ilustrasi kelelahan di tempat kerja (unsplash.com/Nubelson Fernandes)
Burnout dan depresi menampakkan gejala yang berbeda satu sama lain. Seperti dipaparkan dalam laporan studi Psychiatry Research 2021, gejala ketika seseorang mengalami burnout:
- kelelahan dan malas melakukan aktivitas harian, entah itu di sekolah atau di kantor;
- sulit mengambil keputusan penting;
- turunnya prestasi kerja atau studi;
- menarik diri dari lingkungan;
- turunnya kadar empati dalam diri sendiri;
- perasaan gelisah, khawatir, dan berpikir berlebihan;
- sulit tidur malam;
- kecemasan di luar batas normal.
Di lain sisi, depresi memiliki gejala:
- merasa hilang harapan sama sekali;
- pikiran dan perasaan yang gelap, sedih, dan hampa dalam kurun waktu lama;
- mampu tersenyum dan berpura-pura bahagia kepada orang lain, tapi hanya penderitaan yang dirasakan di dalam diri;
- putus asa dan merasa tidak ada yang peduli;
- rasa kesepian yang mendalam;
- kerap menangis tanpa alasan yang jelas;
- munculnya perasaan negatif, seperti rasa bersalah, tidak layak, dan penghakiman diri sendiri;
- pada tahap akhir, muncul kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Dengan adanya perbedaan seperti ini, penanganan keduanya pun dapat berbeda. Depresi jelas membutuhkan penanganan medis yang lebih kompleks dan teratur. Meski begitu, burnout juga tidak boleh disepelekan. Beberapa cara mengurangi burnout adalah olahraga ringan, ambil cuti beberapa hari, bercerita, lakukan hobi kala libur, makan makanan bergizi, dan tidak berpikiran negatif (overthinking) mengenai pekerjaan atau studi.
Well, jika kamu mengalami beberapa gejala di atas, terutama depresi, gak ada salahnya memberanikan diri untuk berkonsultasi pada ahlinya. Jangan biarkan mentalmu terus-menerus tertekan dan terganggu karena hal itu hanya akan menurunkan kualitas hidupmu. Yuk, izinkan dirimu memiliki tubuh dan mental yang sehat!