Tragedi Itaewon, Kurangnya Edukasi Bantuan Hidup Dasar?

Tragedi Itaewon dan Bantuan Hidup Dasar 

Pada hari Sabtu (29/10/2022) malam terjadi tragedi sejak pelaksanaan Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan. Ratusan orang menjadi korban atas perayaan Halloween yang kembali diadakan sejak tiga tahun terakhir.

Penanganan medis menjadi salah satu hal yang perlu ditinjau dari adanya tragedi Itaewon.

Apa yang terjadi di Itaewon?

Tragedi Itaewon, Kurangnya Edukasi Bantuan Hidup Dasar?Tragedi pesta Halloween di Itaewon, Seoul telan ratusan korban jiwa. (dok. Yonhap News Agency)

Per Senin (31/10/2022), dilaporkan 155 orang meninggal dunia dari sebagian sebagian besar kalangan remaja dan dewasa menjadi korban pada perayaan perayaan Halloween di Itaewon, distrik Yongsan-gu. Perayaan yang dimulai sejak sore hingga malam hari dan diniati untuk perayaan, liburan, serta kegiatan bersenang-senang berakhir dengan tragis.

Dilansir Reuters, awal tragedi yang memilukan tersebut telah dimulai sejak pukul 10.20 malam waktu setempat. Kerumunan makin banyak dan menempati gang-gang kecil sehingga satu sama lain berdesak-desakan. Karena banyak yang kehabisan napas, korban pun tak terelakkan. Salah satu penyebab kematian terbanyak adalah akibat henti jantung.

1. Kurangnya edukasi Bantuan Hidup Dasar

Tragedi Itaewon, Kurangnya Edukasi Bantuan Hidup Dasar?Ratusan orang dinyatakan tewas pada tragedi pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan. (dok. Yonhap News Agency)

Salah satu pemicu banyaknya korban jiwa adalah terlambatnya pemberian bantuan medis, dan kemungkinan kurangnya pengetahuan medis dari para pengunjung. Dari beberapa rekaman amatir yang tersebar, diketahui bahwa pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar (BHD), yaitu serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan/atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti napas atau henti jantung, yang mencakup cardiopulmonary resucitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP), masih kurang.

Padahal, bukan tidak mungkin banyak nyawa yang akan dapat diselamatkan apabila penolong mengerti tentang RJP. Lalu, bagaimanakah cara melakukan RJP dengan benar pada orang dewasa dan remaja?

2. Apa yang harus dilakukan saat henti jantung?

Tragedi Itaewon, Kurangnya Edukasi Bantuan Hidup Dasar?ilustrasi training resusitasi jantung paru (RJP) atau CPR (commons.wikimedia.org/Rama)

Dalam melakukan RJP, langkah-langkah yang harus dipenuhi antara lain adalah dengan memastikan keamanan korban, penolong, dan lingkungan. Pastikan korban berada di tempat kondusif jauh dari kerumunan dan penolong dalam kondisi yang baik.

Selanjutnya, periksa kesadaran dari korban dengan menepuk pelan dan mengajak korban untuk berbicara. Apabila tidak merespons, maka korban dapat dikategorikan tidak sadar.

Sebelum melakukan RJP, segera hubungi nomor darurat lokal.

Kemudian, lakukan kompresi dada sebanyak 100 kali dalam 1 menit dengan pemberian dua kali napas buatan setiap 30 kali kompresi dada. Setiap 2 menit, periksa keadaan korban kembali dan jangan hentikan RJP hingga ada indikasi berhenti RJP.

Baca Juga: Cara Resusitasi Jantung Paru atau CPR yang Benar, Wajib Tahu!

3. Prinsip RJP

Tragedi Itaewon, Kurangnya Edukasi Bantuan Hidup Dasar?ilustrasi paramedis memberikan resusitasi jantung paru (RJP) atau CPR (pexels.com/RODNAE Productions)

Dalam melaksanakan RJP, terdapat beberapa prinsip penting yang harus dipenuhi. Prinsip yang harus diperhatikan dalam RJP antara lain:

  • Push fast (tekan dengan cepat): Tekan dada korban dengan tekanan yang cepat sebanyak 100–120 kali dalam satu menit.
  • Push hard (tekan dengan kuat): Tekan dada korban sedalam 5–6 sentimeter (cm) dari kondisi normal. Gunakan berat tubuh sebagai pendorong dan pastikan siku tidak menekuk saat melakukan RJP.
  • Minimum interuption (minimalkan interupsi): Minimalkan gangguan dari sekitar.
  • Complete recoil: Pastikan dada mengembang sempurna sebelum memberikan kompresi selanjutnya.

4. Kapan bisa berhenti melakukan RJP?

Tragedi Itaewon, Kurangnya Edukasi Bantuan Hidup Dasar?ilustrasi training resusitasi jantung paru (RJP) atau CPR (unsplash.com/Michel E)

RJP dapat dihentikan apabila kondisi tertentu telah tercapai, yaitu:

  • Korban sadar.
  • Penolong profesional telah tiba.
  • Penolong terlalu lelah untuk melanjutkan RJP.
  • Tubuh kaku dan tubuh korban membiru (indikasi meninggal).

Dengan pengetahuan ini, diharapkan kejadian serupa tidak terjadi dan setiap orang selalu siap untuk memberikan pertolongan pertama saat henti jantung.

Baca Juga: Mengapa Kerumunan Bisa Picu Henti Jantung? Ini Penjelasannya

Raihan Fikri Ali Akbar Photo Writer Raihan Fikri Ali Akbar

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya