ilustrasi bercermin (pexels.com/paveldanilyuk)
Self-talk yang positif dapat bermanfaat bagi kesehatan mental, kinerja profesional, hingga relasi seseorang dengan dirinya maupun orang lain. Misalnya, dalam penelitian di Iran tahun 2020 menunjukkan bahwa self-talk dapat memengaruhi cara mengatasi kecemasan selama pandemik COVID-19.
Studi yang dimuat dalam Iranian Journal of Psychiatry tersebut melaporkan bahwa orang-orang yang melakukan positive self-talk, mengalami kecemasan yang lebih sedikit tentang kematian dan lebih sedikit gejala gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Temuan studi tersebut juga memperlihatkan kalau orang yang terlibat dalam self-talk positif mengembangkan strategi efektif untuk mengatasi emosi dan tekanan mental.
Selain itu, penelitian tahun 2019 berjudul "The Impact of a Positive, Self-Talk Statement on Public Speaking Anxiety" menemukan bahwa siswa yang melafalkan penegasan diri (self-affirmation) sebelum berpidato atau presentasi memiliki kecemasan lebih sedikit daripada siswa yang tidak melakukannya.
Bagi atlet dan individu yang berpartisipasi dalam olahraga, self-talk yang positif juga bermanfaat untuk memotivasi serta membantu meningkatkan kinerja. Hal itu tercantum dalam hasil studi bertajuk "The Effect of Self-Talk on Shooting Athletes Motivation" tahun 2020.
Menariknya, cara orang menyapa dirinya sendiri ketika melakukan self-talk, telah terbukti memengaruhi bagaimana perasaan orang tersebut. Menurut tinjauan dalam Journal of Personality and Social Psychology tahun 2014, menggunakan kata ganti orang pertama seperti "kamu" atau nama pribadi daripada kata ganti seperti "aku", dapat membantu mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku di bawah tekanan sosial.