Bawang putih segar mengandung sekitar 63 persen air, 28 persen karbohidrat (fruktan), 2,3 persen senyawa organosulfur, 2 persen protein (alliinase), 1,2 persen asam amino (arginine), dan 1,5 persen serat.
Bawang putih segar juga mengandung tinggi γ-glutamylcysteines. Senyawa ini dapat dihidrolisis dan dioksidasi menjadi alliin, yang terakumulasi secara alami selama penyimpanan bawang putih pada suhu dingin. Setelah diproses, seperti dipotong, dihancurkan, dikunyah, atau dikeringkan, alliinase dengan cepat melisiskan sitotoksik sistein sulfoksida (alliin) untuk membentuk alkil alkane-tiosulfinat sitotoksik dan berbau seperti allicin.
Allicin berkontribusi pada rasa dan rasa khas bawang putih. Allicin dan tiosulfinat lainnya segera terurai menjadi senyawa lain seperti diallyl sulfide, diallyl disulfide, and diallyl trisulfide, dithiins, and ajoene. Pada saat yang sama, γ-glutamylcysteines diubah menjadi SAC melalui jalur katabolismenya selain jalur alliin-allicin. SAC berkontribusi pada manfaat kesehatan dari bawang putih, seperti aktivitas antidiabetes, antioksidan, dan antiinflamasi.
Sementara pada black garlic, selama proses termal, beberapa senyawa kimia dari bawang putih segar diubah menjadi senyawa Amadori/Heyns, yang merupakan senyawa perantara utama reaksi Maillard. Senyawa kimia bawang hitam yang sudah tua (ABG) cukup rumit, dan kualitas produknya tergantung pada proses pembuatannya. Meskipun demikian, bawang hitam mengandung lebih banyak senyawa fungsional seperti SAC dibandingkan bawang putih segar.
Kandungan senyawa kimia bawang hitam bergantung pada kondisi selama pemrosesan termal. Beberapa peneliti melaporkan bahwa banyak komponen berharga dalam bawang hitam melawan penyakit meningkat selama proses penuaan, terutama polifenol, flavonoid, dan beberapa perantara reaksi Maillard telah dikenal sebagai agen antioksidan. Selanjutnya, aktivitas antioksidan bawang putih bervariasi di setiap wilayah. Namun, black garlic menunjukkan aktivitas biologis yang jauh lebih tinggi, seperti sifat antioksidan, daripada bawang putih segar.
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa gula yang larut dalam air, asam amino, polifenol total, dan flavonoid meningkat atau menurun selama pemrosesan termal. Tiga senyawa Amadori dan tiga senyawa Heyns dalam black garlic meningkat secara signifikan, hingga 40-100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bawang putih segar.
Sebaliknya, melalui proses penuaan untuk mengubah bawang putih segar menjadi bawang hitam, jumlah fruktan menurun secara bersamaan, karena fruktosa dan glukosa dengan beberapa asam amino berperan penting dalam reaksi Maillard dalam pengolahan bawang putih.
Penjelasan di atas bersumber dari laporan berjudul "Black garlic: A critical review of its production, bioactivity, and application" dalam Journal of Food and Drug Analysis tahun 2017.