Dampak Kekerasan Verbal Masa Kecil Bisa Berlanjut hingga Dewasa

Terkadang kata-kata terasa lebih tajam dari pisau

Sebagian orang berpikir bahwa kekerasan verbal mudah untuk dilalui dan dianggap tidak seburuk kekerasan fisik atau seksual. Padahal, kekerasan verbal juga bisa membuat seseorang merasa terpuruk. Bahkan, luka yang ditinggalkan belum tentu bisa sembuh walau kejadiannya sudah bertahun-tahun berlalu.

Lantas, siapa pihak yang paling sering melakukan kekerasan verbal pada masa kanak-kanak dan apa dampak yang bisa dirasakan saat dewasa? Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam jurnal Child Abuse & Neglect pada Oktober 2023, inilah jawabannya!

1. Definisi dan jenis-jenis kekerasan verbal

Kekerasan verbal didefinisikan sebagai serangkaian kata atau perilaku yang digunakan untuk memanipulasi, mengintimidasi, dan mempertahankan kekuasaan atau kendali atas seseorang. Ini mencakup perilaku yang merugikan kesejahteraan anak, seperti membentak, meremehkan, berteriak, menghina, mempermalukan, mengumpat, menyalahkan, atau menggunakan bahasa yang mengancam.

Mirisnya, kekerasan verbal sering kali dianggap wajar dalam berbagai budaya. Tidak sedikit orang tua yang beranggapan bahwa ini adalah cara mereka mendidik atau mendisiplinkan anak-anaknya.

2. Pelaku kekerasan verbal kebanyakan adalah orang terdekat

Dampak Kekerasan Verbal Masa Kecil Bisa Berlanjut hingga Dewasailustrasi orang tua memarahi anaknya (pexels.com/Monstera Production)

Para peneliti menganalisis 149 studi kuantitatif dan 17 studi kualitatif, lalu menemukan bahwa pelaku utama kekerasan verbal pada anak-anak adalah:

  • Orang tua: 76,5 persen
  • Guru: 12,71 persen
  • Pengasuh: 2,4 persen
  • Pelatih: 0,6 persen
  • Polisi: 0,6 persen

Tak disangka, kebanyakan adalah orang terdekatnya sendiri!

Sementara itu, menurut data dari Childcare and Protection Agency, kebanyakan pelaku kekerasan verbal terhadap anak adalah:

  • Ibu: 51 persen
  • Ayah: 26 persen
  • Orang tua tiri: 8 persen
  • Kerabat: 6 persen
  • Kakek atau nenek: 4 persen

Sisanya adalah saudara kandung, orang asing, dan lainnya.

3. Dampak yang mungkin dirasakan ketika dewasa

Jika tidak ditangani dengan baik, dampak kekerasan verbal akan berlanjut hingga dewasa. Ini dikaitkan dengan gangguan stres pasca trauma (PTSD), depresi, peningkatan risiko penyalahgunaan zat terlarang, dan keinginan untuk bunuh diri.

Penyintas kekerasan verbal didorong untuk mencari bantuan agar pulih dari lukanya pada masa lalu. Disarankan melakukan psikoterapi, spesifiknya terapi perilaku kognitif (CBT) yang bisa mengubah pikiran dan keyakinan mereka tentang trauma tersebut.

Tidak hanya untuk penyintas kekerasan verbal, CBT juga efektif untuk orang yang mengalami depresi, gangguan kecemasan, adiksi alkohol dan narkoba, gangguan makan, masalah pernikahan, dan masih banyak lagi. American Psychological Association menegaskan bahwa CBT bisa meningkatkan kualitas hidup secara signifikan.

Baca Juga: Dampak Negatif Kekerasan Verbal pada Anak, Orang Tua Harus Bijak

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya