Pembalut Mengandung Klorin, Apakah Perlu Dihindari?

Biar gak disinformasi, cek faktanya dulu

Pembahasan pembalut mengandung klorin seolah tak lekang oleh waktu. Banyak perempuan meragukan keamanan produk menstrual pad yang jamak digunakan saat datang bulan ini.

Bukan tanpa alasan, produk mengandung klorin dikaitkan dengan paparan pemicu kanker. Hal tersebut tak jarang menyebabkan kepanikan sehingga membuat beberapa orang melakukan uji coba mandiri yang berujung pada kesimpulan kurang tepat.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui fakta di balik kebenaran kandungan klorin pada pembalut. Dengan begitu, kamu bisa mengambil langkah aman untuk mengantisipasinya, jika memang diperlukan. 

Apa itu klorin?

Pembalut Mengandung Klorin, Apakah Perlu Dihindari?ilustrasi pembalut (pexels.com/Karolina Grabowska)

Klorin, ya, bukan Qorin. Klorin adalah senyawa kimia yang bisa kamu temukan dalam berbagai produk industri dan rumah tangga. Bentuknya bisa beragam, mulai dari gas hingga cairan. 

Pemberian tekanan pada klorin gas yang didinginkan membuatnya berubah menjadi cair. Mengingat massanya yang lebih berat dari udara, ia akan menetap di tanah dan menyebar ketika dilepaskan.

Umumnya, klorin berwarna kuning kehijauan. Baunya menyengat sehingga bisa dikenali dengan menciumnya. Aromanya sendiri mirip seperti bau pemutih. Klorin gak mudah terbakar, tetapi bisa bereaksi eksplosif ketika bereaksi dengan senyawa eksplosif lain.

Peran utama klorin sebenarnya untuk sanitasi limbah. Namun, kamu juga bisa menemukannya pada produk penjernih air kolam agar bebas bakteri. Pada kertas dan kain, klorin jamak digunakan sebagai pemutih. Termasuk isunya, terkandung dalam menstrual pad sebagai pembersih kapas. 

Penting untuk dicatat, klorin merupakan gas beracun. Klorin bisa masuk melalui pernapasan atau paparan kulit dan mata. Jika terhirup dalam kadar tinggi, dapat menyebabkan gangguan pernapasan, pusing, gatal-gatal, serta sensasi terbakar di panca indera. 

Dalam jangka panjang, klorin dapat memicu edema atau cairan pada paru-paru, melansir Emergency Center of Disease and Control Prevention. Maka dari itu, jika terpapar klorin, kamu harus segera menjauh, menanggalkan pakaian yang terkena gas, hingga membasuh tubuh secara menyeluruh.

Baca Juga: 5 Alasan Menstruasi Terlambat Saat Minum Pil KB, Belum Tentu Hamil

Fakta pembalut yang mengandung klorin

Pembalut Mengandung Klorin, Apakah Perlu Dihindari?ilustrasi pembalut, tampon, dan menstrual cup untuk datang bulan (freepik.com/freepik)

Membaca uraian bahaya klorin bagi kesehatan tentu bikin was-was, bukan? Gak heran jika perempuan akhirnya memilih meninggalkan menstrual pad alias pembalut demi kesehatan jangka panjang.

Namun, ada yang perlu diluruskan terlebih dahulu bahwasanya produk pembalut di Indonesia, harus melewati verifikasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tahap tersebut menjadi gate keeper pembalut sebelum dijual di pasaran. Dengan begitu, mestinya pembalut yang ada di supermarket sudah melalui uji laboratorium sehingga semestinya aman dan gak berbahaya. 

Kementerian Kesehatan berdasar UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 menjelaskan bahwa semua produk yang bisa memicu risiko kesehatan wajib memiliki izin edar. Setiap produk, termasuk pembalut, harus memenuhi SNI 16-6363-2000. Salah satu kriterianya adalah gak berfluoresensi kuat.

Fluoresensi adalah pengujian untuk mengetahui adanya klorin pada produk, termasuk pembalut. Berkiblat pada standarisasi United States Food and Drug Administrations (FDA), batas kadar klorin yang diperbolehkan dalam pembalut harus kurang dari 0,2 persen.

Penggunaan klorin sebagai pemutih pada pembalut memang pernah dilakukan. Namun, cara tersebut telah ditinggalkan sejak tahun 1990-an. Alasannya, guna mengurangi produksi senyawa dioksin yang merupakan polutan organik persisten di lingkungan, melansir Forbes.

Saat ini, proses pembuatan pembalut umumnya menggunakan Elemental Chlorine-Free (ECF) dan Totally Chlorine-Free (TCF) sebagai upaya pemutihan dan menghilangkan bakteri. ECF merupakan metode bleaching menggunakan klorin dioksida. Adapun TCF memanfaatkan hidrogen peroksida. Keduanya merupakan metode yang dinyatakan lebih aman karena bebas dari dioksin.

Haruskah menghindari pembalut?

Pembalut Mengandung Klorin, Apakah Perlu Dihindari?ilustrasi pembalut reusable (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sebuah penelitian eksperimental dengan sampel kecil yang dipublikasi dalam Journal of Pharmacy and Science menunjukkan bahwa dari lima produk yang diteliti, terdapat satu yang mengandung klorin. Artinya, masih ada produk yang aman dari paparan senyawa kimia berbahaya ini.

Upaya terbaik demi menjaga kesehatan adalah dengan memilih produk bebas klorin. Cek terlebih dahulu pembalut yang kamu gunakan, apakah sudah terdaftar di BPOM atau belum. Jika belum, maka baiknya dihindari demi alasan kesehatan.

Namun, jika akhirnya memutuskan untuk gak menggunakan pembalut sama sekali pun bukan masalah. Ada opsi menstrual cup atau pembalut full katun yang reusable dan ramah lingkungan.

Pembalut mengandung klorin memang isu yang harus mendapat perhatian. Namun, gak perlu keburu panik dan bertindak gegabah sebelum mengetahui faktanya.

Baca Juga: Kenali Warna Darah Haid yang Subur, Perempuan Wajib Tahu!

Topik:

  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya