Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mencegah Stunting dengan Menghindari '4 Terlalu'

ilustrasi keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Pada tanggal 25 Januari 2021 lalu, Presiden Joko "Jokowi" Widodo menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai badan yang akan bertanggung jawab dan mengetuai kegiatan pelaksanaan percepatan penurunan angka stunting (kekerdilan pada anak) di Indonesia hingga tahun 2024 mendatang.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy juga memprediksi angka stunting di Indonesia akan semakin tinggi akibat dari pandemik COVID-19.

BKKBN telah merumuskan gerakan "Hindari 4 Terlalu"

default-image.png
Default Image IDN

Generasi milenial yang saat ini sedang memasuki masa pernikahan dan pranikah perlu memahami bagaimana cara pencegahan dan solusi mengatasi problem stunting. Masalah stunting seharusnya menjadi perhatian penting dan tidak dapat diremehkan. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga periode awal kehidupan anak (1.000 hari pertama kehidupan).

Selain gizi yang buruk, faktor lainnya yang menjadi penyebab stunting ialah faktor usia dan jarak kelahiran. Oleh karena itu, BKKBN merumuskan gerakan "Hindari 4 Terlalu" sebagai solusi pencegahan stunting.

1. Terlalu muda

Pexels

Hamil pada usia yang terlalu muda akan sangat berisiko pada perempuan, karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang secara optimal. Ukuran tulang panggul calon ibu baru sempurna setelah usia 21 tahun.

Pada usia yang masih sangat muda, para remaja masih membutuhkan gizi maksimal hingga usia 21 tahun. Nah, karena usia yang terlalu muda tersebut, maka tubuh ibu hamil akan "berebut" gizi dengan bayi yang dikandungnya.

Idealnya, menurut BKKBN, usia menikah pada perempuan adalah di atas 21 tahun dan usia menikah bagi laki-laki adalah 25 tahun.

2. Terlalu tua

ilustrasi keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Usia hamil pertama perempuan yang terlalu tua, atau berkisar kurang lebih usia 35 tahun ke atas, ternyata bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kondisi yang tidak normal. Hal ini bisa terjadi karena pembelahan sel telur yang abnormal, disebut nondisjunction.

Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan anak membawa cacat lahir atau kondisi akibat kelainan kromosom seperti sindrom Down. Selain itu, hamil pada usia yang terlalu tua juga meningkatkan risiko kematian baik pada ibu maupun bayinya.

3. Terlalu dekat

Pexels

Jarak antara kehamilan pertama dengan berikutnya yang terlalu dekat atau kurang dari 2 tahun akan biresiko menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak. Selain menyebabkan penghambatan proses persalinan, ini bisa terjadi karena gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak janin, dan posisi janin.

Kondisi hamil lagi dalam waktu dekat juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan plasenta. Gangguan pada plasenta akan berakibat pada terhambatnya pasokan oksigen dan ketersediaan nutrisi bagi janin.

Jika seorang Ibu mampu mengatur jarak kehamilan dengan baik dan benar, maka akan mempunyai kesehatan reproduksi yang prima dan memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan keluarga.

4. Terlalu banyak

default-image.png
Default Image IDN

Kondisi ibu pernah hamil dan melahirkan anak terlalu banyak juga akan berisiko mengakibatkan stunting, terlebih pada proses persalinan, yaitu risiko pendarahan pascapersalinan.

Kondisi dengan anak yang terlalu banyak tentu saja akan mengurangi tumbuh kembang anak secara optimal, sehat, dan cerdas, karena pola asuh anak yang tidak maksimal.

Selain itu, jika keluarga mampu mengatur kelahiran anak, maka keluarga mempunyai peluang untuk meningkatkan kemandirian dalam mengembangkan kesejahteraan. Sementara bagi anak, ia akan mempunyai peluang mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Nah, itulah penjelasan tentang gerakan "Hindari 4 Terlalu" dari BKKBN sebagai solusi pencegahan stunting. Selain itu, langkah pencegahan lainnya adalah memastikan asupan nutrisi yang diperlukan sebelum, saat, dan setelah persalinan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us