Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Aborsi Memengaruhi Kesuburan?

ilustrasi test pack positif hamil (freepik.com/4045)

Aborsi adalah tindakan menghentikan kehamilan dengan cara menghilangkan bayi dalam kandungan.

Sejumlah besar orang yang melakukan aborsi berusia 20-an. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hampir 57 persen perempuan yang melakukan aborsi pada tahun 2019 berusia 20-an.

Menurut laporan dari Guttmacher Institute tahun 2008, walaupun bukti-bukti yang bisa dipercaya tidak tersedia, tetapi para peneliti memperkirakan bahwa setiap tahunnya sekitar dua juta aborsi yang diinduksi terjadi di Indonesia, dan di Asia Tenggara kematian yang disebabkan karena aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14–16 persen dari semua kematian maternal.

Aborsi dilakukan karena berbagai alasan, misalnya karena alasan medis atau pada korban kekerasan seksual. Apa pun alasannya, orang-orang yang pernah menjalani aporsi mungkin ingin memiliki keturunan suatu hari nanti.

Namun, banyak yang khawatir jika tindakan aborsi akan membuat dirinya kesulitan hamil lagi atau mengalami masalah pada kehamilan berikutnya. Nah, ada penelitian yang membahas tentang hal ini. Di sini, akan dibahas perihal apakah aborsi memengaruhi kesuburan. Mari, simak baik-baik!

1. Apakah aborsi memengaruhi kesuburan?

ilustrasi seorang ibu hamil memegang perut (freepik.com/valeria_aksakova)

Beberapa orang khawatir bahwa pernah aborsi akan memengaruhi peluang mereka untuk bisa hamil lagi. Misalnya, kesulitan hamil, peningkatan risiko keguguran, atau masalah kehamilan di masa depan.

Menurut laporan tahun 2019 dari Guttmacher Institute, sekitar 862.320 aborsi dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2017. Ini mencakup aborsi bedah yang dilakukan di klinik atau rumah sakit.

Jumlah kasus aborsi mengalami peningkatan menjadi 930.160 pada tahun 2020 atau sekitar 1 dari 5 kehamilan. Saat ini, lebih dari setengah tindakan aborsi di AS adalah aborsi karena obat-obatan. 

Aborsi medis dan bedah dianggap sebagai metode yang paling efektif untuk mengakhiri kehamilan. Secara umum, keduanya aman. Jadi, aborsi tidak memengaruhi kemampuan untuk hamil lagi di masa depan.

Penelitian dari National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine tidak menemukan hubungan antara aborsi dan ketidakmampuan untuk hamil di masa mendatang.

2. Komplikasi aborsi

ilustrasi operasi (freepik.com/stefamerpik)

Aborsi biasanya tidak memengaruhi peluang untuk memiliki kehamilan normal di masa mendatang. Namun, menurut National Health Services, aborsi mungkin sedikit meningkatkan risiko bayi lahir prematur pada kehamilan berikutnya.

Juga, ada sedikit risiko terhadap kesuburan dan kehamilan di masa depan jika kamu mengalami infeksi rahim akibat prosedur aborsi.

Infeksi ini dapat menyebar ke saluran tuba dan ovarium, yang dikenal sebagai penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID).

PID dapat meningkatkan risiko infertilitas atau kehamilan ektopik, yaitu ketika sel telur menempel di luar rahim.

Beberapa potensi komplikasi lain yang terkait dengan aborsi, meliputi:

  • Pendarahan: Prosedur aborsi dapat disertai pendarahan. Biasanya, kehilangan darah tidak terlalu parah. Namun, terkadang perempuan mengalami pendarahan yang sangat banyak sehingga memerlukan transfusi darah.
  • Aborsi tidak lengkap: Jika hal ini terjadi, sisa jaringan dapat tetap berada di dalam rahim. Ini lebih mungkin terjadi jika aborsi dilakukan menggunakan obat-obatan.
  • Cedera pada organ di sekitarnya: Terkadang, dokter mungkin secara tidak sengaja melukai organ di sekitarnya saat melakukan aborsi, misalnya rahim atau kandung kemih.

3. Prospek kesuburan setelah aborsi

ilustrasi pasangan (freepik.com/prostooleh)

Aborsi umumnya tidak memengaruhi kemampuan untuk hamil di masa depan. Jika seseorang mengalami kesulitan untuk hamil setelah aborsi, ini mungkin lebih disebabkan beberapa faktor lain yang berpotensi memengaruhi kesuburan.

Dirangkum dari laman Healthline, berikut adalah faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesuburan:

  • Usia: Saat telah memasuki usia di atas 35 tahun, kesuburan perempuan mengalami penurunan cukup drastis.
  • Kebiasaan gaya hidup: Merokok, penggunaan narkoba, dan makan junk food dapat memengaruhi kesuburan.
  • Riwayat kesehatan: Memiliki riwayat infeksi menular seksual, seperti klamidia atau gonore, dapat memengaruhi kesuburan. Begitu pula dengan penyakit kronis seperti diabetes, gangguan autoimun, dan gangguan hormonal.
  • Kesuburan pasangan: Kualitas air mani dapat memengaruhi kemampuan perempuan untuk hamil. 

Siapa pun yang mengalami masalah untuk hamil perlu berbicara dengan dokter kandungan. Dokter dapat memberi saran tentang langkah-langkah gaya hidup yang dapat membantu.

4. Kapan sebaiknya hamil lagi setelah aborsi?

ilustrasi ibu hamil sedang makan (freepik.com/gpointstudio)

Perlu kesiapan emosional dan fisik untuk mencoba hamil lagi setelah aborsi. Mengutip dari Verywell Family, disarankan untuk menunggu setidaknya satu siklus menstruasi penuh setelah pulih dari aborsi.

Kamu mungkin juga memerlukan waktu untuk mengatur ulang mental. Selain itu, tubuh mungkin juga memerlukan waktu lebih lama untuk pulih setelah operasi.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, jika aborsi dilakukan pada trimester kedua, kemungkinan besar orang tersebut akan menjalani aborsi prosedural seperti dilatasi dan evakuasi (D&E).

Pada intinya, kamu harus benar-benar berada dalam fisik yang sehat dan mental yang siap untuk memulai program hamil lagi.

Aborsi bisa dilakukan karena alasan medis. Secara umum, aborsi tidak akan memengaruhi kesuburan di masa depan, kecuali ada faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhinya. Yang terbaik adalah mendiskusikan prospek kehamilan dan riwayat kesehatan dengan dokter.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Nurulia R F
3+
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us