7 Tipe Feses Menurut Bristol Stool Chart, Mana yang Paling Sehat?

Kamu bisa mengetahui dari bentuknya

Mengetahui kondisi kesehatan terkini tidak harus buru-buru melakukan medical check-up. Salah satu cara termudah adalah dengan mengecek ukuran, tekstur, dan warna feses. Mudah, kan?

Cara ini dikenal sebagai Bristol Stool Chart yang dikembangkan di tahun 1997 oleh tim peneliti yang dipimpin Ken Heaton, MD. Ia adalah ahli fungsi dan nutrisi usus dari Bristol Royal Infirmary, Inggris.

Seperti apa tanda feses sehat menurut Bristol Stool Chart? Pelajari di sini!

1. Apa pentingnya mengecek feses bagi kesehatan?

Mungkin, sebagian orang merasa geli dan jijik untuk melihat kotorannya sendiri. Padahal, ini penting untuk membantu mengidentifikasi masalah kesehatan, seperti yang diutarakan oleh Christine Lee, MD, ahli gastroenterologi dari Cleveland Clinic kepada Health.

"Penting untuk diperiksa karena dapat membantumu mengidentifikasi masalah pencernaan, penyakit struktural, gangguan motilitas, dan reaksi merugikan atau efek samping obat. Secara umum, semakin awal masalah ditemukan atau diidentifikasi, semakin baik hasilnya," ujarnya.

2. Apa saja 7 tipe feses menurut Bristol Stool Chart?

7 Tipe Feses Menurut Bristol Stool Chart, Mana yang Paling Sehat?ilustrasi tipe feses menurut Bristol stool chart (commons.wikimedia.org/CFCF)

Bristol Stool Chart mendefinisikan tujuh jenis kotoran atau feses, yaitu:

  • Tipe 1: Bentuk seperti gumpalan keras yang terpisah (sembelit berat)
  • Tipe 2: Padat dan menggumpal (sembelit ringan)
  • Tipe 3: Berbentuk seperti sosis dengan retakan di permukaan (normal)
  • Tipe 4: Wujud seperti sosis yang halus dan lembut (normal)
  • Tipe 5: Bentuk seperti gumpalan lunak dengan tepi berbatas tegas (kurang serat)
  • Tipe 6: Konsistensi lembek dengan tepi tidak beraturan (diare ringan)
  • Tipe 7: Konsistensi cair tanpa bentuk padat (diare berat dan menunjukkan peradangan)

Dilansir Health, Bristol Stool Chart membantu pasien dan dokter mengidentifikasi kotoran tanpa harus merasa malu menceritakan detail pribadi. Selain itu, bisa digunakan di kehidupan sehari-hari untuk memeriksa apakah saluran pencernaan dan tubuh dalam kondisi baik.

3. Bentuk dan tekstur feses dipengaruhi oleh air yang kita minum

Dilansir Healthline, dehidrasi bisa menyebabkan atau memperburuk sembelit. Jika kebutuhan air tidak tercukupi, bisa menyebabkan kesulitan buang air besar. Kotoran yang dihasilkan akan terlihat kering atau seperti gumpalan kecil.

"Jika anda mengalami dehidrasi, usus besar bekerja seperti dehidrator yang menarik air dari tinja dan menggunakannya kembali untuk digunakan tubuh, menyebabkan tinja menjadi sangat keras," ungkap Christine di laman Health.

Berapa banyak air yang harus dikonsumsi agar tidak sembelit? Mengutip dari Mayo Clinic, asupan cairan harian yang dibutuhkan laki-laki adalah 3,7 liter dan 2,7 liter untuk perempuan. Kebutuhan air akan meningkat saat cuaca panas, berolahraga, sedang hamil atau menyusui.

Baca Juga: 16 Penyebab Tinja Pucat, Kadang Disebabkan oleh Penyakit Serius

4. Obat-obatan yang dikonsumsi bisa memengaruhi bentuk kotoran

7 Tipe Feses Menurut Bristol Stool Chart, Mana yang Paling Sehat?ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Tidak hanya dipengaruhi status hidrasi, obat-obatan juga bisa mengubah bentuk feses. Misalnya, obat tekanan darah bisa menyebabkan sembelit, sementara beberapa obat untuk asam urat atau diabetes bisa memicu diare.

Menurut International Foundation for Gastrointestinal Disorders, obat-obatan yang bisa menyebabkan sembelit adalah antidepresan, opiat (untuk menghilangkan rasa sakit), diuretik (untuk membantu ginjal mengeluarkan cairan dari darah), serta antasida yang mengandung aluminium dan kalsium (untuk menetralkan asam lambung).

Selain itu, Christine menjelaskan bahwa kandungan bismuth subsalicylate (bahan aktif dalam obat sakit perut) bisa mengubah warna tinja menjadi hitam, seperti suplemen zat besi.

Tak hanya itu, ternyata antibiotik juga bisa memengaruhi usus dan feses. Menurut Harvard Medical School, dalam banyak kasus, antibiotik bisa menyebabkan diare jangka pendek yang ringan. Kondisi akan berangsur normal setelah pengobatan berakhir.

Antibiotik dikatakan dapat membunuh bakteri jahat sekaligus bakteri baik. Kehilangan bakteri baik di usus dapat mengubah konsistensi dan frekuensi feses secara drastis. Bahkan, kamu bisa lebih rentan terhadap invasi patogen seperti C. difficile.

Dalam kasus C. difficile, bakteri tersebut akan menghasilkan bahan kimia yang merusak dinding usus dan menyebabkan kolitis (sejenis radang usus). Gejalanya ialah diare, sakit perut, demam, dan kram.

5. Stres psikologis bisa memengaruhi tampilan feses

Percaya atau tidak, jika kita sangat stres, maka bisa terlihat dari kotoran? Tingkat stres nyatanya dapat memengaruhi penampilan feses, lalu menyebabkan diare atau sembelit parah.

Berdasarkan studi dalam jurnal Expert Review of Gastroenterology & Hepatology tahun 2014, stres psikologis bisa menyebabkan dispotensi usus. Ini adalah kondisi yang memengaruhi otot-otot sistem pencernaan dan bisa memicu diare atau sembelit.

6. Kondisi kesehatan juga bisa dideteksi dari warna feses

7 Tipe Feses Menurut Bristol Stool Chart, Mana yang Paling Sehat?ilustrasi buang air besar (freepik.com/pressfoto)

Selain memantau bentuk dan ukuran feses, kita juga harus memperhatikan warnanya. Kotoran sehat berwarna cokelat atau terkadang hijau. Akan tetapi, bagaimana jika berwarna lain?

Jika feses berwarna pucat atau mirip tanah liat, mungkin adalah pertanda adanya masalah pada pankreas atau hati. Sementara itu, bila warnanya merah atau hitam, kemungkinan menandakan pendarahan gastrointestinal.

Melansir eMedicineHealth, tinja berwarna hitam disebut melena dan merupakan pertanda jika terjadi pendarahan di perut atau bagian atas usus kecil. Perubahan warna ini terjadi karena reaksi kimiawi terhadap darah yang disebabkan oleh enzim pencernaan di dalam usus.

7. Seperti apa ciri-ciri orang yang memiliki kebiasaan buang air besar yang baik?

Mungkin kamu bertanya-tanya, seperti apa ciri-ciri orang yang memiliki kebiasaan buang air besar yang baik? Mengutip laman Continence Foundation of Australia, ini bisa dilihat dari gerakan usus yang lembut, kotoran terbentuk dengan baik, dan mudah dikeluarkan.

Berapa frekuensi buang air besar yang dianggap normal? Umumnya, mulai dari 1-3 kali sehari hingga 3 kali seminggu masih dianggap wajar.

Ciri-ciri lainnya adalah bisa buang air besar dengan mudah dan tanpa rasa sakit, mengeluarkan kotoran segera setelah duduk atau jongkok di toilet, tidak mengejan terlalu keras, dan bisa menahan keinginan buang air besar (pertanda memiliki kontrol usus yang baik).

Nah, itulah tipe feses berdasarkan Bristol Stool Chart beserta penjelasan lengkapnya. Jangan malas untuk memeriksa kotoranmu sendiri, ya!

Baca Juga: [QUIZ] Dari Bentuk Feses, Ini Kondisi Kesehatan Kamu yang Sebenarnya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya