ilustrasi bayi (unsplash.com/Picsea)
Mengutip dari situs Newsweek, ada berbagai alasan mengapa tingkat kesuburan menurun, menurut para peneliti. Namun, sebagian besar perubahan ini didorong oleh makin banyaknya perempuan yang mengenyam pendidikan dan bekerja, serta akses yang lebih besar terhadap kontrasepsi yang memungkinkan perempuan memilih untuk memiliki lebih sedikit anak.
Saat menghadapi tantangan di masa depan, para peneliti percaya bahwa kita tidak boleh melupakan kemajuan yang telah dicapai dunia dalam hal pemberdayaan perempuan.
Namun, bagi negara-negara berpenghasilan rendah dengan tingkat kesuburan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, perubahan demografi diperkirakan akan meningkatkan risiko kemiskinan, kerawanan pangan, dan kerusuhan geopolitik.
Sementara itu, bagi negara-negara berpendapatan tinggi, prediksi kesuburan baru ini menekankan tantangan-tantangan yang dihadapi seiring bertambahnya populasi yang menua, termasuk beban pada sistem layanan kesehatan.
Para penulis studi telah merekomendasikan bahwa akses yang lebih baik terhadap kontrasepsi dan pendidikan bagi perempuan akan membantu mengurangi angka kelahiran di negara-negara dengan tingkat kesuburan yang lebih tinggi.
Sementara itu, di negara-negara dengan tingkat kesuburan rendah dan negara-negara berpendapatan tinggi, para peneliti merekomendasikan untuk memprioritaskan kebijakan yang mendukung orang tua, dan membuka imigrasi, yang keduanya dapat membantu mempertahankan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.