Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Interaksi Zat Gizi, Bikin Penyerapannya Maksimal

pixabay.com/Pexels

Setiap harinya kita tidak akan lepas dari zat gizi. Tentunya dikarenakan setiap hari kita memerlukan makanan yang merupakan sumber zat gizi untuk melakukan serangkaian reaksi enzimatis dalam tubuh.

Satu zat gizi tidak akan bisa untuk meng-cover seluruh kegiatan metabolisme yang ada dalam tubuh kita. Oleh karenanya, beberapa zat gizi terlibat bekerja sama dalam mendukung fungsinya.

Di antara bentuk kerja sama itu ada dalam proses penyerapannya. Zat-zat gizi berikut membantu penyerapan zat gizi lainnya, sehingga ketersediaannya menjadi cukup dalam mendukung fungsi spesifik zat gizi tersebut dalam tubuh. Apa sajakah zat gizi yang berinteraksi tersebut, berikut ulasannya.

1. Vitamin C dengan zat besi

pixabay.com/jmexclusives

Telah lama diketahui vitamin C sebagai promotor yang kuat terhadap penyerapan zat besi dari makanan dan dapat melawan efek penghambat dari fitat dan tanin.

Menurut laporan dalam Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan tahun 2012, beberapa penelitian menunjukkan efek positif dari vitamin C terhadap status zat besi. Penelitian di India menunjukkan bahwa terjadi peningkatan Hb yang nyata setelah diberi 200 mg vitamin C selama 60 hari pada anak dengan anemia yang konsumsi pangan nabatinya rendah vitamin C dan zat besi.

Hal yang sama juga diungkapkan dari hasil penelitian dalam jurnal yang sama, bahwa dengan pemberian 50 mg vitamin C setiap hari selama 8 minggu dapat memperbaiki status zat besi.

2. Lemak dengan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K)

pixabay.com/congerdesign

Dalam studi literatur berjudul “Ilmu Kesehatan dan Gizi” yang ditulis oleh Leily Amalia Furkon, S.TP., M.Si., menjelaskan bahwa sifat vitamin tertentu yang mudah larut dalam lemak memungkinkan vitamin-vitamin tersebut menempel dan melarut pada lemak.

Di samping itu, untuk dapat dimanfaatkan sel-sel tubuh, vitamin yang merupakan zat gizi mikro memerlukan media pembawa untuk dapat sampai menuju sel-sel tubuh, dan vitamin larut lemak memerlukan lemak sebagai medianya.

Oleh karenanya, salah satu strategi penanganan masalah gizi kurang vitamin A (KVA) di antaranya dengan  melakukan fortifikasi pada beberapa produk berbasis lemak atau minyak seperti minyak goreng maupun margarin dan mentega yang ditambahkan dengan vitamin A, sehingga kecukupan vitamin A bisa terpenuhi.

3. Vitamin A dengan zat besi

pixabay.com/congerdesign

Sebuah laporan dalam Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan tahun 2012 menyebutkan, interaksi vitamin A dengan zat besi bersifat sinergis. Hal ini terlihat ketika pemberian vitamin A dapat menurunkan prevalensi anemia dan memperbaiki utilisasi zat besi, dibandingkan hanya dengan suplementasi vitamin A saja atau dengan zat besi saja.

Kekurangan vitamin A juga dikaitkan dengan penurunan penggabungan besi ke dalam sel darah merah dan mengurangi mobilisasi besi dari tempat penyimpanannya. Dengan demikian, kekurangan vitamin A berkaitan dengan anemia defisiensi besi mikrositik.

4. Vitamin D dengan kalsium dan fosfor

Pixabay/congerdesign

Vitamin D memudahkan penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan. Vitamin D, terutama bentuk aktif kalsitriol, akan meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor yang merupakan zat utama pada proses mineralisasi tulang.

Mekanisme peningkatan penyerapan yaitu dengan peran vitamin D dalam merangsang sintesis protein pengikat kalsium dan protein pengikat fosfor pada mukosa usus halus.

Dengan demikian, jika kadar vitamin D dalam darah kurang, maka penyerapan kalsium dan fosfor akan terhambat, sehingga proses mineralisasi (pemadatan) tulang menjadi terhambat.

5. Vitamin C dengan kalsium

pixabay.com/silviarita

Vitamin C juga membantu proses penyerapan kalsium dengan menjaga supaya kalsium tetap berada dalam bentuk larutan.

Menurut keterangan yang dimuat dalam Jurnal Dunia Gizi tahun 2018, kekurangan vitamin C juga dapat mengurangi pembentukan tulang dan meningkatkan pengeroposan tulang, dikarenakan penyerapan kalsium yang kurang sehingga keutuhan jaringan tulang mengalami penurunan.

Itulah beberapa interaksi menguntungkan zat gizi dalam tubuh kita, sehingga konsumsi sumber pangannya bisa dilakukan bersamaan antar zat-zat gizi tersebut.

Dengan pemahaman terkait zat gizi seperti yang dijelaskan di atas tadi, kita dapat memilah bahan pangan sumber zat gizi tersebut untuk dikombinasikan dalam penerapan pola makan harian kita, sehingga menjauhkan kita dari berbagai masalah kesehatan akibat kekurangan zat gizi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
ilham bintoro
Editorilham bintoro
Follow Us