ilustrasi makan sayur (freepik.com/yanalya)
Sekitar 4 persen populasi dunia pernah menderita PTSD seumur hidup mereka (Psychological Medicine, 2018). Gangguan ini berkembang pada orang-orang tertentu yang pernah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis seperti cedera parah, kekerasan, atau kematian. Namun, para peneliti masih belum mengetahui alasan pastinya.
Otak dan sistem pencernaan yang mencakup lambung, usus, dan usus besar mengirimkan sinyal bolak-balik melalui sistem saraf, hormon, dan bahan kimia yang kompleks. Akibatnya, kesehatan usus yang buruk telah dikaitkan dengan beberapa penyakit mental termasuk kecemasan dan depresi. Sebuah penelitian juga menemukan tanda-tanda peradangan usus pada orang dengan PTSD (American Journal of Physiology-Gastrointestinal and Liver Physiology, 2022).
PTSD telah dikaitkan dengan disregulasi sirkuit otak yang mengatur respons stres dan rasa takut. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan PTSD memiliki amigdala hiperaktif, yaitu wilayah otak yang membantu memproses emosi.
Menurut Yang-Yu Liu, penulis studi tersebut, mikrobioma usus—mikroorganisme, termasuk bakteri yang hidup di saluran pencernaan—memengaruhi perkembangan dan respons amigdala.
Itu mungkin menjadi alasan mengapa mikrobioma usus penting untuk PTSD. Beberapa aturan pola makan Mediterania, seperti serat dan asam lemak omega-3, diketahui mendukung kesehatan usus, yang pada gilirannya dapat memengaruhi fungsi otak.