Tekanan perfeksionisme, harapan mereka sendiri atau orang lain yang tidak realistis dapat membuat para atlet kewalahan. Ketika sedang cemas, para atlet mungkin jadi berfokus pada pikiran negatif. Salah satu pilihan perawatan yang sesuai untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan CBT.
Selama sesi CBT, atlet dilatih untuk mengubah pola pikir dan perilaku negatif dengan menetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai, memantau pikiran, emosi, dan perilaku. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran diri dan menumbuhkan pemikiran yang lebih positif dan konstruktif. CBT dapat mengurangi gejala kecemasan, depresi, dan penggunaan zat, serta berpotensi meningkatkan kinerja atletik.
Sama seperti manusia pada umumnya, atlet juga bisa menghadapi tantangan kesehatan mental. Jadi, selain kinerja fisik, kesejahteraan mental para atlet juga harus menjadi perhatian. Pasalnya, masalah mental para atlet bisa berpengaruh secara negatif terhadap performanya selama berkompetisi dan kehidupannya.
Referensi
Baylor University. Diakses pada Juli 2024. Addressing Mental Health Challenges for Olympic and Elite Athletes.
Better Help. Diakses pada Juli 2024. The Pressure Of Success: Olympic Athletes And Their Mental Health.
Gouttebarge, Vincent, João Mauricio Castaldelli-Maia, dkk. “Occurrence of mental health symptoms and disorders in current and former elite athletes: a systematic review and meta-analysis.” British Journal of Sports Medicine 53, no. 11 (May 16, 2019): 700–706.
University of Utah. Diakses pada Juli 2024. The Reality of Mental Health and Olympic Athletes.