Seperti Apa Kondisi Psikologis Orang Tua yang Kehilangan Anaknya?

Ini yang mungkin mereka rasakan

Orang tua mana yang tidak terguncang ketika mengetahui anaknya meninggal? Akan terasa sulit menerima kenyataan, mengingat tahun-tahun indah yang pernah dihabiskan bersama. Menjadi saksi tumbuh kembangnya sejak masih di dalam kandungan hingga lahir ke dunia.

Lalu, tiba-tiba nasib berkata lain. Menghadapi hari-hari tanpa kehadiran sang anak tentu tidak mudah. Apalagi, jika anak tersebut adalah harapan untuk mengubah masa depan keluarga menjadi lebih baik.

Seperti apa kondisi psikologis orang tua yang kehilangan anaknya? Butuh berapa lama untuk bisa berdamai dengan kenyataan?

1. Diselimuti dengan perasaan bersalah

Orang tua yang berkabung mungkin dibanjiri dengan emosi negatif seperti rasa bersalah dan penyesalan. Mereka mungkin menyalahkan diri sendiri dengan berpikir bahwa sesuatu yang mereka lakukan atau abaikan mungkin berkontribusi pada kematian anak.

Pada anak yang meninggal karena masalah kesehatan, orang tua mungkin merasa bersalah karena menyepelekan gejalanya atau tidak membawanya ke rumah sakit lebih awal. Ibu yang keguguran mungkin merasa bersalah karena menganggap dirinya kurang berhati-hati atau terlalu banyak aktivitas selama hamil.

Kalau kematian disebabkan oleh bunuh diri, orang tua mungkin merasa bersalah karena "tidak hadir" ketika anak terpuruk. Secara umum, orang tua mungkin menyesal karena tidak menghabiskan cukup waktu dengan anak atau tidak memenuhi permintaannya ketika masih hidup.

Mengutip The Compassionate Friends, orang tua yang berduka perlu menemukan seseorang untuk berbagi kesedihan. Selain itu, orang tua juga perlu belajar memaafkan diri sendiri agar tidak dihantui rasa bersalah.

2. Marah dengan keadaan

Kemarahan adalah reaksi yang sangat wajar. Orang tua mungkin marah pada tenaga kesehatan karena dianggap tidak bisa menyelamatkan anaknya dan tidak berusaha semaksimal mungkin.

Jika kematian anak disebabkan oleh kenakalan remaja, orang tua mungkin marah pada teman-teman anaknya dan menganggap mereka memberi pengaruh buruk. Mereka mungkin juga kesal melihat orang lain yang memperlakukan anaknya dengan buruk dan menganggap orang tersebut tidak bersyukur atas kehadiran anaknya.

Bahkan, ada orang tua yang marah pada Tuhan karena telah mencabut nyawa anaknya. Mereka mempertanyakan mengapa harus keluarganya yang menerima musibah ini, bukan orang lain.

Kemarahan sulit untuk diungkapkan dan akhirnya terpaksa dipendam sendiri. Ini mungkin membuatnya mudah tersinggung atau bahkan melampiaskan ke orang lain yang tidak bersalah. Jalan keluar terbaik adalah membicarakan soal anger issue dengan profesional.

3. Merasa hampa dan kosong

Seperti Apa Kondisi Psikologis Orang Tua yang Kehilangan Anaknya?ilustrasi kehampaan (pexels.com/Paula Schmidt)

Kematian menyisakan perasaan kosong dan hampa, seolah sebagian dari mereka juga mati. Pasca kematian buah hatinya, mungkin sebagian orang tua masih melakukan rutinitas tertentu, sebelum akhirnya tersadar bahwa sang anak telah pergi untuk selamanya.

Bahkan, ada orang tua yang merasa anaknya masih ada. Seperti mendengar anaknya berbicara, melihatnya di keramaian, hingga merasakan kehadirannya di rumah. Mereka butuh waktu untuk memproses apa yang terjadi.

Perlu diingat bahwa semua perasaan ini normal dan valid. Kelak, akan tiba waktunya terbebas dari perasaan hampa dan kosong. Dalam perjalanan mengarungi duka, kehadiran keluarga dan teman-teman yang suportif sangatlah penting.

Baca Juga: Efek Positif dan Negatif Memiliki Saudara Kandung dari Sisi Psikologis

4. Tenggelam dalam kesedihan

Tidak bisa dimungkiri bahwa kehilangan anak bisa menyebabkan orang tua merasakan kesedihan yang mendalam. Hari-hari awal ditinggalkan pasti dipenuhi dengan air mata. Semuanya terasa seperti tidak nyata.

Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam American Journal of Psychiatry tahun 2015, kematian orang yang dicintai yang tak terduga dikaitkan dengan perkembangan gejala depresi dan kecemasan. Bahkan, tidak hanya memengaruhi mental, tetapi juga fisik.

Dilansir Good Therapy, kesedihan bisa menyebabkan nyeri sendi, sakit kepala, nyeri punggung, dan kekakuan otot. Pemicu rasa sakit ini adalah banyaknya hormon stres yang dilepaskan. Untungnya, ini sifatnya hanya sementara.

Kesedihan yang ekstrem bisa meningkatkan kemungkinan seseorang terkena serangan jantung. Ini dikenal sebagai sindrom patah hati atau Takotsubo cardiomyopathy. Gejalanya adalah nyeri dada, sesak napas, tekanan darah tinggi, hingga pingsan.

Untuk mencegah itu terjadi, harus ada caregiver yang mendampingi dan menguatkan orang tua yang kehilangan anaknya. Entah itu anak (yang masih hidup), saudara kandung, ipar, dan lainnya. Jika gejala depresi terus berlanjut, apalagi sampai menyakiti diri sendiri (self harm) atau memiliki pikiran untuk bunuh diri, pertimbangkan untuk konsultasi dengan profesional.

5. Dipenuhi ketakutan atau kecemasan

Seperti Apa Kondisi Psikologis Orang Tua yang Kehilangan Anaknya?ilustrasi ketakutan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Orang tua mungkin mengalami ketakutan yang intens ketika anaknya meninggal secara mendadak, tragis, atau tak terduga. Seperti menjadi korban kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, bencana alam, kebakaran, atau bunuh diri.

Rasa takut bisa membuat orang tua menjadi terlalu protektif terhadap keluarga. Misalnya, melarang anak mengemudi sendiri karena takut menjadi korban kecelakaan seperti mendiang kakaknya.

Ketakutan mungkin akan semakin membuncah ketika yang meninggal adalah anak satu-satunya alias anak tunggal. Orang tua mungkin merasa takut tidak ada yang mengurusnya di hari tua. Apalagi, jika pasangannya kelak meninggal lebih dulu daripada dirinya.

Tidak ada yang tahu pasti kapan periode berduka selesai dan bisa kembali melanjutkan hidup seperti sediakala. Hubungan kita dengan mendiang semasa hidupnya menentukan seberapa berat kesedihan dan rasa kehilangan yang akan kita tanggung.

Nah, itulah sedikit gambaran mengenai kondisi psikologis orang tua yang kehilangan anaknya. Semoga selalu dikuatkan dan bisa melepas kepergian mendiang dengan lapang dada, ya.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mengenalkan Konsep Kematian kepada Anak-anak?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya