Manfaat Serat Makanan untuk Mencegah Penyakit Degeneratif

Banyak penelitian epidemiologis melaporkan pergeseran atau perubahan pola penyakit di kalangan masyarakat. Penyakit infeksi yang selalu menjadi penyebab utama kejadian kesakitan dan kematian mulai bergeser dan diganti oleh penyakit degeneratif dan metabolik seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hiperkolesterol, peningkatan asam urat, hingga kanker.
Kecenderungan ini tidak semata-mata akibat usia lanjut, tetapi juga mulai banyak dilaporkan terjadi pada usia yang lebih muda. Di antara faktor yang diketahui menjadi penyebab yaitu gaya hidup, mulai dari pola makan yang tidak sehat sampai kurangnya aktivitas olahraga.
Laporan dalam Jurnal Gizi dan Pangan menjelaskan bahwa salah satu faktor pola makan yang tidak sehat juga menyoroti asupan serat makanan yang rendah di masyarakat, baik yang berasal dari sayur maupun buah-buahan.
Menilik data terdahulu hasil survei nasional tahun 2001, rata-rata asupan serat penduduk Indonesia baru sekitar 10,5 gram per hari. Sementara hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019, konsumsi buah dan sayur di Indonesia baru sebesar 209,89 gram per orang per hari. Anjuran yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kemenkes yaitu 400 gram per orang per hari.
Perkembangan penelitian membuktikan bahwa meski tidak mengandung zat gizi, serat mempunyai fungsi yang tidak tergantikan oleh zat lainnya dalam mendukung terjadinya kondisi fisiologis dan metabolik yang dapat memberikan perlindungan bagi kesehatan.
1. Mencegah diabetes melitus tipe 2
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan pengaruh pola makan tinggi serat dalam memperbaiki pengontrolan kadar gula darah. Di antaranya dalam laporan Journal of Nutrition and Health yang menyebutkan bahwa konsumsi serat memberikan efek positif dalam mengontrol kadar glukosa darah pada orang-orang dengan diabetes melitus tipe 2.
Pola makan tinggi serat memperlihatkan efek yang baik pada kontrol glikemik. Makin tinggi konsumsi serat makanan, maka makin rendah kadar glukosa darahnya.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penurunan kadar insulin dan glukosa darah sebesar 12 persen dan 10 persen. Partisipan pada penelitian ini mengonsumsi serat sebanyak 50 gram (25 gram serat larut air dan serat tidak larut air). Sumber serat berasal dari makanan alami (tidak difortifikasi serat) dan bukan suplemen.
Serat larut air diketahui dapat menyerap cairan dan membentuk gel di dalam lambung. Gel tersebut memperlambat proses pengosongan lambung dan penyerapan zat gizi. Gel dapat memperlambat gerak peristaltik zat gizi (glukosa) dari dinding usus halus menuju daerah penyerapan sehingga tidak terjadi lonjakan kadar glukosa darah secara drastis.