Beberapa waktu lalu viral kisah seorang ayah membawa anak umur 2 tahun naik Gunung Kerinci.
Menurut studi lampau dalam The Journal of Pathology, anak yang usianya masih di bawah 1 tahun sebaiknya tidak berada terlalu lama di ketinggian karena berisiko mengalami penyakit ketinggian pada bayi yang disebut dengan subacute infantile mountain sickness (SIMS).
Acute mountain sickness (AMS) terjadi ketika wisatawan mendaki terlalu tinggi dan terlalu cepat. AMS adalah bentuk paling umum dari penyakit ketinggian, biasanya terjadi pada pendakian mendadak di atas ketinggian 9.000 kaki. Gejalanya mungkin mirip pengar (hangover). Namun, karena gejalanya sering kali tidak jelas, perasaan tidak enak badan apa pun di ketinggian harus dianggap sebagai AMS sampai terbukti sebaliknya.
Gejala biasanya dimulai 2–12 jam setelah tiba di tempat yang lebih tinggi, sering kali pada atau setelah malam pertama. Gejalanya disebabkan oleh pembengkakan ringan pada jaringan otak akibat hipoksia hipobarik akut. Pembengkakan diyakini disebabkan oleh perubahan hemodinamik (vasodilatasi) yang meningkatkan aliran darah ke otak. Vasodilatasi dikombinasikan dengan peningkatan curah jantung menyebabkan dinding pembuluh darah menipis dan mengeluarkan cairan ke jaringan sekitarnya, dilansir RnCeus.com.
Sementara itu, SIMS hanya dilaporkan di tempat dengan ketinggian sangat tinggi, di atas 11.000 kaki. Kelainan ini biasanya menyerang bayi yang lahir di dataran rendah dan kemudian dibawa untuk tinggal di dataran tinggi. Sedikit yang diketahui mengenai kelainan ini di negara-negara Barat karena sebagian besar kasus terjadi di Tiongkok dan Tibet, tetapi SIMS juga terjadi di daerah dataran tinggi lainnya, seperti Peru. Gangguan ini menjadi terkenal setelah migrasi besar-besaran orang Tionghoa Han berpindah dari dataran rendah di daratan Tiongkok ke dataran tinggi di Tibet.
Kelainan ini ditandai dengan bukti hipertensi pulmonal, hipoksia berat, dan gagal jantung. Penyakit ini menyerang jantung dan paru-paru dengan hipertrofi medial ekstrem pada arteri pulmonalis otot dan muskularisasi arteriol pulmonal, bersamaan dengan dilatasi batang paru dan hipertrofi masif serta dilatasi ventrikel kanan. Ini adalah kondisi yang dikenal sebagai penyakit jantung ketinggian (HAHD), yang juga berhubungan dengan AMS. Gangguan ini biasanya berakibat fatal dalam waktu beberapa minggu atau bulan dan tampaknya sama dengan brisket disease pada sapi, yang menyebabkan 30 hingga 40 persen sapi dataran rendah yang dibawa ke dataran tinggi meninggal.