ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)
Tidak hanya dipengaruhi status hidrasi, obat-obatan juga bisa mengubah bentuk feses. Misalnya, obat tekanan darah bisa menyebabkan sembelit, sementara beberapa obat untuk asam urat atau diabetes bisa memicu diare.
Menurut International Foundation for Gastrointestinal Disorders, obat-obatan yang bisa menyebabkan sembelit adalah antidepresan, opiat (untuk menghilangkan rasa sakit), diuretik (untuk membantu ginjal mengeluarkan cairan dari darah), serta antasida yang mengandung aluminium dan kalsium (untuk menetralkan asam lambung).
Selain itu, Christine menjelaskan bahwa kandungan bismuth subsalicylate (bahan aktif dalam obat sakit perut) bisa mengubah warna tinja menjadi hitam, seperti suplemen zat besi.
Tak hanya itu, ternyata antibiotik juga bisa memengaruhi usus dan feses. Menurut Harvard Medical School, dalam banyak kasus, antibiotik bisa menyebabkan diare jangka pendek yang ringan. Kondisi akan berangsur normal setelah pengobatan berakhir.
Antibiotik dikatakan dapat membunuh bakteri jahat sekaligus bakteri baik. Kehilangan bakteri baik di usus dapat mengubah konsistensi dan frekuensi feses secara drastis. Bahkan, kamu bisa lebih rentan terhadap invasi patogen seperti C. difficile.
Dalam kasus C. difficile, bakteri tersebut akan menghasilkan bahan kimia yang merusak dinding usus dan menyebabkan kolitis (sejenis radang usus). Gejalanya ialah diare, sakit perut, demam, dan kram.