Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tidak siap naik gunung (pexels.com/Kamaji Ogino)

Mendaki gunung bukan sekadar soal stamina atau tekad, tetapi juga kesiapan tubuh dalam menghadapi perubahan ekstrem, mulai dari cuaca dingin, tekanan udara, hingga jalur yang menuntut tenaga ekstra. Banyak orang mengira kalau fisik yang terlihat sehat saja sudah cukup, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks. Aktivitas ini bisa memberikan tekanan berlipat pada tubuh, terutama jika tidak ada persiapan yang tepat dari awal.

Terlalu memaksakan diri saat kondisi tubuh belum siap justru bisa berujung pada risiko kesehatan yang cukup serius. Maka dari itu, penting untuk memahami sinyal tubuh sebelum memutuskan menempuh jalur pendakian. Jangan sampai keinginan menaklukkan puncak malah menjadi penyebab menurunnya fungsi tubuh dalam jangka pendek maupun panjang. Berikut lima tanda tubuh belum siap untuk mendaki gunung dan sebaiknya kamu perhatikan sebelum merencanakan perjalanan ke ketinggian.

1. Detak jantung meningkat hanya karena aktivitas ringan

ilustrasi detak jantung meningkat (pexels.com/ahmed akeri)

Ketika tubuh kamu belum terbiasa dengan berbagai aktivitas berat, detak jantung bisa melonjak hanya karena naik tangga atau berjalan cepat saja, lho. Hal ini mengindikasikan sistem kardiovaskular kamu belum optimal dalam memompa darah dan oksigen ke seluruh tubuh. Aktivitas berat misalnya mendaki gunung sudah jelas akan memerlukan kerja jantung yang lebih berat dari aktivitas sehari-hari. Kalau baru jalan sedikit saja sudah ngos-ngosan, apalagi kalau harus berjalan menanjak selama berjam-jam.

Reaksi jantung yang terlalu cepat lelah bisa membuat kamu mengalami pusing, mual, bahkan kehilangan keseimbangan saat berada di ketinggian. Pendaki yang memaksakan diri dalam kondisi ini rentan mengalami altitude sickness atau kelelahan parah. Sebelum mendaki, baiknya biasakan dulu tubuhmu dengan rutin melakukan olahraga kardio. Perhatikan bagaimana tubuh merespons saat latihan dan jangan abaikan sinyal kelelahan.

2. Otot cepat pegal meski belum lama bergerak

ilustrasi pegal (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Jika otot kaki atau punggung terasa kaku dan nyeri meskipun baru melakukan aktivitas ringan, itu bisa jadi tanda kekuatan otot belum siap menghadapi medan pendakian. Mendaki gunung membutuhkan kerja otot yang konsisten dan stabil, terutama pada bagian kaki, paha, dan juga punggung bawah. Tanpa kekuatan otot yang memadai, tubuh akan mudah kelelahan bahkan sebelum mencapai pos pertama.

Kondisi ini akan terasa semakin berat karena beban dari carrier, kondisi jalur yang menanjak, serta cuaca dingin yang memperlambat respons otot. Risiko cedera juga meningkat kalau otot dipaksa bekerja dalam kondisi kaku atau kurang elastis. Untuk itu, latihan beban ringan, stretching, dan pemanasan yang rutin sangat penting dilakukan jauh sebelum hari pendakian.

3. Pola tidur tidak teratur dalam seminggu terakhir

ilustrasi insomnia (pexels.com/cottonbro studio)

Tubuh yang kurang tidur cenderung lemas, lambat merespons, dan kurang fokus. Hal ini bisa sangat berbahaya ketika kamu sedang berada di jalur pendakian yang penuh tantangan. Tidur bukan hanya soal istirahat, tetapi juga pemulihan otot, otak, dan sistem imun. Jika kualitas tidur terganggu, kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri dengan tekanan fisik dan mental saat mendaki akan menurun drastis.

Pendaki yang kelelahan akibat kurang tidur juga lebih mudah panik dan sulit membuat keputusan yang rasional saat menghadapi situasi darurat. Selain itu, perubahan suhu di gunung yang ekstrem bisa memperburuk kondisi tubuh yang belum pulih sepenuhnya. Maka penting memastikan pola tidur kamu terjaga minimal seminggu sebelum mendaki agar tubuh dalam kondisi optimal.

4. Napas sering terengah tanpa aktivitas berat

ilustrasi napas terengah (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Saat tubuh belum terbiasa mengatur pernapasan secara efisien, kamu akan merasa cepat kehabisan napas bahkan hanya dengan berjalan datar. Ini bisa menjadi sinyal bahwa paru-paru belum bekerja maksimal dalam menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Mendaki gunung jelas memerlukan suplai oksigen yang stabil, terutama saat kamu melewati jalur yang curam dan di dataran tinggi dengan tekanan udara rendah.

Pernapasan yang tidak stabil juga bisa memicu hiperventilasi dan membuat kamu cepat merasa pusing atau bahkan kehilangan kesadaran. Latihan pernapasan dan aktivitas seperti berenang atau berlari juga bisa membantu meningkatkan kapasitas paru-paru. Jangan pernah meremehkan kemampuan bernapas karena ini salah satu fondasi utama dalam aktivitas pendakian yang aman.

5. Tubuh sering terasa lemas atau tidak bertenaga

ilustrasi lemas (pexels.com/Kindel Media)

Jika dalam beberapa hari terakhir kamu sering merasa letih tanpa alasan jelas, bisa jadi tubuh sedang mengalami penurunan daya tahan. Rasa lemas yang tidak kunjung membaik walau sudah istirahat bisa menandakan adanya masalah metabolisme, kurang nutrisi, atau bahkan gejala penyakit ringan. Mendaki dalam kondisi seperti ini hanya akan memperparah keluhan tubuh.

Tubuh yang tidak bertenaga tidak hanya menyulitkan perjalanan, tapi juga membuatmu jadi beban bagi tim pendakian. Keseimbangan, kewaspadaan, hingga kekuatan fisik sangat dibutuhkan dalam medan yang tidak terduga. Pastikan asupan makanan, hidrasi, dan istirahatmu cukup sebelum merencanakan pendakian ke gunung yang kamu incar, jangan hanya andalkan semangat jika tubuh belum siap secara biologis.

Mendaki gunung memang bisa memberikan pengalaman luar biasa, tapi sebaiknya tidak dilakukan dengan gegabah. Tubuh perlu disiapkan secara menyeluruh agar perjalanan aman dan menyenangkan. Jangan abaikan tanda-tanda kecil yang muncul karena itu bisa menjadi sinyal penting dari tubuh. Selalu prioritaskan kesehatan agar pendakian tidak berubah menjadi penyesalan.

Referensi

"Mountaineering Training: Everything You Need to Know When Training for a Climb". Undiscovered Mountains. Diakses pada Juli 2025.
"Have You Ever Had Altitude Sickness?". Wonderopolis. Diakses pada Juli 2025.
"Fit to Climb". Eight Summits. Diakses pada Juli 2025.
"5 Signs You’re Pushing Too Hard at the Start of Your Thru-Hike". The Trek. Diakses pada Juli 2025.
"Prepare Your Body for Hiking". Kenver. Diakses pada Juli 2025.
"5 Signs It's Time to Turn Back on Your Hike". T3. Diakses pada Juli 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team