ilustrasi jamur untuk dimakan (theepochtimes.com)
Meski temuannya terdengar menjanjikan, tetapi studi ini punya kekurangan. Para peneliti mengakui bahwa data yang dianalisis tidak memaparkan jenis jamur apa yang dikonsumsi, sehingga tidak ada identifikasi nilai antidepresan yang relatif dari masing-masing jenis jamur.
Selain itu, asupan jamur para partisipan dihitung dengan kode dari Kementerian Pertanian AS (USDA) yang mungkin tidak akurat mencerminkan asupan para peserta. Selain itu, kode USDA salah mengelompokkan jamur sebagai "sayuran". serta penilaian kandungan jamur dalam masakan dinilai tidak akurat.
Terakhir, laporan mandiri mengenai asupan selama 24 jam terakhir kemungkinan besar kurang akurat. Para peneliti mencatat bahwa kesalahan pengukuran terhadap laporan mandiri tersebut memengaruhi hasil penelitian mengenai hubungan antara makan jamur dengan penurunan risiko depresi.
Meski begitu, riset ini membuka wawasan terbaru mengenai pengaruh positif konsumsi jamur yang bergizi terhadap kesehatan mental. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dan lebih dalam amat disarankan ke depannya. Yang terpenting, semakin banyak alasan untuk suka jamur!