ilustrasi paparan PFAS pada manusia (consumernotice.org)
Per-and polyfluoroalkyl substances (PFAS) adalah kelas besar zat sintetis yang mencakup:
- PFAS non polimer (yaitu asam perfluoroalkil karboksilat, perfluorokarbon, asam sulfonat perfluoroalkana, dan zat tersubstitusi trifluorometil).
- PFAS polimer (fluoropolimer, perfluoropolieter, dan rantai polimer berfluorinasi).
PFAS tersebar luas di lingkungan global karena kelarutannya yang tinggi dalam air dan penyerapan rendah namun kelarutannya ke tanah dan sedimen sedang, serta memiliki karakteristik ketahanan tinggi terhadap degradasi biologis dan kimia.
Sifat-sifat PFAS membuatnya digunakan secara luas sebagai surfaktan tahan air dan minyak serta bahan aktif permukaan dalam produk.
Selain penggunaan untuk impregnasi tekstil, pengemasan makanan, peralatan masak anti lengket, busa pemadam kebakaran, dan pelapisan listrik, PFAS juga digunakan dalam amunisi, tali panjat, senar gitar, rumput buatan, dan untuk remediasi tanah.
Semua PFAS mengandung ikatan kimia yang sangat kuat antara atom karbon (C) dan fluor (F). Ikatan ini memberikan stabilitas tinggi pada molekul PFAS yang membuat mereka dijuluki forever chemical.
Tiga anggota kelas ini yang banyak digunakan adalah perfluorooctane sulfonate (PFOS), perfluorooctanoic acid (PFOA), dan perfluorohexanesulfonic acid (PFHxS).
Karena ketiga zat tersebut disoroti berbagai tekanan regulasi, industri telah beralih ke bahan kimia PFAS lainnya dengan sifat serupa.
Sebaliknya, kelompok PFAS non polimer (yaitu PFOS, PFOA, PFHxA, PFHxS, GenX), fluoropolimer (seperti PTFE yang diperdagangkan sebagai "Teflon") dipahami sebagai polimer dengan perhatian rendah hingga saat ini.
Kesimpulan tersebut berasal dari karakteristik yang tidak lengkap, yang tidak mencakup masalah yang terjadi selama semua fase produksi fluoropolimer dan pembuangan produk mengandung kimia ini pada akhir masa pakainya.
Penilaian siklus hidup yang lengkap mencakup fase produksi, penggunaan, dan pembuangan fluoropolimer dengan emisi PFAS non polimerik yang serius serta pajanan terhadap manusia.
Pendekatan kelas untuk menghentikan semua penggunaan PFAS yang tidak penting adalah satu-satunya aksi yang memadai untuk mencegah pencemaran dan dampak buruk PFAS lebih lanjut pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Bahaya PFAS
Sumber umum paparan manusia terhadap PFAS adalah makanan, air, udara, dan debu. PFAS mengikat protein dan bertahan di dalam tubuh, terutama terdeteksi dalam darah, hati, ASI, dan ginjal.
Evaluasi yang dilakukan oleh Komite Peninjau POPs Konvensi Stockholm (POPRC) menunjukkan bahwa PFOA dan PFOS dapat menyebabkan gangguan reproduksi dan perkembangan, hati dan ginjal, serta efek imunologis pada hewan laboratorium.
Kedua bahan kimia tersebut menyebabkan tumor pada hewan yang diteliti bersamaan dengan berbagai efek lain pada berat badan lahir bayi, pertumbuhan, kemampuan belajar, perilaku bayi, kehamilan, sistem endokrin, peningkatan kolesterol, dan fungsi tiroid.
Pada 2017, POPRC mencatat kaitan antara PFOA dan penyakit serius pada manusia, termasuk kolesterol tinggi yang didiagnosis, kolitis ulseratif, penyakit tiroid, kanker testis, kanker ginjal, dan hipertensi akibat kehamilan.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bukti yang relatif konsisten dari hubungan positif PFAS dengan profil lipid (kolesterol dan trigliserida) dan kurang cocok dengan penyakit metabolik (diabetes, obesitas, penyakit jantung).
Sebuah penelitian terhadap anak-anak berusia 5 dan 7 tahun dari Kepulauan Faroe di Atlantik menunjukkan bahwa paparan umum terhadap PFOS, PFOA, PFHxS, PFNA, dan PFDA yang diukur dalam serum darah dikaitkan dengan respons antibodi yang lebih rendah terhadap imunisasi masa anak-anak dan peningkatan risiko konsentrasi antibodi di bawah batas yang diperlukan untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap difteri dan tetanus.
Studi lain menemukan, peningkatan konsentrasi PFOA, PFNA, PFHxS, dan PFOS dalam darah ibu terkait dengan penurunan kadar antibodi terhadap vaksin rubella pada anak-anak pada usia 3 tahun.
Selain itu, peningkatan kadar PFOA dan PFHxS dikaitkan dengan peningkatan jumlah episode flu biasa dan gastroenteritis.
Studi tahun 2016 mengungkapkan, secara in vitro, PFAS memiliki aktivitas estrogenik dan campuran teknis tersebut menunjukkan aktivitas estrogenik, tetapi tidak berlaku pada PFCA rantai pendek.
Penelitian lain menunjukkan bahwa masyarakat yang terpapar PFOA dari pabrik kimia terdekat berkorelasi dengan kejadian kanker, terutama yang berhubungan positif dengan kanker ginjal dan testis.
Studi telah mengaitkan berbagai zat PFAS dengan berbagai efek terhadap kesehatan manusia:
- Penyakit kardiovaskular.
- Gejala asma.
- Merusak kualitas sperma.
- Ketidakcukupan fungsi ovarium.
- Perubahan metabolisme glukosa.
- Kadar testosteron yang lebih rendah pada remaja laki-laki.
- Hubungan dengan panjang lahir lebih pendek pada anak perempuan.
- Tekanan darah tinggi.
- Menstruasi yang tidak normal.
- Berat badan lahir rendah pada bayi.
- Kemungkinan peningkatan risiko infertilitas perempuan karena endometriosis.
- Penurunan fungsi paru-paru pada anak dengan asma.
Studi Pemerintah AS lainnya menunjukkan bahwa PFOA adalah bahan kimia yang bersifat imunotoksin akibat pajanan terhadap kulit.
Paparan PFAS menimbulkan risiko kesehatan tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk satwa liar. PFAS telah terdeteksi pada biota perairan di seluruh dunia termasuk di Arktik.
Keberadaan PFAS di mana-mana berpotensi memperburuk efek dari dampak antropogenik (bencana yang disebabkan oleh tindakan atau kelalaian manusia) lainnya, seperti perubahan iklim dan hilangnya habitat yang dialami oleh spesies satwa liar serta berpotensi memicu krisis keanekaragaman hayati.
Referensi
Exposure and Health, April 2024. Patterns of Seafood Consumption Among New Hampshire Residents Suggest Potential Exposure to Per- and Polyfluoroalkyl Substances.
American Association for the Advancement of Science (AAAS)/EurekAlert! Diakses pada April 2024. PFAS exposure from high seafood diets may be underestimated.
Laporan dari Nexus for Environmental, Health and Development Foundation dan IPEN. PFAS dalam Beberapa Produk di Indonesia, Mei 2023.