Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)
ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Intinya sih...

  • Aklimatisasi adalah penyesuaian tubuh terhadap kadar oksigen rendah di dataran tinggi.

  • Tubuh memerlukan waktu 1-3 hari untuk beradaptasi, dan melewatkan aklimatisasi bisa menyebabkan altitude sickness.

  • Dengan aklimatisasi yang tepat, risiko altitude sickness dapat dikurangi, performa fisik lebih optimal, dan pendakian lebih aman serta menyenangkan.

Mendaki adalah kegiatan yang digemari banyak orang. Menapaki jalur di dataran tinggi bukan hanya memberikan pemandangan yang memukau, tetapi juga kepuasan tersendiri. Namun, di balik keindahannya, ada tantangan fisik yang tidak boleh dianggap remeh. Salah satu hal terpenting sebelum memulai pendakian adalah proses aklimatisasi, yaitu penyesuaian tubuh terhadap kadar oksigen yang lebih rendah di dataran tinggi.

Banyak orang melewatkan proses ini karena ingin buru-buru sampai ke puncak. Padahal, tanpa aklimatisasi yang tepat, risiko terkena altitude sickness bisa meningkat drastis dan bahkan membahayakan nyawa. Memahami pentingnya aklimatisasi bisa menjadi pembeda antara perjalanan mendaki yang menyenangkan dan pengalaman yang berujung malapetaka. Yuk, kita bahas apa itu aklimatisasi dan kenapa penting dilakukan saat mendaki.

1. Apa itu aklimatisasi?

Aklimatisasi adalah proses alami tubuh untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, khususnya ketinggian. Makin tinggi lokasi, makin rendah tekanan udara, dan otomatis jumlah oksigen yang masuk ke dalam tubuh pun berkurang. Tubuh memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi ini agar tetap bisa berfungsi optimal. Adaptasi ini mencakup peningkatan frekuensi napas, produksi sel darah merah yang lebih banyak, dan distribusi oksigen yang lebih efisien ke seluruh tubuh.

2. Aklimatisasi biasanya mulai terasa dalam 1–3 hari setelah naik ke ketinggian

Di permukaan laut, tubuh bisa bekerja dengan lancar karena kadar oksigen cukup. Namun, saat berada di atas ketinggian 2.500 meter, udara menjadi lebih "tipis", dan tubuh langsung bereaksi untuk bertahan. Beberapa respons tubuh antara lain:

  • Meningkatkan laju pernapasan: Tubuh akan bernapas lebih cepat dan dalam untuk menyerap lebih banyak oksigen.

  • Memproduksi sel darah merah lebih banyak: Sel-sel ini bertugas membawa oksigen ke jaringan tubuh secara lebih efisien.

  • Meningkatkan fungsi sirkulasi dan pernapasan: Detak jantung bertambah cepat dan aliran darah ke organ vital meningkat.

Namun, perubahan ini tidak terjadi dalam semalam. Aklimatisasi biasanya mulai terasa dalam 1–3 hari setelah naik ke ketinggian, dan bisa butuh seminggu atau lebih agar tubuh benar-benar beradaptasi.

3. Risiko jika melewatkan aklimatisasi

ilustrasi mendaki berkelompok (pexels.com/Eric Sanman)

Mendaki tanpa aklimatisasi yang tepat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, terutama altitude sickness. Gejala yang umum terjadi antara lain:

  • Acute mountain sickness (AMS): Ditandai dengan sakit kepala, mual, pusing, lelah, dan susah tidur.

  • High altitude pulmonary edema (HAPE): Penumpukan cairan di paru-paru yang bisa menyebabkan sesak napas dan kondisi serius.

  • High altitude cerebral edema (HACE): Pembengkakan otak yang bisa menimbulkan kebingungan, kehilangan koordinasi, hingga kematian jika tidak ditangani.

Yang perlu diingat, altitude sickness bisa menyerang siapa saja, tanpa pandang usia, jenis kelamin, atau tingkat kebugaran. Naik terlalu cepat tanpa persiapan adalah faktor risiko utama.

4. Manfaat aklimatisasi yang tepat

Dengan memberikan waktu yang cukup bagi tubuh untuk beradaptasi, kamu akan merasakan berbagai manfaat seperti:

  • Mengurangi risiko altitude sickness: Adaptasi bertahap membantu tubuh menangani kadar oksigen rendah dengan lebih baik.

  • Performa fisik lebih optimal: Tubuh yang sudah terbiasa dengan ketinggian akan lebih kuat dan tahan terhadap kelelahan.

  • Pendakian lebih aman dan menyenangkan: Fokusmu akan tetap terjaga pada keindahan alam, bukan pada rasa sakit kepala atau mual.

5. Tips aklimatisasi yang efektif

Agar proses aklimatisasi berjalan dengan baik, ikuti beberapa strategi ini:

  • Naik secara bertahap: Setelah melewati ketinggian 3.000 meter, usahakan tidak naik lebih dari 500 meter per hari dan sempatkan hari istirahat.

  • Perbanyak minum air: Dehidrasi memperburuk gejala ketinggian. Hindari alkohol dan kafein.

  • Gunakan teknik “climb high, sleep low: Naiklah ke ketinggian yang lebih tinggi pada siang hari, lalu tidur di tempat yang lebih rendah.

  • Dengarkan sinyal tubuh: Jika merasa mual, pusing, atau lemas, segera istirahat atau turun ke tempat yang lebih rendah.

  • Konsumsi karbohidrat tinggi: Makanan tinggi karbo lebih mudah diolah di ketinggian dan membantu menjaga energi.

Mengetahui manfaat dan risiko jika tidak melakukan aklimatisasi jelas adalah suatu keharusan bagi siapa saja yang ingin mendaki di dataran tinggi. Dengan membiarkan tubuh beradaptasi secara bertahap, kamu bisa menghindari berbagai risiko kesehatan sekaligus menikmati petualanganmu dengan lebih aman dan nyaman. Jangan buru-buru mengejar puncak, justru kenikmatan mendaki baru terasa ketika kamu bisa menikmatinya tanpa hambatan.

Referensi

"A Complete Guide to Acclimatization." Ace the Himalaya. Diakses pada Juli 2025.

"Acclimatization and Its Importance." Footprint Adventure. Diakses pada Juli 2025.

"Acclimatization." Peak Planet. Diakses pada Juli 2025.

"Hiking at Altitude: Tips for Acclimatization." Wildland Trekking. Diakses pada Juli 2025.

Editorial Team