Apa Saja Potensi Bahaya dan Manfaat Puasa buat Jantung?

Puasa harus didasarkan pada manfaat dan risiko individual

Intinya Sih...

  • Siapa pun yang memiliki kondisi jantung harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mulai berpuasa.
  • Puasa Ramadan membawa manfaat untuk kesehatan jantung, seperti manajemen berat badan, perbaikan profil lipid, dan regulasi tekanan darah.
  • Puasa juga bisa menimbulkan risiko bagi jantung, termasuk dehidrasi, ketidakstabilan elektrolit, dan stres pada jantung.

Sejumlah penelitian menemukan bahwa puasa dapat membantu kamu hidup lebih lama, mengontrol berat badan, meningkatkan suasana hati dan konsentrasi, meningkatkan tingkat energi, dan meningkatkan kualitas tidur.

Selain itu, puasa Ramadan juga diketahui membawa manfaat lain seperti mengatur denyut jantung, tekanan darah, dan faktor risiko kardiovaskular (Prosiding Pedidikan Kedokteran, 2021).

Dengan banyaknya manfaat puasa Ramadan yang terbukti secara ilmiah, banyak orang, terutama yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung, ingin tahu apakah puasa benar-benar bisa bermanfaat untuk kesehatan jantung atau malah berpotensi bahaya.

Manfaat puasa Ramadan untuk kesehatan jantung

Apa Saja Potensi Bahaya dan Manfaat Puasa buat Jantung?ilustrasi puasa Ramadan (pexels.com/Monstera Production)

Menurut Indonesian Heart Association, berikut ini potensi manfaat puasa Ramadan untuk kesehatan jantung.

1. Manajemen berat badan

Penelitian menunjukkan bahwa puasa Ramadan dapat efektif dalam mengurangi berat badan dan lemak tubuh (The American Journal of Clinical Nutrition, 2011).

Menurut penelitian tersebut, partisipan yang berpuasa mengalami penurunan berat badan rata-rata sekitar 1–2 kilogram (kg) selama bulan Ramadan, yang terutama disebabkan oleh pengurangan asupan kalori dan peningkatan aktivitas lipolisis, yaitu proses pemecahan lemak tubuh.

Penurunan berat badan ini, ketika dipertahankan dalam jangka panjang, dapat berkontribusi pada pengurangan risiko penyakit jantung koroner, mengingat obesitas adalah salah satu faktor risiko utama untuk penyakit jantung.

2. Perbaikan profil lipid

Efek puasa terhadap profil lipid telah diteliti banyak penelitian.

Sebuah studi menunjukkan peningkatan signifikan dalam kadar high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik, dan penurunan low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat serta trigliserida pada partisipan setelah Ramadan (Nutrition Journal, 2013).

Kolesterol HDL yang lebih tinggi dan kadar LDL serta trigliserida yang lebih rendah berkaitan dengan pengurangan risiko aterosklerosis, yaitu kondisi ketika penumpukan plak dalam arteri bisa menyebabkan penyakit jantung dan stroke.

3. Regulasi tekanan darah

Puasa Ramadan bisa memberikan efek positif dalam menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (Journal of Hypertension, 2014).

Itu berpotensi mengurangi beban kerja pada jantung dan risiko berkembangnya hipertensi, faktor risiko kunci lainnya untuk penyakit jantung.

Penurunan ini bisa karena kombinasi dari penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas insulin, dan perubahan pola makan selama Ramadan.

4. Penurunan inflamasi

Puasa Ramadan berkontribusi pada penurunan tingkat beberapa biomarker inflamasi, termasuk C-reactive protein (CRP), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-a) (Journal of Nutrition and Metabolism, 2012).

Inflamasi kronis telah dikenal sebagai kontributor utama terjadinya aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, pengurangan dalam tingkat inflamasi selama Ramadan dapat menawarkan manfaat protektif terhadap penyakit jantung.

Baca Juga: Penyesuaian Cara Minum Obat saat Puasa, Perhatikan ya!

Potensi bahaya puasa Ramadan untuk Jantung

Apa Saja Potensi Bahaya dan Manfaat Puasa buat Jantung?ilustrasi penyakit jantung (freepik.com/freepik)

Di luar manfaatnya, puasa Ramadan juga bisa menimbulkan risiko bagi jantung. Ini bisa meliputi hal-hal berikut.

1. Risiko dehidrasi

Selama bulan Ramadan, terbatasnya asupan cairan dari waktu fajar hingga matahari terbenam bisa menyebabkan dehidrasi.

Dehidrasi lebih dari sekadar haus, tetapi juga menurunkan volume darah, meningkatkan kekentalan darah, yang pada gilirannya meningkatkan risiko kondisi kardoivaskular seperti trombosis (penggumpalan darah), menurut Indonesian Heart Association.

Hal tersebut bisa menjadi masalah serius, karena penggumpalan darah dapat menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan kondisi seperti serangan jantung atau stroke.

Kabar baiknya, risiko ini bisa dicegah dengan cara ini:

  • Usahakan untuk mengonsumsi cukup air antara waktu berbuka dan sahur, dengan target minimal 8 gelas atau 2 liter air per hari.
  • Hindari atau batasi minuman yang bisa menyebabkan dehidrasi, seperti yang mengandung kafein.
  • Makan buah dan sayuran yang mengandung banyak air, seperti semangka dan timun, dapat membantu hidrasi.

2. Ketidakstabilan elektrolit

Kurangnya asupan makanan dan minuman selama puasa Ramadan bisa menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, termasuk natrium, kalium, dan magnesium.

Elektrolit berperan penting dalam banyak proses tubuh, termasuk fungsi otot dan, yang paling penting, kontraksi jantung. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan aritmia, kondisi ketika jantung berdetak tidak teratur, yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani.

Tips untuk mencegahnya:

  • Saat berbuka dan sahur, pastikan untuk mengonsumsi makanan yang seimbang, termasuk sumber kalium, magnesium, dan sodium yang sehat, seperti pisang, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau.
  • Pertimbangkan suplemen elektrolit. Diskusikan ini dengan dokter yang merawat kamu.

3. Stres pada jantung

Bagi orang-orang yang memiliki kondisi jantung atau berisiko tinggi, puasa bisa meningkatkan stres pada jantung. Ini bisa terjadi karena asupan nutrisi yang tidak memadai, mengalami dehidrasi, atau tidak bsia menjaga emosi saat berpuasa.

Dampaknya, detak jantung bisa meningkat. Ini bisa berdampak negatif untuk pasien yang memiliki kondisi jantung seperti penyakit arteri koroner.

Risiko tersebut bisa diminimalkan dengan cara ini:

  • Orang dengan kondisi jantung sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai puasa untuk mendapatkan pengobatan yang optimal sesuai dengan kondisi kesehatan individu.
  • Hindari olahraga atau aktivitas fisik yang berat yang bisa memberi beban tambahan pada jantung, terutama pada jam-jam paling panas.
  • Istirahat yang cukup dan hindari stres berlebih untuk mengurangi beban kerja jantung.

Pasien dengan kondisi jantung ini sebaiknya tidak berpuasa

Apa Saja Potensi Bahaya dan Manfaat Puasa buat Jantung?ilustrasi aritmia (freepik.com/freepik)

Walaupun puasa sangat mungkin untuk dilakukan, tetapi ada situasi ketika puasa tidak disarankan untuk orang-orang dengan kondisi jantung. 

Berikut ini adalah kondisi jantung yang sebaiknya mendapatkan pertimbangan khusus sebelum memutuskan untuk berpuasa:

1. Gagal jantung kongestif yang sedang kambuh atau belum stabil

Pasien dengan gagal jantung kongestif yang tidak stabil berisiko tinggi mengalami eksaserbasi gejala selama puasa. Kondisi ini memerlukan pengaturan cairan dan elektrolit yang ketat, yang bisa menjadi tantangan selama waktu puasa.

2. Penyakit arteri koroner yang belum stabil 

Individu dengan penyakit arteri koroner yang gejalanya tidak terkontrol, seperti angina yang sering terjadi atau yang baru-baru ini mengalami serangan jantung, mungkin berisiko lebih tinggi jika berpuasa.

Kekurangan cairan bisa meningkatkan kekentalan darah, yang berpotensi memperburuk kondisi.

3. Aritmia yang tidak terkontrol

Pasien dengan aritmia, seperti fibrilasi atrium yang tidak terkontrol, mungkin mengalami peningkatan risiko komplikasi selama puasa.

Ketidakseimbangan elektrolit yang mungkin terjadi selama puasa dapat memperburuk aritmia.

4. Pascoperasi jantung

Orang-orang yang baru menjalani operasi atau prosedur invasif jantung mungkin perlu menunda puasa.

Ini karena mereka membutuhkan nutrisi yang cukup untuk proses penyembuhan dan mungkin membutuhkan pengaturan obat yang sering, yang bisa tidak sesuai dengan waktu puasa.

5. Hipertensi berat yang tidak terkontrol

Pasien hipertensi dengan tekanan darah sangat tinggi yang tidak terkontrol dengan baik melalui pengobatan perlu berhati-hati. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat memperburuk kondisi ini.

Siapa pun yang memiliki kondisi jantung harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mulai berpuasa. Dengan begitu, dokter yang merawat bisa menilai risiko dan memberi rekomendasi yang disesuaikan dengan kondisi spesifik masing-masing individu.

Pada orang dengan kondisi jantung, puasa tidak biasa asal dilakukan, harus didasarkan pada manfaat dan risiko individual yang mempertimbangkan kondisi kesehatan, kebutuhan obat, dan kemampuan untuk mempertahankan hidrasi serta nutrisi yang memadai.

Baca Juga: 5 Tips Puasa untuk Penderita Gangguan Makan

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya