya