Tidak bisa dimungkiri bahwa kehilangan anak bisa menyebabkan orang tua merasakan kesedihan yang mendalam. Hari-hari awal ditinggalkan pasti dipenuhi dengan air mata. Semuanya terasa seperti tidak nyata.
Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam American Journal of Psychiatry tahun 2015, kematian orang yang dicintai yang tak terduga dikaitkan dengan perkembangan gejala depresi dan kecemasan. Bahkan, tidak hanya memengaruhi mental, tetapi juga fisik.
Dilansir Good Therapy, kesedihan bisa menyebabkan nyeri sendi, sakit kepala, nyeri punggung, dan kekakuan otot. Pemicu rasa sakit ini adalah banyaknya hormon stres yang dilepaskan. Untungnya, ini sifatnya hanya sementara.
Kesedihan yang ekstrem bisa meningkatkan kemungkinan seseorang terkena serangan jantung. Ini dikenal sebagai sindrom patah hati atau Takotsubo cardiomyopathy. Gejalanya adalah nyeri dada, sesak napas, tekanan darah tinggi, hingga pingsan.
Untuk mencegah itu terjadi, harus ada caregiver yang mendampingi dan menguatkan orang tua yang kehilangan anaknya. Entah itu anak (yang masih hidup), saudara kandung, ipar, dan lainnya. Jika gejala depresi terus berlanjut, apalagi sampai menyakiti diri sendiri (self harm) atau memiliki pikiran untuk bunuh diri, pertimbangkan untuk konsultasi dengan profesional.