Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menangis saat berolahraga (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi menangis saat berolahraga (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Intinya sih...

  • Stres bisa memicu respons emosional kuat saat berolahraga.

  • Kelelahan fisik dan mental dapat membuat seseorang menangis saat berolahraga.

  • Olahraga merangsang produksi hormon endorfin yang bisa menyebabkan air mata kebahagiaan.

Di tengah napas yang terengah-engah, tiba-tiba air mata mengalir begitu saja. Bukan karena cedera atau kelelahan, tetapi karena luapan emosi. Kalau kamu pernah menangis saat berolahraga, kamu tidak sendirian.

Faktanya, olahraga bisa memicu respons emosional yang kuat. Aktivitas fisik memengaruhi sistem saraf dan hormon, termasuk endorfin dan kortisol, yang bisa melepaskan emosi yang tertahan. Bagi sebagian orang, gerakan tubuh membuka pintu untuk melepaskan beban mental yang selama ini terpendam.

Perlu diingat bahwa menangis saat berolahraga bukanlah tanda kamu lemah, melainkan sinyal bahwa tubuh dan pikiran sedang dalam proses pemulihan. Entah itu hasil dari trauma lama yang muncul, rasa lega setelah melewati tantangan berat, atau hanya karena tubuh akhirnya merasa "didengar." Momen ini merupakan bagian dari hubungan antara tubuh, jiwa, dan kesehatan mental kamu.

Di bawah ini dipaparkan beberapa alasan umum seseorang menangis saat berolahraga.

1. Stres

Kalau kamu sedang mengalami stres atau masa-masa sulit, tidak mengejutkan jika kamu tiba-tiba merasa emosional saat berolahraga.

Saat berolahraga, kamu bisa punya waktu sendiri tanpa gangguan. Tanpa gangguan berarti pikiran lebih tenang dan terbuka untuk merasakan emosi yang sebelumnya terpendam. Ketika berolahraga, tubuh melepaskan ketegangan dan emosi yang terpendam tersebut. Dan, saat kamu mendorong diri secara fisik, pertahanan dapat ikut melemah sehingga emosi tersebut meluap.

2. Kelelahan

Pernah melihat pelari maraton yang menangis saat mendekati garis akhir? Itu merupakan ekspresi dari kelelahan fisik dan mental mereka.

Ketika tubuh atau pikiran mulai lelah, orang jadi lebih rentan dan mulai merasakan berbagai emosi, baik maupun buruk. Ini bisa terjadi dalam aktivitas ekstrem seperti maraton atau triatlon, atau bahkan saat mencoba latihan kardio baru yang belum biasa kamu lakukan.

Merasa seperti itu dianggap wajar, tetapi jangan biarkan emosi tersebut menjadi negatif dan bikin kamu mengakhiri latihan dalam keadaan murung.

Kalau kamu mulai merasa emosional saat berolahraga, cobalah untuk menerimanya, atur napas, dan lepaskan. Dengan begitu, kamu bisa menyelesaikan sesi latihan dengan perasaan bangga.

3. Kebahagiaan

ilustrasi gym (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Olahraga bukan cuma membantu melepaskan emosi yang terpendam, tetapi merangsang tubuh untuk memproduksi endorfin, hormon yang bisa memunculkan air mata kebahagiaan.

Endorfin adalah hormon yang dilepaskan tubuh saat kamu mengalami hal-hal menyenangkan seperti olahraga, pijat, makan enak, atau bahkan saat mengalami stres dan rasa sakit.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga bisa memperbaiki suasana hati dan mengurangi stres. Karena itu, tak jarang orang yang merasa begitu bahagia sampai menangis setelah olahraga.

Menyelesaikan sesi latihan atau tantangan baru bisa menghadirkan rasa bangga dan puas. Bagi sebagian orang, rasa bangga pada diri sendiri itu jarang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, ketika mereka merasakannya setelah olahraga, emosi itu bisa tiba-tiba meledak.

4. Introspeksi diri

Beberapa jenis latihan, seperti yoga dan martial arts, sering kali meminta kamu untuk melihat ke dalam diri, menenangkan pikiran, dan merenungi perasaan lewat meditasi.

Jenis olahraga yang punya efek terapi atau mengandung unsur refleksi diri kadang bisa memunculkan emosi ke permukaan. Dan, itu tidak masalah. Orang sesekali butuh melepaskan emosi, dan kalau itu terjadi saat kamu sedang dalam posisi yoga tertentu, biarkan saja. Tarik napas dalam, rasakan emosinya, dan lanjutkan aliran gerakanmu.

Tiba-tiba menangis saat berolahraga, apa yang harus dilakukan?

Jika kamu merasa emosional saat latihan, sebaiknya jangan mengabaikan perasaan itu. Kalau kamu perlu keluar sebentar dari gym atau istirahat sejenak di ruang ganti, lakukanlah. Memberi ruang untuk merasa dan memikirkan apa yang memicu emosimu jauh lebih sehat daripada memendamnya.

Cara kamu merespons emosi saat olahraga sebaiknya disesuaikan dengan seberapa sering itu terjadi dan apa penyebabnya. Jika tangisan dipicu oleh stres tertentu dan cuma terjadi sesekali, coba ubah jadwal olahraga ke waktu di mana kamu bisa lebih fokus, atau setidaknya hindari dulu penggunaan alat berat. Kalau kamu sedang terlalu emosional, fokus latihan bisa terganggu, dan itu berisiko menyebabkan cedera.

Akan tetapi, jika kamu sering menangis saat olahraga dan tidak tahu pasti penyebabnya, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan mental. Kalau reaksimu terhadap olahraga begitu kuat, berbicara dengan ahli kesehatan mental bisa membantumu memahami penyebabnya dan menyusun rencana untuk menanganinya.

Referensi

Julia C. Basso and Wendy A. Suzuki, “The Effects of Acute Exercise on Mood, Cognition, Neurophysiology, and Neurochemical Pathways: A Review,” Brain Plasticity 2, no. 2 (February 14, 2017): 127–52, https://doi.org/10.3233/bpl-160040.

Brett R. Gordon et al., “Association of Efficacy of Resistance Exercise Training With Depressive Symptoms,” JAMA Psychiatry 75, no. 6 (May 9, 2018): 566, https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2018.0572.

N. A. Singh, K. M. Clements, and M. A. Fiatarone, “A Randomized Controlled Trial of Progressive Resistance Training in Depressed Elders,” The Journals of Gerontology Series A 52A, no. 1 (January 1, 1997): M27–35, https://doi.org/10.1093/gerona/52a.1.m27.

N. A. Singh et al., “A Randomized Controlled Trial of High Versus Low Intensity Weight Training Versus General Practitioner Care for Clinical Depression in Older Adults,” The Journals of Gerontology Series A 60, no. 6 (June 1, 2005): 768–76, https://doi.org/10.1093/gerona/60.6.768.

"'Down Bad Crying at the Gym': Here's Why You Might Shed a Few Tears During Workouts." Health. Diakses Juli 2025.

"What Is Repression—and Why Do You Do It?" Health. Diakses Juli 2025.

"Crying After An Endurance Workout? Why Hard Workouts Make You Emotional—And How To Lean Into It." Women's Health. Diakses Juli 2025.

"Crying at the gym is completely normal — and could benefit you." New York Post. Diakses Juli 2025.

"Reasons You Might Find Yourself Crying During a Workout and What To Do." Well and Good. Diakses Juli 2025.

Editorial Team